BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Minuman. Etil Alkohol.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

235/PMK.04/2009 PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.530, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Barang Kena Cukai. Penibunan. Kawasan Pabean. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 237/PMK.04/2009 TENTANG TIDAK DIPUNGUT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INQONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 /PMK.04/2017 TENT ANG TIDAK DIPUNGUT CUKAI

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (7) Undan

NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPORTASI BARANG KENA CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 01 /BC/2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI [LN 2007/105, TLN 4755]

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN CUKAI MENTERI KEUANGAN,

P - 39/BC/2009 PELEKATAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

PER - 7/BC/2011 TATA CARA PEMUNGUTAN CUKAI ETIL ALKOHOL, MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL, DAN KONSEN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Analisis penerimaan dan potensi cukai pada. kantor pelayanan bea dan cukai tipe a. Surakarta periode Disusun oleh:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMICOll/2010. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA EsA MENTERI KEU.ANGAN,

Menimbang : Mengingat :

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-81/BC/2011

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR P- 39/BC/2009

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-7/BC/2011

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/PMK.04/2013 TENTANG TOKO BEBAS BEA

Pembahasan 1 : Gambaran umum kepabeanan dan cukai, hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai.

JENIS ATAU PRODUK MINUMAN BERALKOHOL GOLONGAN A, GOLONGAN B, DAN GOLONGAN C. Golongan A Golongan B Golongan C

SE â 4/BC/2011 PENGAWASAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL TRADISIONAL SEBAGAI BARANG KENA CUKAI YANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN NOMOR TENTANG. Nomor. Berikat, Berikat, Menteri. Keuangan. Bebas Bea; Mengingat Tata Cara. Perpajakan. Republik. Tahun. (Lembaran.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.04/2014 TENTANG


PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 57/BC/2012

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

Tinjauan Atas Ketentuan Baru Mengenai Barang Penumpang:

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

TENTANG PELUNASAN CUKAI MENTERI KEUANGAN,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER- 43 /BC/2011

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KMK.05/2000 TENTANG TOKO BEBAS BEA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2014, No Mengingat : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.04/2010 tentang Tata Cara Pembebasan Cukai (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 42 /BC/2010

SALINAN PERATURAN NOMOR KEUANGAN. ketentuan. Menteri. cukai; mengenai. b. bahwa. beberapa. Pasal. Peraturan. Keuangan. Cara. Tata 263); CUKAI.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN DOKUMEN. Keuangan. Lembaran. Indonesia TENTANG. 2. Dokumen

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 55/BC/2012

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

2012, No NAMA, JENIS, DAN KODE DOKUMEN CUKAI. Daftar Dokumen Jenis Nomor Kode. Nama. Nomor

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-17 /BC/ 1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. pokok dan fungsi DJBC yang mempunyai peran strategis dalam memberikan


BAB II Tinjauan Pustaka Dan Metode Pengamatan

1 of 5 21/12/ :02

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

KAJIAN KEBIJAKAN CUKAI ETIL ALKOHOL DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL TAHUN 2014

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 101/PMK.04/2005 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN MENTERI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Umum Cukai 2.1.1 Pengertian Cukai Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, Pasal 1, cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Pelaksana yang bertugas untuk memungut cukai adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 2.1.2 Pengertian Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai. 2.1.3 Tugas Pokok Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tugas pokok Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai bertugas : 1) Merumuskan kebijaksanaan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan mengamankan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah 7

8 yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Merencanakan, melaksanaan, mengendalikan, mengevaluasi dan mengamankan teknis operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan lainnya yang pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Merencanakan, membina dan membimbing di bidang pemberian pelayanan, perijinan, kemudahan, ketatalaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5) Mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai serta menyidik tindak pidana kepabeanan dan cukai sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.4 Fungsi Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Fungsi Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yaitu : 1) Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui pemberian fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai yang tepat sasaran. 2) Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan memperlancar logistik impor dan ekspor melalui penyederhanaan prosedur kepabeanan dan cukai serta penerapan sistem manajemen risiko yang handal. 3) Melindungi masyarakat, industri dalam negeri, dan kepentingan nasional melalui pengawasan dan/atau pencegahan masuknya barang impor dan keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang dilarang dan/atau dibatasi oleh

