BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ketepatwaktuan informasi terhadap keresponan laba. Sampel yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. dan leverage terhadap earnings response coefficient (ERC). Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (IAI,2009). Manajer

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang wajib dipublikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan

PENGARUH KONSERVATISME LABA DAN LEVERAGE TERHADAP EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE A R T I K E L I L M I A H

1 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. debt to equity ratio, arus kas operasi, return on assets dan earnings terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan informasi informasi akuntansi dan non-akuntansi perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan (Soemarso, 2004 : 34). Salah satu unsur dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pentingnya informasi laba membuat setiap perusahaan berlombalomba

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kontrak atau mengambil keputusan investasi menjadi informasi

Judul : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Leverage pada Earnings Response Coefficient Nama : Desriyana Natalia NIM :

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Laporan keuangan yang menjadi sumber informasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Akuntansi ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam dua bentuk yaitu antara pemilik perusahaan (principal) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang berasal dari perusahaan go public atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menjelaskan mengenai timeliness pada laporan keuangan perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekaligus menganalisis faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap

BAB 5 PENUTUP. eksternal pada return saham. faktor internal yang diproksikan pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara formal pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan akan berusaha sebaikbaiknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB I. Pendahuluan. Informasi laba dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dalam pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dinanti-nantikan informasinya adalah laporan laba rugi, suatu laporan yang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi laba secara tegas disebutkan dalam Statement of Financial

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan, sedikit perusahaan yang mengalami hambatan untuk

ANALISIS PENGARUH UKURAN, PERTUMBUHAN, DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP KOEFISIEN RESPON LABA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini meneliti tentang Corporate Governance, Kualitas Laba,

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk para pengguna atau pemangku kepentingan. PSAK No. 1 revisi 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. perbedaan yang mendukung penelitian berikut ini:

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal adalah dengan harapan memperoleh capital gain dan dividen.

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Statement Of Financial Accounting Concept (SFCA) No.1 yang menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus

I PENDAHULUAN. fungsi keuangan. Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perusahaan (Puspitaningtyas, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan tujuan perusahaan. Kegiatan pendanaan berhubungan penting

Maisil Delvira (Alumni Prodi Akuntansi FE UNP) Nelvirita (Program Studi Akuntansi FE UNP,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perusahaan harus meningkatkan nilai perusahaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibandingkan total bebannya. Disebut juga pendapatan bersih atau net earnings

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

harus dapat diungkap secara transparan dan sesuai dengan kondisi perusahaan Informasi yang mempunyai relevansimerupakan informasi yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini menganalisis mengenai relasi antara risiko finansial dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan

Judul : Pengaruh Leverage dan Ukuran Perusahaan pada Earnings Response Coefficient Nama : A.A. Puteri Kusuma Dewi NIM :

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu tentang Earnings Response Coefficient (ERC), antara lain sebagai berikut : 1. Dewi Feby Yanti (2015) Meneliti tentang pengaruh konservatisme akuntansi, risiko sistematik, dan ketepatwaktuan informasi terhadap keresponan laba. Sampel yang digunakan ialah 62 perusahaan manufaktur dari sampel 138 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2013. Teknik analisis yang digunakan ialah model regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan terhadap keresponan laba, tetapi risiko sistematik dan ketepatan waktu informasi tidak berpengaruh terhadap keresponan laba. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan konservatisme sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi koefisien respon laba. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu jika penelitian terdahulu menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2013, sedangkan penelitian sekarang menggunakan sampel perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014 11

12 2. Made Dewi dan I Gusti Ayu (2014) Meneliti tentang pengaruh konservatisme laba dan voluntary disclosure terhadap earnings response coefficient. Sampel penelitian ini terdiri dari 20 perusahaan sampel dari 120 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 2011. Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Pooled Cross- Sectional dan uji signifikan parameter individual (Uji statistik t). Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara konservatisme laba terhadap ERC, dan menemukan pengaruh positif signifikan voluntary disclosure terhadap ERC, hal ini dikarenakan semakin banyak perusahaan melakukan pengungkapan sukarela, maka akan semakin tinggi pasar merespon pengumuman laba. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan konservatisme sebagai variabel yang mempengaruhi earnings response coefficient (ERC). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu jika penelitian terdahulu menggunakan sampel data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 2011, sedangkan penelitian sekarang menggunakan sampel data perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 3. Ihsanul Lukman (2014) Meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, dan leverage terhadap keresponan laba. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012. Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan, maka sampel akhir

