BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, budaya serta nilai-nilai yang positif yang ada dari satu generasi ke

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dapat memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala bidang tentu saja tidak mengabaikan bidang pendidikan guna membangun manusia-manusia pembangunan itu sendiri. Artinya peran pendidikan dituntut dalam menunjang pembangunan nasional. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengemukakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah genap 14 tahun program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Kondisi-kondisi permasalahan terus membayangi hingga saat ini, kendala-kendala dari berbagai aspek fisik maupun nonfisik masih belum dapat teratasi dengan optimal. Bahkan pemerintah menjanjikan akan tuntas pada tahun 2009, dengan melihat kondisi real dimana masih banyak masyarakat yang belum dapat menikmati pendidikan.

2 Melihat kenyataan seperti sekarang ini, Menurut Mahfudin (2009:3) tuntutan antisipasi terhadap berbagai kemungkinan pengaruh negatif sangat dibutuhkan. Dunia pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi upaya menanggulangi dampak tersebut, sekaligus 1 memanfaatkan teknologi global untuk kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat banyak. Pendidikan dalam konteks ini mengisyaratkan perlunya paradigma yang menempatkan guru (pendidik) sebagai sosok pribadi yang handal dan profesional dalam menghadapi dunia global. Dan untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian, dibutuhkan guru yang profesional dan mampu mengelola proses kegiatan belajar mengajar secara efektif dan inovatif, maka diperlukan perubahan strategi dan model pembelajaran sedemikian rupa yang mampu memberikan nuansa yang menyenangkan bagi guru dan siswa. Di tengah berbagai tantangan dari luar itu, guru dan siswa diupayakan dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi yang bersifat timbal balik antara siswa guru dan antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sekolah dasar sebagai salah satu pendidikan yang dasar yang membutuhkan peningkatan kualitas pendidikan nasional secara umum dalam menyiapkan generasi yang tetap memiliki jati diri Indonesia. Jika ingin menghasilkan kualitas SDM yang baik tentu diperlukan kualitas proses pendidikan yang baik. Kualitas pendidikan itu sendiri ditentukan oleh baik tidaknya faktor-faktor yang terkait dalam penyelenggaraan pendidikan. Banyak faktor yang terkait dan harus dipenuhi agar pendidikan bisa diselenggarakan

3 secara baik. Diantara faktor penting tersebut adalah guru, karena sesungguhnya guru memegang peranan yang sangat menentukan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan diperlukan guru yang berkualitas, benar-benar kompeten, yaitu memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan. Sejak tahun 2005, isu mengenai profesionalisme guru gencar dibicarakan di Indonesia. Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor tersebut merupakan latar yang disinyalir berkaitan erat dengan kualitas pendidikan. Untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagaimana dituntut oleh Undang-undang Guru dan Dosen. Pengakuan professional bagi guru ini dibuktikan melalui sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik bagi guru prajabatan diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG), sedangkan bagi guru dalam jabatan diperoleh melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio atau pemberian sertifikat secara langsung. Sertifikasi sebagai upaya peningkatan mutu guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran, layanan bimbingan dan konseling, serta kepengawasan pada satuan pendidikan formal secara berkelanjutan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.10 Tahun 2009, Guru yang dibuktikan dengan kompetensi yang dimilikinya akan mendorong terwujudnya

4 proses dan produk kinerja yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Guru kompeten dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikasi guru berikut tunjangan profesi yang memadai menurut ukuran Indonesia. Sekarang ini, terdapat sejumlah guru yang telah tersertifikasi, akan tersertifikasi, telah memperoleh tunjangan profesi, dan akan memperoleh tunjangan profesi. Fakta bahwa guru telah tersertifikasi merupakan dasar asumsi yang kuat, bahwa guru telah memiliki kompetensi. Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran siswa, meskipun tidak semua perbuatan belajar siswa merupakan akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu, guru sebagai figur harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan siswa yang aktif, kreatif dan efisien. Dalam Mulyasa (2009:9) mengungkapkan bahwa lemahnya kinerja guru salah satunya disebabkan oleh kurangnya kemahiran guru dalam mengelola kelas. Banyak faktor yang menyebabkan kurang profesionalitasnya seorang guru, sehingga pemerintah berupaya agar guru yang tampil di abad pengetahuan adalah guru yang benar-benar yang mampu mengantisipasi tantangan-tantangan dalam dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan dan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu perlu memberikan perhatian besar

