BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DALAM BUKU SISWA PELAJARAN MATEMATIKA SMP KELAS VIII KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk menciptakan generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan dan menghasilkan peserta didik yang memiliki potensi dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan. Pendidikan mengarahkan kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan dan lebih bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. hlm E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2010),

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih banyak dibanding dengan pelajaran yang lain. Meskipun. matematika. Akibatnya berdampak pada prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk setiap manusia. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangan sumber daya manusia agar berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Proses belajar didalam pendidikan pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berperan aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit dikalangan peserta didik. Banyak peserta didik yang menganggap matematika sulit dipahami, tidak mudah dimengerti, dan pembelajaran yang paling menakutkan. Pada kenyataannya pembelajaran matematika sangat mudah bila dapat menganalilis semua permasalahan yang ada sesuai cakupan materi. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar (Trianto 2012:124). Adanya sumber belajar dapat membantu kesulitan siswa dalam menghadapi permasalahan matematika, keseluruhan sumber belajar banyak dituangkan dalam soal-soal pemecahan masalah didalam buku ajar maupun buku pegangan lain yang mendukung proses terjadinya pembelajaran. Menurut Andi Prastowo (2013:297) mengemukakan Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. Bahan ajar merupakan acuan untuk digunakan di satuan pendidikan serta memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran, memuat materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan standar nasional pendidikan. Permendikbud RI Nomer 34 Tahun 2014 tentang 1

2 Pembelian Buku Kurikulum 2013 Oleh Sekolah Pasal 1 Butir ke 2 Buku adalah Buku Siswa dan Buku Guru Kurikulum 2013 yang merupakan buku teks pelajaran dan buku panduan guru yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Buku siswa digunakan sebagai bahan ajar untuk proses pembelajaran peserta didik, sedangkan guru menggunkan acuan bahan ajar khusus untuk pegangan guru sendiri. Buku memiliki aturan-aturan secara rinci serta diatur oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yakni sebuah badan yang bertugas menilai kelayakan pakai suatu buku teks pelajaran. Peranan buku siswa untuk peserta didik adalah (1) siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain; (2) siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki; (3) siswa dapat belajar sesuai degan kecepatanya masing-masing; (4) siswa dapat belajar berdasarkan urutan yang dipilihnya sendiri; (5) membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri; dan (6) pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasai (Andi Prastowo 2013:300). Adanya peranan tersebut buku siswa secara keseluruhan memiliki manfaat yang banyak bagi peserta didik untuk melancarkan proses pembelajaran sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Selain adanya peranan dalam buku maupun bahan ajar terdapat pula masalah dalam buku yang digunakan dalam pembelajaran menurut Arif Sholahuddin (2011) Salah satu kelemahan modul tertulis adalah peserta didik merasa bosan karena harus membaca dan memahami urian materi yang luas pada modul dan biaya penggandaannya relatif mahal. Muhammad Yusuf (2010:35) mengatakan Keberadaan LKS cetak atau biasa disebut pula dengan istilah Buku Kerja Siswa hingga saat ini masih sangat minimal dan belum efektif sebagai sarana pembelajaran, baik dari segi tampilan, isi maupun kepraktisannya. Aris Suharyadi, dkk (2016) mengatakan Pemerataan distribusi buku pelajaran ke seluruh sekolah yang ada di Indonesia akan menghabiskan banyak biaya dan tenaga jika hanya mengandalkan cara konvensional.