13 daripenelitian ini terdapat 34 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan ialah analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap leverage, kesempatan bertumbuh tidak berpengaruh signifikan terhadap leverage, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap keresponan laba, kesempatan bertumbuh berpengaruh signifikan negatif terhadap keresponan laba, leverage berpengaruh signifikan positif terhadap keresponan laba, dan juga ukuran perusahaan dan kesempatan bertumbuh tidak memiliki pengaruh terhadap keresponan laba melalui leverage. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan leverage sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi koefisien respon laba. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu jikapenelitian terdahulu menggunakan sampel perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012, dan menggunakan analisis jalur. Sedangkan penelitiaan sekarang menggunakan sampel perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014, dan menggunakan analisis regresi berganda. 4. Hasanzade, M., Darabi, R., & Mahfoozi, G. (2014) Meneliti tentang factors affecting the earnings response coefficient : an empirical study for Iran. Sampel yang digunakan ialah 202 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Teheran pada periode 7 tahun (tahun 2006-2012). Teknik yang digunakan ialah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa koefisien respon laba memiliki hubungan positif dan langsung terhadap kualitas laba, sedangkan kesempatan bertumbuh dan profitabilitas memiliki

14 hubungan negatif dan terbalik dengan risiko sistematik, dan tidak ada hubungan dengan leverage. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan leverage sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi koefisien respon laba. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu jika penelitian terdahulu menggunakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Teheran pada tahun 2006-2012, sedangkan penelitian sekarang menggunakan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014. 5. Putu Tuwentina dan Dewa Gede Wirama (2014) Meneliti tentang pengaruh konservatisme akuntansi dan good corporate governance pada kualitas laba. Kualitas laba pada penelitian ini diukur dengan menggunakan earnings response coefficient. Sampel penelitian ini terdiri dari 55 sampel yang berasal dari BEI dan pemeringkat CGPI periode 2008-2012. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada kualitas laba, sedangkan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan konservatisme sebagai variabel yang mempengaruhi earnings response coefficient (ERC). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu jika penelitian terdahulu menggunakan sampel data perusahaan BEI dan pemeringkat CGPI periode 2008 2012, sedangkan penelitian sekarang

15 menggunakan sampel data perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 6. Maisil Delviran dan Nelvirita (2013) Meneliti tentang pengaruh risiko sistematik, leverage, dan persistensi laba terhadap earnings response coefficient. Sampel penelitian ini terdiri dari 44 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 2010. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa risiko sistematik berpengaruh signifikan negatif terhadap earnings response coefficient (ERC), leverage tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient (ERC), dan persistensi laba berpengaruh positif signifikan terhadap earnings response coefficient (ERC). Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan leverage sebagai variabel yang mempengaruhi earnings response coefficient (ERC). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu jika penelitian terdahulu menggunakan sampel data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 2010, sedangkan penelitian sekarang menggunakan sampel data perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 7. Yenny Wulansari (2013) Meneliti tentang pengaruh investment opportunity set, likuiditas, dan leverage terhadap kualitas laba. Kualitas laba pada penelitian ini diukur dengan menggunakan earnings response coefficient. Sampel penelitian ini terdiri dari 77 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 2010. Penelitian ini

16 menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa investment opportunity set tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba, likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba, sedangkan leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan leverage sebagai variabel yang mempengaruhi kualitas laba, dalam hal ini kualitas laba diukur dengan menggunakan earnings response coefficient (ERC). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu jika penelitian terdahulu menggunakan sampel data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 2011, sedangkan penelitian sekarang menggunakan sampel data perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 2.2 Landasan Teori Berikut adalah penjelasan-penjelasan dari teori-teori yang digunakan sebagai bahan penelitian : 2.2.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Orang pertama yang menemukan adanya teori keagenan (agency theory) ialah Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam David dan Christian (2009 : 13-16), teori keagenan adalah hubungan keagenan atau menguji individu lain (agen atau karyawan) untuk bertindak atas namanya, dan mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau karyawan. Hubungan ini muncul antara: (1)