5 kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Karena gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Guru merupakan sumber daya manusia yang menjadi perencana, pelaku dan penentu tercapainya tujuan pendidikan. Untuk itu dalam menunjang kegiatan diperlukan iklim sekolah yang kondusif dan hubungan baik antar unsur-unsur yang ada di sekolah antara lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi dan siswa. Serta hubungan baik antar unsur-unsur yang ada disekolah dengan orang tua dan masyarakat. Kualitas sekolah dasar sangat tergantung dari kualitas gurunya baik guru itu guru kelas ataupun guru mata pelajaran baik mengelola proses pembelajaran, seperti merancang, melaksanakan, dan melakukan penilaian pembelajaran yang harus dilakukan secara kontinu, kreatif, dan mandiri serta mampu mengembangkan dan mengimplementasikan inovasi dalam peningkatan mutu proses belajar mengajar. Komunikasi pembelajaran ini merupakan bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Pembelajaran matematika yang diajarkan di SD merupakan matematika sekolah yang terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi anak serta berpedoman kepada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

6 Hakekatnya matematika lebih baik diajarkan pada usia dini. Mengingat pentingnya matematika untuk siswa-siswa usia dini di SD, perlu dicari suatu cara mengelola proses belajar-mengajar di SD sehingga matematika dapat dicerna oleh siswa-siswa SD. Disamping itu, matematika juga harus bermanfaat dan relevan dengan kehidupannya, karena itu pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar harus ditekankan pada penguasaan keterampilan dasar dari matematika itu sendiri. Keterampilan yang menonjol adalah keterampilan terhadap penguasaan operasi-operasi hitung dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian). Sekalipun dalam banyak kesempatan sering dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, termasuk bagi kehidupan sehari-hari, banyak orang belum bisa merasakan manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka di luar, beberapa cabang matematika tertentu yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan praktis seperti berhitung, statistika dan geometri. Berbagai kendala yang muncul dilihat dari segi mengajar guru antara lain: proses pembelajaran masih monoton, guru belum mampu mengembangkan materi yang diajarkan, guru belum mampu menyusun pembelajaran yang bermakna, materi yang padat, media pembelajaran sangat kurang bahkan tidak mendukung, serta kurangnya penguasaan strategi dan metode pembelajaran yang dimiliki, sikap guru yang kurang harmonis tanpa menghiraukan keadaan kesulitan yang dialami oleh siswa. Dan sebagian siswa juga tidak mau berusaha untuk bertanya

7 dan merasa segan dan takut kepada guru, padahal siswa belum paham dan mengerti akan materi yang diajarkan oleh guru. Karena masalah tersebut, banyak siswa menjadi kurang termotivasi dalam mempelajari matematika. Selain itu juga menyebabkan pendidikan matematika di sekolah kurang memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan anak secara keseluruhan, baik bagi pengembangan kemampuan berpikir, bagi pembentukan sikap, maupun pengembangan kepribadian secara keseluruhan. Sebagai contoh, dalam bidang kemampuan berpikir kreatif atau meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, yang banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang pembentukan sikap, pendidikan matematika di sekolah belum bisa menumbuhkan sikap menghargai matematika sebagai ilmu yang sangat berguna bagi umat manusia pada diri para siswa. Dalam bidang pengembangan kepribadian, pendidikan matematika di sekolah belum mampu mengembangkan pribadi-pribadi siswa menjadi pribadi-pribadi yang mampu mengambil keputusan mengenai apa yang paling baik bagi dirinya, bersifat jujur, dan berani bertanggung jawab terhadap segala hal yang telah dilakukan atau diucapkan, sehingga banyak siswa menempuh pelajaran matematika melulu karena hal itu diharuskan oleh sistem yang ada, sesuai dengan kurikulum. Dengan situasi seperti itu, pendidikan matematika di sekolah, dan pendidikan formal pada umumnya, cenderung menghasilkan lulusan yang mempunyai banyak pengetahuan (khususnya pengetahuan faktual), seharusnya guru tidak hanya menyampaikan materi serta menilai hasil akhir saja, tetapi