3 Kemampuan pemecahan masalah matematis harus digali dan dimiliki siswa sehingga terbiasa menghadapi berbagai soal permasalahan, baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang studi lain ataupun masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks. Mohammad Aufin (2012:97) Pemecahan masalah matematika adalah suatu proses yang mempunyai banyak langkah yang harus ditempuh oleh seseorang dengan menggunakan pola berpikir, mengorganisasikan dan pembuktian yang logik dalam mengatasi masalah. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik dalam menghadapi permasalahan matematis dengan kegiatan sebelumnya yang telah didapatkan didalam pembelajaran. Peranan soal pemecahan masalah menurut Dwi Susilowati (2012:5) dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam persiapan mengerjakan tes, karena meliputi kemampuan untuk menyelesaikan masalah dalam matematika maupun konteks lain yang berkaitan, diantaranya kemampuan merancang, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Masalah dalam soal pemecahan masalah dikatakan Delyanti Azzumarito Pulungan (2014) belum tersedianya soal-soal yang mengukur kemampuan literasi matematika siswa. Dwi Susilowati (2012:4) mengatakan Soal-soal latihan yang diberikan pada buku, sebagian besar hanya mampu menembus pola pikir siswa sampai pada level menghitung tanpa mempertimbangkan kemungkinan situasi lain didalam soal. serta Ariyadi Wijaya (2015:462) banyak penelitian menunjukkan bahwa soal berbasis konteks cukup problematik bagi siswa. Hadi Susanto (2013) Selain bersifat tertutup, soal-soal yang disajikan pada kebanyakan buku juga tidak mengaitkan matematika dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari, sehingga pengajaran matematika menjadi jauh dari kehidupan siswa. Soal pemecahan masalah juga dapat berfungis sebagai instrumen penilaian hasil belajar siswa yang berpengaruh terhadap prestasi siswa, serta dengan adanya soal pemecahan masalah yang bervariasi sesuai tingkat kesulitan akan menumbuhkan pengetahuan, semangat dan keaktifan belajar siswa sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan. Permasalahan matematika biasanya dituangkan pada soal-soal dalam buku

4 siswa. Soal-soal tersebut untuk melatih seberapa kemampuan siswa memahami materi yang diajarkan. Sebagian besar peserta didik mempunyai kemampuan kurang memuaskan dalam penyelesaian masalah yang berkaitan dengan analisis konsep tingkat tinggi, biasanya dikarenakan soal latihan yang diberikan hampir sama dengan soal sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yaitu kualitas soal-soal yang diberikan sebagai latihan. Analisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah sedang, dan sukar (Nana Sudjana,2010:135). Soalsoal latihan dalam buku siswa sangat bervariasi tingkat kesulitannya, soal dapat dianggap sebagai bentuk pemecahan masalah untuk melatih siswa meningkatkan kemampuan belajar. Peran tingkat kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika dapat digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa (Faridha Listiyana, 2012:). Hal yang membedakan soal adalah tingkat menganalisisnya, banyak peserta didik saat diberikan contoh penyelesaian masalah mereka dengan mudah menyelesaikan permasalahan tersebut, naman saat diberikan soal yang berbeda dari contoh yang diberikan tidak sedikit peserta didik mengalami kesulitan dalam pengerjaannya. Adanya tingkatan kesulitan soal, guru dapat mengetahui kemampuan peserta didik dalam pengukuran hasil belajar. Tingkat kesukaran tidaklah menunjukkan bahwa soal tersebut baik atau tidak, melainkan untuk menunjukkan pengelompokan ke dalam tingkatan soal agar mendapatkan hasil baik. Ariyadi Wijaya (2015:462) kesulitan-kesulitan yang dialami siswa yaitu tidak bisa menyelesaikan soal yang membutuhkan penalaran dan pemodelan matematika, siswa sering salah memahami maksud soal, tidak bisa mengidentifikasi prosedur atau konsep matematika yang relevan dengan soal, ataupun memberikan solusi yang tidak relevan dengan konteks atau situasi dunia nyata yang digunakan dalam soal. Faridha Listiyana (2012:7) menggolongkan kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika yang meliputi kesulitan dalam komunikasi matematis, kesulitan dalam menerapkan konsep,