17 pemegang saham (shareholders) dengan para manajer dan (2) shareholders dengan kreditor (bondholders atau pemegang obligasi). Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Khaira (2011) mengatakan bahwa pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan sangat rentan dengan agency conflict. Agency conflict terjadi manakala manajer cenderung membuat keputusan yang menguntungkan dirinya daripada kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam David dan Christian (2009:16) mengidentifikasi ada dua cara untuk mengurangi masalah keagenan yaitu : investor luar melakukan pengawasan (monitoring), dan manajer sendiri melakukan pembatasan atas tindakan-tindakannya (bounding). Agency Theory meningkat sebagai akibat dari hubungan antara pemegang saham dengan manajer-manajer dan antara debtholder dengan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976 dalam David dan Christian, 2009:112). Maka dapat disimpulkan bahwa teori keagenan ialah teori yang membahas mengenai hubungan antara prinsipal dengan manajemen. Hubungan antara agency theory dengan variabel yang peneliti pilih yaitu hubungan dari investor (principal) dengan manajemen dimana manajemen berusaha sebaik mungkin agar respon investor terhadap laba perusahaan tetap baik. Cara yang digunakan manajemen agar investor dapat merespon laba perusahaan dengan baik, antara lain dengan melihat konservatisme laba. Konservatisme dapat mempengaruhi laba karena semakin tinggi laba yang dihasilkan dari prinsip konservatisme akan meningkatkan ERC yang berdampak pula pada reaksi investor untuk merespon laba. Hal itu dapat terjadi karena laba

18 yang dihasilkan dari prinsip konservatisme ialah laba yang digunakan untuk menilai laba masa depan. 2.2.2 Signaling Theory (Teori Sinyal) Teori signaling (teori pemberi isyarat) didasarkan pada ide bahwa manajer yang memiliki informasi bagus tentang perusahaan berupaya menyampaikan informasi tersebut kepada investor luar agar harga saham perusahaan meningkat (Sugiarto 2009:48-49).Fondasi teori pemberi isyarat (signaling theory) ini adalah Ross 1977. Menurut Ross (1977) dalam Sugiarto (2009:48-49) sinyal pasar (market signals) adalah aktivitas atau atribut dari individu-individu di pasar, baik yang dirancang dengan sengaja atau stidak sengaja, yang dapat mengubah kepercayaan atau memberi informasi individuindividu lain di pasar. Model signaling equilibria pertama kali di formalkan oleh Spence pada tahun 1974. Menurut Spence (1974) dalam Sugiarto (2009:48), sinyal adalah atribut-atribut yang dapat memberi informasi, yang dapat diubah jika hal-hal tentang pemberi sinyal tidak nampak bagi pihak penerima sinyal, serta biaya pemberian sinyal harus berkorelasi negatif dengan atribut yang tidak nampak dari nilai-nilai penerima sinyal. Menurut Cahyani (2009), teori signal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak eksternal. Perusahaan/manajer memiliki pengetahuan lebih banyak mengenai kondisi

19 perusahaan dibandingkan pihak eksternal. Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Hubungan signaling theory (teori sinyal) dengan variabel yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah sinyal berupa kabar baik atau kabar buruk yang diberikan perusahaan kepada investor. Sinyal tersebut berupa informasi laba perusahaan, karena laba yang dihasilkan dari perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi akan menurunkan respon investor dalam menerima sinyal berupa good news dari perusahaan, begitu juga sebaliknya jika perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang rendah maka akan meningkatkan respon investor dalam menerima sinyal berupa good news dari perusahaan. Laba yang baik mencerminkan kinerja perusahaan yang baik. Maka dengan rendahnya leverage (rasio hutang) dapat meningkatkan ERC. 2.2.3 Earnings Response Coefficient (Koefisien Respon Laba) Kualitas laba dapat diindikasikan sebagai kemampuan informasi laba memberikan respon kepada pasar. Keresponan laba yang diukur dengan earning response coefficient (ERC) mengukur tingkat abnormal return sekuritas dalam merespon komponen yang tidak terekpektasi dari pengumuman laba perusahaan, dengan kata lain terdapat variasi hubungan antara laba perusahaan dengan return saham (Dewi, 2015). Abnormal return ialah selisih dari keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Abnormal return dapat digunakan dalam melakukan penilaian pada kinerja surat berharga (seperti : saham). Menurut Cho dan Jung (1991) dalam Ratna dan Ery (2013),