9 regulasi. 4) Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor dan kegiatan di bidang kepabeanan dan cukai lainnya secara efektif dan efisien melalui penerapan sistem manajemen risiko yang handal, intelijen, dan penyidikan yang kuat, serta penindakan yang tegas dan audit kepabeanan dan cukai yang tepat. 5) Membatasi, mengawasi, dan/atau mengendalikan produksi, peredaran dan konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik dapat membahayakan kesehatan, lingkungan, ketertiban, dan keamanan masyarakat melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan keseimbangan. 6) Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea keluar, dan cukai guna menunjang pembangunan nasional. 2.1.5 Fungsi Cukai Cukai memiliki 4 fungsi utama yaitu : 1) Community Protector, yang juga kita sebut dengan Pelindung Masyarakat, yang akan dibahas pada fungsi ini ialah, di mana Barang Kena Cukai (Minuman Beralkohol) ini dikenakan Cukai yang memiliki kegunaan supaya : 1. Konsumsinya dapat dikendalikan 2. Peredarannya dapat juga dikendalikan 3. Mengendalikan pemakaian yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup di sekitaran 4. Pemakaian barang tersebut atas pajak dibebankan sebagai pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan Maka oleh karena itu minuman beralkohol dikenakan pungutan untuk memudahkan pengawasan dan mengurangi sejumlah konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

10 2) Industrial Assistance, berguna untuk memberikan asistensi kepada perusahaan dan pabrik Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) dan memfasilitasikan mereka dalam perdagangan Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) tersebut. Disinilah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memberikan fasilitas kepada perusahaan dan pabrik-pabrik dengan jalur perdagangan yang bisa kita sebut juga dengan Trade Facilitator. 3) Revenue Collector, yang juga kita sebut dengan Pemungut Cukai, dimana Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mendapatkan tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pemungutan-pemungutan atas segala kegiatan pemungutan Cukai baik secara Impor maupun produksi di dalam negeri, yang dikumpulkan untuk mengumpulkan sejumlah dana untuk penyelenggaraan dan pembangunan di Indonesia. Yang langsung di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 4) Trade Facilitator DJBC memberikan fasilitas kepada perusahaan dan pabrik-pabrik untuk melakukan kegiatan perdagangan 2.1.6 Dasar Hukum Cukai 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. 2) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 62/PMK.011/2010 tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman Yang Mengandung Etil Alkohol, Dan Konsentrat Yang Mengandung Etil Alkohol. 3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau. 4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.011/2010 tentang

11 Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau. 5) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-43/BC/2009 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau. 6) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P - 22/BC/2010 tentang Tata Cara Pemungutan Cukai Etil Alkohol, Minuman Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat Mengandung Etil Alkohol. 2.1.7 Barang Kena Cukai Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai, yang terdiri dari : 1) Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya. 2) Minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol. 3) Hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya. 2.1.8 Barang Tidak Kena Cukai Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, cukai tidak dipungut atas barang kena tidak cukai, yaitu : 1) Cukai tidak dipungut atas barang kena cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 : 1. Tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia yang tidak dikemas untuk

12 penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan eceran dengan bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan, apabila dalam pembuatannya tidak dicampur atau ditambah dengan tembakau yang berasal dari luar negeri atau bahan lain yang lazim dipergunakan dalam pembuatan hasil tembakau dan/atau pada kemasannya ataupun tembakau irisnya tidak dibubuhi merek dagang, etiket, atau yang sejenis itu. 2. Minuman yang mengandung etil alkohol hasil peragian atau penyulingan yang dibuat oleh rakyat di Indonesia secara sederhana, semata-mata untuk mata pencaharian dan tidak dikemas untuk penjualan eceran. 3. Minuman beralkohol yang termasuk Barang Pribadi Penumpang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 188/PMK.04/2010, yaitu minuman beralkohol yang dibawa dari luar negeri ke Indonesia tidak akan dikenakan cukai. Terhadap dengan Barang Pribadi Penumpang, akan diberikan pembebasan bea masuk dan cukai untuk setiap orang dewasa dengan jumlah paling banyak 1 Liter minuman yang mengandung etil alkohol. Contoh nya adalah, terdapat 1 keluarga, berisikan 4 orang dewasa dari Singapura, diperbolehkan membawa minuman beralkohol paling banyak sebesar 4 Liter (4 Orang Dewasa @ 1 Liter), kelebihan Barang Kena Cukai tersebut akan dimusnahkan oleh pejabat bea dan cukai sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 188/PMK.04/2010. 2) Cukai juga tidak dipungut atas barang kena cukai apabila :