5 dan kesulitan dalam menghitung. Rendahnya prestasi peserta didik dalam pelajaran matematika disebabkan karena kurangnya pemahaman konsep dalam pemecahan masalah, berpikir logis, kritis, kreatif, penalaran, dan kurangnya kemampuan menyelesaikan masalah soal-soal yang memerlukan analisis berpikir lebih tinggi. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19 menyatakan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai dasar pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang berperanan penting didalam pendidikan untuk tercapainya tujuan pendidikan agar peserta didik memperleh kepuasan dalam menerima pelajaran serta memiliki pengalaman belajar dengan memberikan hasil yang nyata dalam kehidupan. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Tujuan ini hendaknya dicapai oleh suatu program studi, bidang studi, dan suatu mata ajar yang disusun berdasarkan tujuan institusional. Menurut Oemar Hamalik terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu (1) peranan konservatif: menekankan bahwa kurikulum dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini, (2) peranan kreatif: menekankan bahwa kurikulumharus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengn perkembangan yang terjadi, dan (3) peranan kritis/evaluatif: menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan (Tim Pengembang MKDP, 2012:10-11). Peranan kurikulum tersebut dapat menjadikan tolak ukur pengembangan kurikulum baru yang sesuai dengan

6 kondisi satuan pendidikan di Indonesia sehingga pendidikan Indonesia lebih memiliki mutu yang sangat baik. Masalah kurikulum biasanya disebabkan berdasarkan berbagai faktor menutut Herminarto Sofyan (2011:117) Kelemahan pengembagan kurikulum instruksional dan operasional tampak pada masih banyaknya temuan silabus yang deskripsinya menyerupai daftar isi sebuah buku teks. Dwi Jatmoko (2013:2) pembuatan kurikulum pada tahun sebelumnya sering dipakai secara terus menerus tanpa tanpa mengalami perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan kemajuan industri. Fadli (2010) Tuntutan dunia kerja yang seharusnya menjadi kepeduliaan besar dalam model kurikulum berbasis kompetensi tidak muncul karena kompetensi yang digunakan kurikulum dikembangkan dari diisplin ilmu dan bukan dari dunia kerja, masyarakat, bangsa atau pun kehidupan global, serta Fadli menyatakan Kurikulum yang dikembangkan di Indonesia masih membatasi dirinya pada posisi sentral dalam kehidupan akademik yang dipersepsikan dalam pemikiran perenialisme dan esensialisme. Berkaitan uraian tersebut diperlukan analisis yang lebih lanjut untuk menggolongkan soal-soal pemecahan masalah kedalam tingkatan kesulitan, maka dari itu penulis mengambil langkah dengan penelitian Analisis Tingkat Kesulitan Soal Pemecahan Masalah Dalam Buku Siswa Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Kurikulum 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dikemukakan rumusan permasalahan secara umum yaitu: Bagaimana tingkat kesulitan soal pemecahan masalah dalam buku siswa pelajaran matematika SMP kelas VIII kurikulum 2013? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan tingkat kesulitan soal pemecahan masalah dalam buku siswa pelajaran matematika SMP kelas VIII kurikulum 2013.

7 D. Manfaat Penelitian Sebagai studi ilmiah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang pendidikan matematika melalui media buku siswa sebagai bahan pengetahuan peserta didik yang akan memberi manfaat sebagai berikut: a. Teoristis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pendidikan matematika terutama untuk ketelitian dalam pembutan soal pada buku siswa kurikulum 2013, karena buku tersebut sangat berpengaruh besar dalam kegiatan belajar siswa. b. Praktis 1) Bagi guru atau masyarakat pengguna buku, dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam memilih buku yang digunakan sebagai sumber belajar. 2) Bagi Pengembang atau penulis buku, merupakan acuan bagi penyempurnaan soal-soal latihan matematika pada buku siswa kurikulum 2013. 3) Bagi siswa yakni didalam pembelajaran diharapkan siswa lebih aktif belajar, rajin, dan menumbuhkan minat semangat siswa mengerjakan soal-soal yang telah tersedia untuk meningkatkan kualitas peserta didik.