20 earnings response coefficient didefinisikan sebagai efek setiap dolar unexpected earnings terhadap return saham, yang diukur dengan slopa koefisien dalam regresi abnormal returns saham dan unexpected earning. Menurut Eriana (2010) kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin dari tingginya koefisien respon laba, sebaliknya lemahnya reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercermin nilai ERC yang rendah. ERC berguna dalam analisis fundamental oleh investor, dalam model penilaian untuk menentukan reaksi pasar atas informasi laba perusahaan perusahaan. Reaksi atas informasi ini mencerminkan kualitas dari laba yang dilaporkan perusahaan. Tinggi rendahnya Earnings Response Coefficient (ERC) sangat ditentukan kekuatan responsif yang tercermin dari informasi yang terkandung dalam laba. Pengukuran ERC ialah sebagai berikut : CAR i(-5,+5) = +5 AR t=-5 it...(1) CAR i(-5,+5) = Abnormal return kumulatif perusahaan i selama periode amatan ± 5 hari tanggal publikasi laporan keuangan (dihitung dalam jendela peristiwa selama 11 hari, yaitu 5 hari sebelum peristiwa, 1 hari peristiwa, dan 5 hari setelah peristiwa) AR it = Abnormal Return perusahaan i pada hari t. Tahap mengukur cumulative abnormal return (CAR) : 1. Menurut Made dan I Gusti (2014) pengukuranabnormal return (AR) ialah : AR it = R it -Rm it....(2)

21 AR it = Abnormal Return perusahaan i pada hari t. R it = Return sesungguhnya perusahaan i pada hari t. Rm it = Return pasar perusahaan i pada hari t. R it = P it-p it-1....(3) P it-1 R it = return sesungguhnya perusahaan i pada hari t. P it = harga saham penutupan (closing price) perusahaan i pada hari t. P it-1 = harga saham penutupan (closing price) perusahaan i pada hari sebelum t. Rm it = IHSG it-ihsg it-1........(4) IHSG it-1 Rm it = Return pasar pada hari t. IHSG it = Indeks harga saham gabungan pada hari t. IHSG it-1 = Indeks harga saham gabungan pada hari t-1. 2. Mengukur unexpected earnings(ue) UE it = (EPS t -EPS t-1 )....(5) EPS t-1 (Menurut Dewi, 2015) UE it = Unexpected Earnings perusahaan i pada tahun t. EPS it = Laba per lembar sahamperusahaan i pada periode t.

22 EPS it-1 = Laba per lembar sahamperusahaan i pada periode sebelumnya (t-1). UE= E t- E t-1....(6) E t-1 (Menurut Riduwan, 2004 dalam Ngadiman dan Yurike, 2011) UE = Unexpected Earnings E t = Laba akuntansi setelah pajak perusahaan i pada tahun t. E t-1 = Laba akuntansi setelah pajak perusahaan i sebelum tahun t. 2.2.4 Konservatisme Laba Menurut Suwardjono (2005:245), konservatisma adalah sikap atau aliran (mahzab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko. Akuntansi yang menganut konsep dasar konservatisma, dalam menyikapi ketidakpastian, akuntansi (penyusun standar) akan menentukan pilihan perlakuan atau prinsip akuntansi yang didasarkan pada munculan (keadaan, harapan, kejadian, atau hasil) yang dianggap kurang menguntungkan. Implikasi terhadap pelaporan keuangan adalah bahwa pada umumnya akuntansi akan segera mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan besar akan terjadi tetapi tidak mengantisipasi (mengakui lebih dahulu) untung atau pendapatan yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan dengan

23 penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang dilingkupi ketidakpastian (Wibowo, 2002 dalam Dewi 2015). Implikasi dari penerapan prinsip ini adalah pilihan metode akuntansi ditujukan pada metode yang melaporkan laba dan aktiva lebih rendah atau utang lebih tinggi. Maka pada prakteknya, konservatisme akuntansi sering memperlambat atau menunda pengakuan pendapatan yang mungkin terjadi, tetapi mempercepat pengakuan biaya yang mungkin terjadi. Sementara itu dalam penilaian aset dan hutang, aset dinilai pada nilai paling rendah dan sebaliknya, hutang dinilai pada nilai yang paling tinggi. Menurut Basu (2009) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi merupakan praktik yang mengurangi laba saat perusahaan menghadapi bad news dan tidak menaikkan laba pada saat perusahaan menghadapi good news. Perusahaan yang baik menggunakan konservatisme akuntansi untuk melindungi respon investor denagn mengumumkan berita buruk (bad news) pada waktu yang tepat (Lara et al.,2009). Terdapat beberapa pengukuran untuk konservatisme, antara lain : 1. Menurut Givoly, Hayn, Katz (2010) pengukuran konservatisme ialah sebagai berikut : CONACC = NI- CFO...(7) CONACC NI CFO = Laba konservatisme sesuai item yang harus dibayar = Laba operasi tahun berjalan = Jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi

24 2. Menurut Dewi (2015), pengukuran konservatisme ialah sebagai berikut : CONACC= N it - OCF it...(8) CONACC N it = Konservtisme Akuntansi = Net income sebelum extraordinary item dikurangi depresiasi dan amortisasi OCF it it = kas bersih dari aktifitas operasi perusahaan = perusahaan i pada tahun t (hasil perhitungan lalu dikalikan dengan (-1)) 3. Menurut Made dan I Gusti (2014), tahapan pengukuran konservatisme ialah sebagai berikut : a. Mengukur total akrual oprasional TA it = NI it -OCF it..(9) TA it = total akrual perusahaan i pada tahun t NI it = Laba bersih perusahaan i pada tahun t. OCF it = Kas bersih dari aktifitas operasi perusahaan. b. Menghitung akrual operasional OA it = ACCREC it + PREPEXP it + INV it - ACCPAY it - TAXPAY it..(10) OA it = akrual operasional perusahaan i pada tahun t. ACCREC it = perubahan piutang perusahaan i pada tahun t.

25 PREPEXP it = perubahan biaya dibayar dimuka perusahaan i pada tahun t. INV it = perubahan persediaan perusahaan i pada tahun t. ACCPAY it = perubahan hutang usaha perusahaan i pada tahun t. TAXPAY it = perubahan hutang pajak perusahaan i pada tahun t c. Menghitung akrual non-operasi NOA it =TA it -OA it.. (11) NOA it = Akrual non operasi perusahaan i pada tahun t 2.2.5 Leverage Menurut Dewi Utari, dkk (2014 : 199) Leverageialah penggunaan biaya tetap atas aset atau beban tetap atas dana untuk meningkatkan hasil (return) perusahaan. Ada dua macam leverage, yaitu : 1. Leverage operasi (operating leverage), yaitu penggunaan aset teknologi tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas output tinggi, dengan konsekuensi menghasilkan biaya yang tinggi pula. 2. Leverage keuangan (financial leverage), yaitu penggunaan utang tinggi untuk menambah aset agar mampu menghasilkan output dan laba operasi tinggi, dengan konsekuensi menghasilkan beban bunga yang tinggi. Semakin tinggi leverage perusahaan, maka akan semakin tinggi risikonya. Biaya tetap tinggi akan mengakibatkan leverage operasi tinggi; perusahaan berbahaya jika margin kontribusi tidak mampu menutup biaya tetap tersebut. Beban bunga yang tinggi akan mengakibatkan leverage keuangan

26 semakin tinggi, perusahaan berbahaya jika laba operasi tidak mampu menutup beban bunga tersebut. Menurut Dewi Utari, dkk (2014 : 61) leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan hutangnya untuk membiayai investasinya. Rasio total hutang terhadap harta idealnya sebesar 40%. Namun dalam kondisi ekonomi yang baik, tingkat leverage bisa tinggi karena diharapkan menghasilkan laba operasi yang tinggi. Dalam kondisi ekonomi yang buruk tingkat leverage harus rendah agar beban bunga rendah. Rasio hutang terdiri dari : 1. Debt Ratio, yaitu total utang dibagi total aset. 2. Debt Equity Ratio, yaitu total utang dibagi total ekuitas 3. Long Term Debt Equity Ratio, yaitu utang jangka panjang dibagi ekuitas. 4. Time Interest Earned Ratio, yaitu laba sebelum bunga dan pajak dibagi bunga. 5. Fixed Payment Coverage Ratio, yaitu laba sebelum bunga dan pajak ditambah pembayaran sewa, dibagi bunga ditambah pembayaran sewa ditambah (pembayaran angsuran hutang ditambah dividen saham istimewa) kali [1/1 pajak]) Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Debt Ratio yang menggambarkan perbandingan utang dan aset.menurut Ihsanul (2014) perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi artinya perusahaan tersebut menggunakan hutang atau kewajiban lainnya dalam membiayai aset dan berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah. Selain itu juga akan semakin besar tingkat return atau penghasilan yang