13 1. Diangkut terus atau diangkut lanjut dengan tujuan luar daerah pabean; 2. Diekspor; 3. Dimasukkan ke dalam pabrik atau tempat penyimpanan; 4. Digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang merupakan barang kena cukai; 5. Telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari pabrik, tempat penyimpanan atau sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai. 2.1.9 Pembebasan Cukai Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, pembebasan cukai dapat diberikan atas barang kena cukai, yaitu : 1) Pembebasan cukai dapat diberikan atas barang kena cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 : 1. Yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang kena cukai; 2. Untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; 3. Untuk keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik; 4. Untuk keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau organisasi internasional di Indonesia; 5. Yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas atau kiriman dari luar negeri dalam jumlah yang ditentukan; 6. Yang dipergunakan untuk tujuan sosial; 7. Yang dimasukkan ke dalam tempat penimbunan berikat. 2) Pembebasan cukai dapat juga diberikan atas barang kena cukai tertentu, yaitu :

14 1. Etil alkohol yang dirusak sehingga tidak baik untuk diminum; 2. Minuman yang mengandung etil alkohol dan hasil tembakau, yang dikonsumsi oleh penumpang dan awak sarana pengangkut yang berangkat langsung ke luar daerah pabean. 2.1.10 Hal Hal Terkait Menurut Undang-Undang No 39 Tahun 2007 Pasal 1 : 1) Tempat penyimpanan adalah tempat, bangunan, dan/atau lapangan yang bukan merupakan bagian dari pabrik, yang dipergunakan untuk menyimpan barang kena cukai berupa etil alkohol yang masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan, dijual, atau diekspor. 2) Tempat penjualan eceran adalah tempat untuk menjual secara eceran barang kena cukai kepada konsumen akhir. 3) Penyalur adalah orang yang menyalurkan atau menjual barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir. 4) Tempat penimbunan sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di kawasan pabean untuk menimbun barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya. 5) Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan bea masuk. 6) Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang di bidang kepabeanan. 7) Surat tagihan adalah surat berupa ketetapan yang digunakan untuk melakukan tagihan utang cukai, kekurangan cukai, sanksi

15 administrasi berupa denda, dan/atau bunga. 2.2 Pengenaan Tarif Alkohol dari Bea dan Cukai 2.2.1 Peraturan Menteri Keuangan untuk Tahun 2010 2012 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/ PMK.011/2010, Tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman yang mengandung Etil Alkohol, dan konsentrat yang mengandung Etil Alkohol. Berikut merupakan cakupan Tarif dan Peraturan yang memberikan peraturan menteri keuangan sebagaimana yang dimaksud terhadap Alkohol. (Sumber:http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2010/62~PMK.011 ~2010Per.htm)

16 Table 2.1 Etil Alkohol atau Etanol I ETIL ALKOHOL ATAU ETANOL. TARIF CUKAI (PER LITER) GOLONGAN KADAR ETIL ALKOHOL PRODUKSI DALAM IMPOR NEGERI Dari semua jenis etil alkohol, kadar, dan golongan Rp 20.000,00 Rp 20.000,00 Table 2.2 Minuman yang Mengandung Etil Alkohol II MINUMAN YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL. TARIF CUKAI (PER LITER) GOLONGAN KADAR ETIL ALKOHOL PRODUKSI DALAM IMPOR NEGERI A B Sampai dengan 5 % Lebih dari 5 % sampai dengan 20 % Rp 11.000,00 Rp 11.000,00 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00 C Lebih dari 20 % Rp 75.000,00 Rp 130.000,00