8 seorang guru harus mampu membimbing,mengembangkan, menciptakan pembelajaran yang aktif serta menciptakan serangkaian tingkah laku yang berkaitan dalam situasi tertentu. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, pada diri setiap orang semakin dituntut adanya kemampuan berpikir yang tinggi dan kreatif, kepribadian yang jujur dan mandiri (berjiwa independen), dan sikap yang responsif terhadap perkembangan-perkembangan yang terjadi di lingkungannya atau di dalam masyarakat. Hal ini berlaku di banyak negara, termasuk Indonesia, terlebih-lebih dalam era sekarang ini, di mana demokrasi, hak-hak asasi manusia, dan otonomi dalam berbagai tataran (individu, kelompok, masyarakat, dan daerah) semakin dianggap penting. Banyaknya masalah dalam pendidikan matematika di Indonesia merupakan salah satu alasan untuk mereformasi pendidikan matematika di sekolah. Masalah umum matematika yang banyak orang awam tahu seperti rendahnya daya saing di ajang international maupun nasional, rendahnya nilai tes Ujian Akhir Sekolah dibanding pelajaran lainnya khususnya di Kecamatan Kasemen Kota Serang selalu di bawah 5.0 skala 1-10, serta rendahnya minat belajar matematika lantaran matematika terasa sulit karena banyak guru kelas mengajarkan matematika dengan materi dan metode yang tidak menarik dimana guru menerangkan atau 'teacher telling' sementara murid mencatat. Masalah lain yang sering juga dibahas di beberapa surat kabar di kolom Kemendiknas maupun Opini seperti rendahnya kualitas buku paket lantaran banyak ditulis tanpa

9 melibatkan orang pendidikan matematika atau guru matematika, buruknya sistem evaluasi yang hanya mengejar solusi namun mengabaikan proses mendapatkannya sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran ini selalu tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran matematika di sekolah dapat memotivasi siswa untuk belajar matematika dan mampu mendidik para siswa sehingga mereka bisa tumbuh menjadi orang-orang yang mampu berpikir secara mandiri dan kreatif, berkepribadian mandiri, dan mempunyai kemampuan dan keberanian dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan. Jika pembelajaran matematika di sekolah-sekolah kita dapat mengupayakan terbentuknya siswa dengan karakteristik seperti itu, berarti pembelajaran matematika di sekolah-sekolah kita telah memberikan sumbangan yang besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal inilah yang sudah diteliti dalam penelitian ini. peningkatan mutu pendidikan (prestasi belajar) bagaimana juga tergantung pada proses belajar mengajar. Untuk itu seorang guru harus dapat mengadakan pembelajaran matematika dalam meenyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai pada tahapan yang paling sederhana ketahapan yang lebih kompleks, dari yang konkret menuju ke yang abstrak, dari lingkungan dekat anak ke lingkungan yang lebih luas. Dengan demikian guru memegang peranan penting, sebab hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas pengajaran. Guru diharapkan dapat memahami dengan jelas bagaimana cara menyusun instruksi yang dapat mendorong

10 pemikiran kreatif siswa dan meningkatkan kreatifitas belajar bagi siswa sebagai bagian dari pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauhmana keberhasilan tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar) Proses belajar mengajar merupakan hasil kerjasama antara guru dan siswa yang didasari program dan ditunjang sarana dan prasarana. Kontribusi setiap komponen tentu saja mengarah pada pencapaian tujuan, namun peranan guru sebagai pengelola sangat penting. Artinya, gurulah yang mengelola proses belajar dengan pengelolaannya akan menentukan keberhasilan proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian, dengan demikian dibutuhkan kemampuan para guru profesional dalam mengadakan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek jangka panjang. Sehubungan dengan uraian di atas, dalam rangka penulisan tesis ini, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang profil guru profesional sesuai dengan tuntutan dan perkembangan di bidang pendidikan keguruan dan peranan guru profesional yang sudah bersertifikasi dalam melaksanakan kegiatan mengajar yang akan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar yang direncanakan.

11 untuk itulah peneliti memilih judul tesis: Hubungan antara Guru Profesional dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika di SD (Studi Guru Bersertifikat Se-Kecamatan Kasemen Kota Serang) B. Rumusan Masalah Penelitian ini secara umum membahas masalah hubungan profesional guru terhadap hasil belajar siswa. Salah satu ciri sebagai profesi, guru harus memiliki kompetensi, sebagaimana dituntut oleh disiplin ilmu pendidikan (pedagogik) yang harus dikuasainya. Dalam hal kompetensi ini, Direktorat Tenaga Kependidikan telah memberikan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara dalam menjalankan fungsi sebagai guru. Pada penelitian ini penulis telah meneliti permasalahan yang terdapat pada penampilan mengajar guru profesional Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kasemen yang sudah bersertifikasi dan pembelajaran di kelas terutama hasil belajar Ujian Akhir Sekolah Tahun Pelajaran 2010-2011, agar penelitian ini terarah dan memperoleh gambaran yang jelas penulis merumuskan masalah tentang penampilan mengajar guru sekolah dasar terutama pada mata pelajaran matematika dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya masalah yang ada pada penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan dibahas. Hal ini dikemukakan agar penelitian