27 diharapkan. Leverage bertujuan untuk meningkatkan return yang akan dibagi kepada pemegang saham. Jika unsur leverage diperbesar, maka unsur ketidakpastian tentang return juga semakin tinggi, tetapi juga akan memperbesar kemungkinan bertambahnya jumlah return yang diperoleh. Pengukuran leverage yaitu sebagai berikut : 1. Menurut Maisil Delvira dan Nelvirita (2013), pengukuran leverage adalah sebagai berikut : DER= Total Utang Total Ekuitas..(12) 2. Menurut Ihsanul Lukman (2014), pengukuran leverage adalah sebagai berikut: Debt ratio = Total Utang Total Aset......(13) 2.2.6 Pengaruh Konservatisme Laba Terhadap Earnings Response Coefficient Konservatisme adalah sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko (Suwardjono, 2009:245). Menurut Vita (2008) menyatakan bahwa konservatisme laba yang dihasilkan dari prinsip konservatisme mencerminkan laba terkecil yang dapat diperoleh perusahaan, sehingga laba dengan metode yang konservatif tidak merupakan laba yang dibesar-besarkan nilainya. Semakin tinggi kabar baik mengenai laba yang digunakan untuk menilai laba masa depan akan meningkatkan nilai ERC, begitu juga sebaliknya, jika semakin tinggi kabar buruk mengenai laba yang digunakan untuk menilai laba

28 masa depan, maka akan menurunkan nilai ERC. Hasil penelitian Made dan I Gusti (2014) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara konservatisme laba terhadap ERC. Sedangkan penelitian Dewi (2015) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan terhadap keresponan laba. 2.2.7 Pengaruh Leverage Terhadap Earnings Response Coefficient Penelitian yang dilakukan oleh Maisil dan Nelvirita (2013) menyatakan bahwa risiko sistematikberpengaruh negatif terhadap ERC, sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap ERC, dan persistensi laba berpengaruh positif terhadap ERC.Penelitian dari Ihsanul Lukman (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap keresponan laba, kesempatan bertumbuh berpengaruh signifikan negatif terhadap keresponan laba, leverage berpengaruh signifikan positif terhadap keresponan laba. Rasio hutang (leverage) ialah salah satu cara dalam mengukur seberapa besar proporsi hutang yang akan digunakan untuk membiayai asetnya (Yenny, 2013). Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi artinya perusahaan tersebut menggunakan hutang atau kewajiban lainnya dalam membiayai aset dan berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan peusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah. Tingkat leverage dapat mempengaruhi respon investor karena semakin tingginya leverage akan menurunkan respon investor. Hal itu terjadi karena investor beranggapan bahwa laba yang meningkat dari tingkat leverage akan menguntungkan debtholders bukan para pemegang saham. Dampak pada kurang percayanya investor terhadap laba perusahaan yang dilihat

29 dari tingkat hutang inilah yang akanmempengaruhi tingkat ERC, karena ERC akan menurun jika leverage tinggi. 2.3 Kerangka Pemikiran Konservatisme Laba Leverage Earnings Response Coefficient Sumber : diolah GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN Konservatisme laba merupakan prinsip kehati-hatian dalam menanggulangi risiko. Prinsip konservatisme dalam akuntansi ialah mengakui beban/biaya terdahulu, dan menahan laba dan aktiva untuk menghindari ketidakpastian dari proses bisnis dan ekonomi. Menurut Vita Amni (2008) menyatakan bahwa konservatisme laba yang dihasilkan dari prinsip konservatisme mencerminkan laba terkecil yang dapat diperoleh perusahaan, sehingga laba dengan metode yang konservatif tidak merupakan laba yang dibesar-besarkan nilainya. Semakin tinggi kabar baik mengenai laba yang digunakan untuk menilai laba masa depan akan meningkatkan nilai ERC. Sebaliknya jika semakin tinggi kabar buruk mengenai laba yang digunakan untuk menilai laba masa depan, maka akan menurunkan nilai ERC.

30 Rasio hutang (leverage) ialah salah satu cara dalam mengukur seberapa besar proporsi hutang yang akan digunakan untuk membiayai asetnya (Yenny, 2013). Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi artinya perusahaan tersebut menggunakan hutang atau kewajiban lainnya dalam membiayai aset dan berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan peusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah. Tingkat leverage dapat mempengaruhi respon investor karena semakin tingginya leverage akan menurunkan respon investor. Turunnya respon investor tersebut dikarenakan investor menganggap bahwa jika leverage tinggi yang akan diuntungkan adalah kreditur dan bukan investor. Sehingga ERC akan menurun jika tingkat leverage meningkat, sebaliknya jika tingkat leverage rendah maka akan meningkatkan ERC. 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang akan penulis ajukan ialah : H1 : Konservatisme laba berpengaruh terhadap earnings response coefficient H2 : Leverage berpengaruh terhadap earnings response coefficient