17 Table 2.3 Konsentrat yang Mengandung Etil Alkohol III KONSENTRAT YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL. TARIF CUKAI (PER LITER) GOLONGAN KADAR ETIL ALKOHOL PRODUKSI DALAM IMPOR NEGERI Dari semua jenis konsentrat, kadar, dan golongan, sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan Minuman yang mengandung Etil Alkohol Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 2.2.2 Peraturan Menteri Keuangan untuk Tahun 2013 Sekarang Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 207/ PMK.011/2013, Tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman yang mengandung Etil Alkohol, dan konsentrat yang mengandung Etil Alkohol. Berikut merupakan cakupan tarif dan peraturan yang memberikan Peraturan Menteri Keuangan sebagaimana yang dimaksud terhadap Alkohol. Sumber: http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2013/207~pmk.011~2013per.h TM)

18 Table 2.4 Etil Alkohol atau Etanol Tahun 2010 I ETIL ALKOHOL ATAU ETANOL. TARIF CUKAI (PER LITER) GOLONGAN KADAR ETIL ALKOHOL PRODUKSI DALAM IMPOR NEGERI Dari semua jenis etil alkohol, kadar, dan golongan Rp 20.000,00 Rp 20.000,00 Table 2.5 Minuman yang Mengandung Etil Alkohol Tahun 2010 II MINUMAN YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL. TARIF CUKAI (PER LITER) GOLONGAN KADAR ETIL ALKOHOL PRODUKSI DALAM IMPOR NEGERI A B Sampai dengan 5 % Lebih dari 5 % sampai dengan 20 % Rp 13.000,00 Rp 13.000,00 Rp 33.000,00 Rp 44.000,00 C Lebih dari 20 % Rp 80.000,00 Rp 139.000,00

19 Table 2.6 Konsentrat yang Mengandung Etil Alkohol Tahun 2010 III KONSENTRAT YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL. TARIF CUKAI (PER LITER) GOLONGAN KADAR ETIL ALKOHOL PRODUKSI DALAM IMPOR NEGERI Dari semua jenis konsentrat, kadar, dan golongan, sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan Minuman yang mengandung Etil Alkohol Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 2.3 Tata Cara Pemungutan Cukai Terhadap Minuman Beralkohol oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 2.3.1 Produksi Dalam Negeri yang Dikenakan Cukai 1) Tarif Cukai Spesifik Tarif ini merupakan tarif yang diberikan dan ditentukan oleh Cukai dimana tarif tersebut berdasarkan dari 3 golongan (Golongan A,B,C), yang telah ditentukan oleh Menteri Keuangan. Contoh : Jika Minuman beralkohol tersebut memiliki kadar 3%, maka dia akan dikenakan cukai di Golongan A (Sampai dengan 5%). Dan seterusnya 2) Jumlah Liter Cukai ditentukan juga berdasarkan jumlah liter yang diproduksi dalam negeri, dan perhitungan juga dilakukan berdasarkan per liter, tidak dikenakan cukai berdasarkan jumlah botol. Contoh :

20 Terdapat 2 minuman beralkohol berkadar 4,7% dengan netto masing-masing 480ml, maka cara perhitungannya 480 ml x 2 = 980ml 1 Liter = 1.000ml, maka 980ml = 0.98 L x Rp 13.000 = Rp 12.740,- Maka inilah cukai yang dikenakan dari 2 minuman beralkohol tersebut. 3) Kadar Etil Alkohol Kadar Alkohol yang berbeda, akan diberikan tarif cukai yang juga berbeda yang berdasarkan dari peraturan Menteri Keuangan yang telah ditentukan. Contoh : Terdapat 2 minuman beralkohol, botol pertama memiliki kadar 4,8%, sedangkan botol kedua memiliki kadar 13,5%, maka botol pertama akan dikenakan tarif sebesar Rp 13.000,- / Liter, dan botol kedua dikenakan Rp 33.000,- / Liter Ini adalah tata cara pengenaan cukai produksi dalam negeri, tetapi ini juga berlaku sama persis dengan Impor, hanya saja banyak biaya tambahan yang akan dijelaskan di point berikutnya. 2.4 Kegiatan Impor yang Dikenakan Cukai 2.4.1 Bea Masuk Tabel 2.7. Bobot Bea Masuk Uraian Barang Description BM 2012 Etil Alkohol yang tidak didenaturasi dengan kadar alkohol kurang dari 80% menurut Undenatured ethyl alcohol of an alcoholic strength by volume less than 80% volumes