12 mempunyai arah yang jelas dan lebih tepat sasaran. Penelitian ini dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan hubungan antara guru yang bersertifikasi dengan pembelajaran dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika Semester II Tahun Pelajaran 2010-2011 D. Pertanyaan Penelitian Untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, berikut ini dipaparkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana persiapan guru yang sudah bersertifikasi pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kasemen dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika? 2. Bagaimana PBM yang dilaksanakan guru yang bersertifikasi pada mata pelajaran matematika? 3. Sejauhmana hubungan antara guru yang sudah bersertifikasi dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika? 4. Bagaimana evaluasi guru yang sudah bersertifikat terhadap hasil belajar siswa Tahun Pelajaran 2010-2011 sehingga tercipta peningkatan kualitas proses pembelajaran? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapat pengetahuan sejauhmana guru profesional yang bersertifikasi dapat meningkatkan kinerja

13 mengajar siswa dalam mencapai hasil belajar siswa yang maksimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan : a. Mendapat pengetahuan mengenai persiapan guru yang sudah bersertifikasi pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kasemen dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika b. Mengetahui PBM yang dilaksanakan guru yang bersertifikasi pada mata pelajaran matematika c. Mengetahui hubungan antara guru profesional yang bersertifikasi dengan hasil belajar siswa Tahun Pelajaran 2010-2011 pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kasemen Kota Serang d. Mengetahui sejauhmana evaluasi guru yang sudah bersertifikat terhadap hasil belajar siswa Tahun Pelajaran 2010-2011 sehingga tercipta peningkatan kualitas proses pembelajaran. F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat langsung, baik bagi peneliti, guru, sekolah maupun dinas pendidikan setempat. 1. Bagi Peneliti

14 a. Dapat dijadikan sebagai syarat dalam menempuh ujian magister pendidikan guna mendapatkan gelar magister pendidikan guru sekolah dasar. b. Memberikan pengalaman, pengetahuan dan pemahaman tentang guru profesional dalam mengimplementasikan kompetensinya sehingga mendapatkan hasil belajar siswa yang maksimal. c. Memberikan acuan yang positif terhadap kemampuan guru profesional dalam mengembangkan kreatifitas dan hasill belajar siswa. 2. Bagi guru a. Hasil penelitian ini bisa memberikan wawasan mengenai kerangka pedagogis yang harus dipersiapkan guru profesional dalam kegiatan pembelajaran guna mendapatkan hasil belajar yang dicapai. b. Dapat mengetahui hubungan kinerja guru professional terhadap siswa dalam mengembangkan pembelajaran maupun rencana pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa. c. Penelitian ini dapat memperbaiki kinerja guru profesional dan dapat memotivasi guru untuk aktif terlibat dalam pembelajaran yang kondusif. 3. Bagi sekolah a. Penelitian ini menjadi wawasan pengetahuan tentang pengaruh guru profesional dalam mengembangkan kreatifitas belajar siswa.

15 b. Ingin mengetahui sejauhmana aktifitas, kratifitas dan hasil belajar siswa serta mendorong guru dan siswa untuk aktif terlibat dalam pembelajaran yang bermakna. 4. Bagi Dinas Pendidikan Penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi tentang guru profesional yang bersertifikat dalam mengembangkan kreatifitas pembelajaran di dalam kelas yang berdampak terhadap hasil belajar siswa. G. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan gambaran umum tentang istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini. Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (M. Nasir, 1983:126) 1. Menurut Rice dan Bishoprick dalam Bafadal (2004:5) Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. 2. Menurut Nana Sudjana (1989:235) hasil belajar yang dijadikan obyek penilaian adalah hasil belajar bidang pengetahuan (kognitif) yang mencakup tingkat kemampuan ingatan, pemahaman, aplikasi, dan sebagainya, yang penilaiannya dapat dilakukan secara kuantitatif-obyektif dengan menggunakan prosedur yang dapat distandarisasikan

16 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun 2008 tentang Guru (2008:4) Pasal 1 menjelaskan bahwa 1) sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru, 2) sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. 4. Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada diri siswa dalam, kaitannya dengan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Perilaku yang dijadikan acuan untuk merumuskan tujuan dan untuk mengembangkan instrument penilaian, tiga ranah perilaku tersebut adalah perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. (Solehuddin, 2006:14) Jadi yang dimaksud dengan Hubungan Guru Profesional dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika (Studi Guru bersertifikasi se- Kecamatan Kasemen Kota Serang) dapat diartikan sebagai wujud prilaku suatu kegiatan guru yang profesional dalam proses pembelajaran yang dapat membawa hasil guna bagi siswa dalam menentukan hasil dari sebuah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan antara guru dan siswa berupa pengukuran ataupun penilaian dalam bentuk tertulis pada sebuah kegiatan pembelajaran matematika.