21 volumenya Alkohol diperoleh dari penyulingan minuman fermentasi anggur Spirits obtained by distilling grape wine or grape marc Brandy Brandy Rp 125.000,- / Liter Lain-lain Other Rp 125.000,- / Liter Wiski Whiskies Rp 125.000,- / Liter Rum dan alkohol lainnya yang diperoleh dengan penyulingan gula tebu yang difermentasi Rum and other spirits obtained by distilling fermented sugar cane products Rp 125.000,- / Liter Gin dan Geneva Gin and Geneva Rp 125.000,- / Liter Vodka Vodka Rp 125.000,- / Liter Sopi Manis dan Cordial Liqueurs and cordials Rp 125.000,- / Liter Lain-Lain Other Rp 125.000,- / Liter 2.5 Produk dan Dasar Pengenaan Cukai 2.5.1 Definisi Produk Minuman Beralkohol Tipe Utama Minuman Beralkohol Meskipun tingkat konsumsi alkohol bervariasi di negara-negara lain seperti di Asia Tenggara, klasifikasi minuman alkohol di peraturan hukum di masing-masing negara anggota Asia Tenggara umumnya konsisten dengan apa yang diakui secara internasional. Secara umum, klasifikasi minuman alkohol terdiri dari tiga jenis: 1) Bir/minuman dari gandum (malt); 2) Anggur/minuman fermentasi (non-bir); dan 3) Minuman Keras Hasil Penyulingan Di Asia Tenggara dan secara global, praktek produksi minuman alkohol di tingkat lokal bervariasi, berbeda dengan jenis bir, anggur dan

22 Minuman Keras Hasil Penyulingan, untuk konsumsi domestik dan dalam beberapa kasus, untuk di ekspor. Sejarah perdagangan minuman beralkohol telah mengharuskan adanya kerangka klasifikasi universal untuk setiap jenis minuman beralkohol di atas. Sebagai contoh, masing-masing jenis minuman telah diberi (empat digit angka) di nomenklatur Sistem Harmonisasi Tarif (HS) Organisasi Kepabeanan Dunia (WCO). Hal tersebut tercermin di ASEAN Harmonized Tarif Nomenclature (AHTN) 2012. Keempat angka tersebut dijelaskan pada Tabel 2.8. Tabel 2.8. Klasifikasi Minuman Beralkohol Tipe minuman Heading Judul AHTN Heading AHTN Bir/ Malt 22.03 Bir yang terbuat dari biji bijian Wine/ minuman fermentasi 22.04 Anggur dari buah anggur segar, termasuk minuman fermentasi; jenis angus selain yang berkode 20.09 22.05 Vermouth dan anggur lainnya yang terbuat dari buah anggur segar yang dicampur dengan tanaman atau zat aromatic 22.06 Minuman fermentasi lainnya (Misalnya fermentasi dari pir, larutan madu); campuran minuman fermentasi, dan minuman non alkohol, diluar yang spesifikan diatas Hasil Penyulingan 22.07 Etil alkohol yang didenaturasi dengan kadar alkohol 80% atau lebih, etil alkohol dan alkohol lainnya, didenaturasi, atau yang lebih kuat (kadar alkoholnya) 22.08 Etil alkohol yang didenaturasi dengan kadar alkohol kurang dari 80% minuman keras dan minuman beralkohol lainnya

23 2.5.2 Dasar Pengenaan Cukai untuk Minuman Beralkohol Penghitungan cukai untuk produk (minuman beralkohol) lokal atau minuman beralkohol impor : 1) Spesifik (Volumetric Taxation). Didasarkan pada besaran kandungan alkohol dalam produk yang diukur dalam satuan liter alkohol murni (liters of pure alcohol (LPA)); 2) Unitary Taxation. Didasarkan pada total volume cairan/minuman dalam produk. 3) Tergantung dari nilai produk. 2.6 Prosedur Tagihan Cukai Jika Kurang Bayar 1) Keluarnya Surat Tagihan Cukai (STCK 1) Contoh : PT.A memberikan hasil laporan pembayaran cukai dengan SSPCP minuman yang mengandung etil alkohol sebesar Rp 100 Milliar, namun setelah dilakukan pengecekan oleh DJBC, ternyata yang harus dibayarkan oleh PT.A sebesar Rp 140 Milliar, maka diterbitkannya surat tagihan cukai sebesar selisih yang belum dibayarkan oleh PT.A tersebut. Biasanya jika sudah dikeluarkan surat tagihan ini, sudah dikenakannya tambahan denda sebesar 2% x Bulan (maksimal 24 bulan), terhitung sejak tanggal PT.A melakukan pembayaran, dan diharapkan PT.A dapat membayar cukai yang kurang itu secepatnya. 2) Keluarnya Surat Teguran Contoh : Berlanjut dari PT.A dari poin no 1 diatas, jika PT.A tidak menghiraukan surat tagihan cukai tersebut, maka akan dikeluarkannya surat teguran yang berisi atas teguran untuk membayarkan cukai yang sesuai dengan surat tagihan cukai tersebut. Diberikannya maksimal waktu untuk melakukan pembayaran selama 21 hari sejak surat teguran ini diterbitkan kepada perusahaan. 3) Keluarnya Surat Paksa dan Surat Perintah pelaksanaan Penyitaan Contoh :

24 Berlanjut dari PT.A dari poin no 2 diatas, jika setelah 21 hari PT.A tetap tidak menghiraukan surat teguran tersebut, DJBC akan menerbitkan surat paksa yang merupakan perintah kepada PT.A, untuk dilakukannya pembayaran pengenaan cukai yang dari surat tagihan cukai, diberikannya waktu 2x24 jam. Apabila PT.A tetap tidak menghiraukan surat paksa ini, maka kepala KPPBC akan menerbitkan surat perintah pelaksanaan penyitaan untuk menyita asset dari PT.A sesuai dengan tagihan pembayaran pajak PT.A yang berdasarkan dari surat tagihan cukai. 2.7 Minuman Beralkohol 2.7.1 Pengertian Minuman Beralkohol Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol. Etil alkohol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu. 2.7.2 Pengertian Minuman Beralkohol Berjenis Bir Bir adalah minuman beralkohol yang diproduksi melalui proses fermentasi bahan berpati tanpa melalui proses penyulingan setelah fermentasi. Proses pembuatan bir disebut brewing. Karena bahan yang digunakan untuk membuat bir berbeda antara satu tempat dan lainnya, maka karakteristik bir (seperti rasa dan warna) juga sangat berbeda baik jenis maupun klasifikasinya. Kadar alkohol bir umumnya berkisar antara 4 dan 6% abv (alcohol by volume), namun ada pula yang berkadar rendah kurang dari 1% abv maupun yang berkadar tinggi mencapai 20% abv. Kandungan bir terdiri dari : 1. Barley, tanaman dari keluarga gandum yang berperan besar dalam memberikan warna, rasa, busa, dan kandungan alkohol pada bir. 2. Bunga Hops, digunakan sebagai pengawet alami bir, dan memberikan rasa pahit dan aroma pada bir.

25 3. Yeast (ragi), organisme yang mengaktifkan proses fermentasi dalam rangkaian fermentasi proses brewing bir. Yeast mengubah gula dari Barley menjadi alkohol, CO 2, dan rasa. 4. Air, kandungan bir 90% adalah air. 2.7.3 Sejarah Bir Menurut lempengan batu bukti peninggalan Bangsa Sumeria (Mesir kuno), pada awal mulanya resep pembuatan bir tercipta ketika Bangsa Sumeria merendam roti dengan air. Bangsa Sumeria membiarkan roti terfermentasi, lalu meminum air rendaman roti tersebut. Kemudian pada awal berkembang pesatnya penyebaran Kristiani, Bangsa Mesir melakukan migrasi ke benua Eropa. Migrasi ini berperan besar dalam penyebaran bir di benua Eropa khususnya di Eropa Utara dan Eropa Barat. Di kemudian hari Benua Eropa menjadi tempat berkembang pesatnya bir dikarenakan bir merupakan minuman yang disukai dan dikenal banyak kalangan di Eropa. Pembuatan bir di kalangan masyarakat Eropa tidaklah asing, bahkan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Pada abad pertengahan, banyak ilmuwan di Eropa yang menciptakan penemuan untuk mempermudah kegiatan manusia. Dengan teknologi yang masih sederhana, bangsa Eropa mulai memproduksi bir secara massal dan mulai memperdagangkannya. Bir ternyata mempunyai nilai jual yang tinggi di kalangan masyarakat Eropa, sehingga bermunculanlah banyak pusat pembuatan bir (beer brewery) di Eropa. Pada abad ke-18, di Eropa terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dikarenakan adanya revolusi industri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menyebabkan munculnya beberapa penemuan yang membuat proses pembuatan bir menjadi lebih maju dan berkembang, seperti : Termometer untuk mengukur temperature saat proses brewing ; Mesin uap untuk melakukan proses brewing dalam skala besar ; Hidrometer untuk mengukur berat jenis alkohol. Di abad ke-19, Louis Pasteur, ilmuwan terkenal dari Perancis menyarankan kepada para pembuat bir untuk menggunakan ragi (yeast) murni untuk proses fermentasi bir, sehingga pembuatan bir tidak lagi dengan memfermantasikan roti, tetapi ragi.

26 2.7.4 Jenis-Jenis Bir Bir dibedakan ke dalam beberapa jenis berdasarkan dari pemilihan bahan baku, serta pengaturan waktu dan suhu sewaktu proses fermentasi yang berpengaruh pada kualitas dan jenis bir yang dihasilkan, jenis-jenis bir terbagi menjadi : 1) Pilsener, bir yang berkadar pahit rendah, dan berwarna emas, berasal dari Negara Ceko. 2) Lager, bir yang berkadar pahit rendah, dan berwarna emas, berasal dari Negara Jerman. 3) Stout, bir yang berkadar pahit tinggi, dan berwarna hitam. 4) Ale, bir yang memiliki rasa yang cenderung manis, dan beraroma buah. 5) Cider, bir yang memiliki ciri khas yaitu rasa dan aroma seperti buah apel, karena difermentasikan dari buah apel. 6) Wheat, merupakan bir dengan rasa wheat / gandum, dan difermentasikan dari gandum. 7) Porter, bir yang berkadar pahit rendah, dan berwarna hitam. 8) Flavour Beer, bir yang memiliki rasa, dan aroma campuran buah-buahan. 9) Barley, bir yang memiliki kadar pahit yang tinggi, difermentasikan dari barley tanpa campuran buah. 2.8 Peraturan Menteri Keuangan tentang Dokumen Cukai Dan/Atau Dokumen Pelengkap Cukai 2.8.1 Dokumen Cukai dan Dokumen Pelengkap Cukai Dokumen Cukai adalah dokumen yang digunakan dalam rangka pelaksanaan Undang Undang Cukai dalam bentuk formulir atau melalui media elektronik. Dokumen Pelengkap Cukai adalah semua dokumen yang digunakan sebagai dokumen pelengkap dari Dokumen Cukai

27 2.8.2 Nama, Jenis, Dan Kode Dokumen Cukai menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 140 / PMK.04 / 2012 tentang MMEA. Tabel 2.9. Nama, Jenis, dan Kode Dokumen Cukai Pemesanan Pita Cukai Hasil 1 CK-1 Tembakau Dokumen 2 CK-1A Pemesanan Pita Cukai MMEA Pemesanan Pemesanan Label Tanda 3 CK-1B VII Pengawasan Cukai Tanda Bukti Perusakan Pita 1 CK-2 Cukai Tanda Bukti Tanda Bukti Penerimaan 2 CK-3 Pengembalian Pita Cukai Pemberitahuan Barang Kena 1 CK-4A Cukai Yang Selesai Dibuat Etil Alkohol VIII Pemberitahuan Produksi 2 CK-4B Pemberitahuan Barang Kena Cukai Yang Selesai Dibuat MMEA Pemberitahuan Barang Kena 3 CK-4C Cukai Yang Selesai Dibuat Hasil Tembakau Pemberitahuan Mutasi 1 CK-5 Barang Kena Cukai Pemberitahuan (PMBKC) IX dan / atau Dokumen Pelindung Pengangkutan Etil Alkohol / Minuman Pelindung 2 CK-6 Mengandung Etil Alkohol Yang Sudah Dilunasi Cukainya Di Peredaran

28 Bebas