BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar, perlu menekankan adanya keterampilan proses

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2011). Hakekat IPA

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita. Menurut UU No. 20

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara intensif di tanah air karena mutu pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

I. PENDAHULUAN. perbedaan pada siswa-siswanya. Siswa yang pandai akan terhambat kemajuannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hasil

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan sains tidak hanya terdiri dari fakta, konsep dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum diterangkan. Oleh karena itu, tuntutan untuk terus menerus memajukkan pengetahuan sains menjadi suatu keharusan (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif dalam penyelenggaraan pembelajaran. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, produk ilmiah, dan aplikasi (Asy'ari, 2006). Sains sebagai sebuah produk karena terdiri dari sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains sebagai proses, karena merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terstruktur dan sistematis yang dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam termasuk didalamnya adalah kemampuan berpikir untuk menyusun dan menemukan konsep-konsep baru. Sedangkan sains sebagai suatu sikap, karena diharapkan mampu membentuk karakter bagi siswa sesuai nilai siswa. Jadi IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan 1

2 pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejalagejala alam yang belum dapat direnungkan (Yusuf, 2010). Rangkaian kegiatan tersebut menjadikan seorang guru harus dapat menerapkan suatu pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa. Sehingga siswa dapat menggunakan berbagai sumber belajar, lebih menghayati materi karena berhadapan langsung dengan obyek belajar, sikap ingin tahu, kemampuan kreatifitas, sikap kritis, sistematis, terbuka, jujur dapat ditumbuhkembangkan dan siswa dilibatkan secara optimal baik mental maupun fisik, sehingga pengetahuan mudah meresap dan tahan lama (Julianto, 2010). Mengingat pentingnya mata pelajaran IPA khususnya biologi, maka perlu diupayakan pembelajaran biologi semaksimal mungkin agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Biologi merupakan cabang sains dalam dunia pendidikan. Dalam proses pembelajaran di SMA, konsep materi yang diperoleh tidak hanya berasal dari pengamatan secara langsung, tetapi juga keterlibatan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa mampu memahami konsep biologi yang diperoleh dalam pembelajaran. Praktek proses belajar IPA khususnya biologi di sekolah sesuai hakikat sains pada kondisi ideal belum dapat diterapkan sepenuhnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa proses belajar mengajar biologi masih menggunakan sistem konvensional dengan metode ceramah dimana guru

3 mendominasi pembelajaran meskipun divariasi tanya jawab dengan siswa. Guru lebih banyak menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sains masih dilakukan secara transfer of knowledge sehingga pembelajaran cenderung verbal dan berorientasi pada kemampuan kognitif siswa tanpa mempertimbangkan proses untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Fenomena mengajar yang kurang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar menyebabkan kemampuan psikomotor dan afektif siswa kurang. Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Kebanyakan siswa hanya berorientasi pada kemampuan kognitif saja serta menganggap bahwa biologi merupakan mata pelajaran yang banyak menghafal. Dari hasil observasi di SMA Negeri 1 Sokaraja, diketahui sebagian besar kelas XI IPA menujukkan rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Biologi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi, guru menyatakan bahwa siswa kelas XI IPA sebagian masih pasif saat proses pembelajaran. Sebagian besar siswa bahkan bermain sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru dikelas yang membuat suasana kelas kurang kondusif. Kondisi yang demikian menyebabkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran biologi rendah dan mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa juga rendah. Hal tersebut terbukti dari hasil ulangan harian siswa yang sebagian besar masih di bawah KKM, yaitu kurang dari 75.

4 Dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa kelas XI IPA, menunjukkan siswa yang tertarik terhadap materi Biologi sebesar 60 %. Dalam proses pembelajaran siswa yang aktif bertanya 47,33 %, siswa yang bersemangat dalam proses pembelajaran sebesar 47,3 %, siswa yang memperhatikan perhatian guru 60 %, siswa yang dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran 46,67 %, siswa yang dapat menyimpulkan hasil pembelajaran dengan rangkuman sebesar 50 % dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sebesar 48,7 %. Hasil angket tersebut menunjukkan sebagian besar siswa tertarik dengan mata pelajaran Biologi, namun peran aktif dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih rendah. Berdasarkan pernyataan pernyataan tersebut maka diperlukan suatu inovasi dalam pembelajaran berupa desain pembelajaran yang interaktif, yaitu pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning). Desain ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan. Siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanya seorang fasilitator yang membimbing serta mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Desain ini mengajak siswa untuk melakukan aktivitas pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains, dengan demikian siswa diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Aktivitas ilmiah tersebut sangat erat

5 kaitannya dengan hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Salah satu inovasi pembelajaran tersebut dengan menggunakan Desain pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Desain pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dilandasi pandangan kontruktivisme. Pandangan kontruktivisme menuntut siswa membangun pengetahuannya sendiri (Nuryani, 2005). Menurut teori kontruktivisme, guru hanya sebagai fasilitator sehingga siswa mampu mengkontruksi pengetahuannya sendiri dengan optimal dan biasanya diwujudkan melalui kerja kelompok. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok yang sifatnya heterogen (Syarifuddin dalam Primarinda, 2012). Pembelajaran kooperatif lebih mementingkan kerja sama siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan dari masingmasing anggota kelompok menunjang keberhasilan kelompok (Rusman, 2011). Setiap siswa mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap rangsangan belajar yang didapat. Hal ini disebabkan oleh keadaan yang berbeda-beda pada masing-masing siswa. Dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan, perlu didukung oleh sikap ilmiah dalam diri setiap siswa. Sikap ilmiah tersebuat berkaitan dengan kelompok belajar dan aktivitas pembelajaran dengan langkah-langkah ilmiah. Pada dasarnya, sikap ilmiah adalah suatu kecenderungan atau dorongan untuk berperilaku

6 dan mengambil tindakan pemikiran ilmiah sesuai dengan metode ilmiah. (Wilken dalam Kostania, 2011). Dalam interaksi pembelajaran, guru berfungsi sebagai pembimbing dan fasilitator yang membantu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Salah satu fasilitas yang dapat dilakukan guru adalah dengan menciptakan suatu lingkungan pembelajaran yang mendukung melalui pembelajaran yang kooperatif sehingga siswa dapat mengembangkan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berbasis pengoptimalan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah siswa diharapkan dapat menjadi solusi, salah satunya yaitu GI (Group Investigation). GI merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Siswa dilibatkan dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Model ini mengajarkan kepada siswa dalam komunikasi kelompok dan proses kelompok yang baik (Rusman, 2011). Pada dasarnya desain ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis (Taniredja dkk, 2011). Hal tersebut selaras untuk mengembangkan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah siswa dari pembelajaran biologi. Pembelajaran tipe GI dikembangkan untuk membangun semua aspek kemampuan siswa baik di bidang kognitif, psikomotor, dan afektif. Siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe GI tidak hanya dituntut untuk mengembangkan kemampuan

7 individunya tetapi juga dituntut untuk berbagi dengan anggota kelompoknya. Kegiatan belajar siswa dalam pembelajaran ini antara lain siswa mengangkat masalah, merumuskan masalah, mengajukan jawaban sementara (hipotesis), merancang kegiatan investigasi untuk menjawab masalah (menguji hipotesis), melakukan investigasi, menyusun laporan, dan diskusi kelas (Bagus, 2006). Desain GI ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA khususnya biologi. Topik-topik materi yang ada mengarah pada kegiatan ilmiah yang dimulai dari identifikasi masalah, merumuskan masalah, studi pustaka, menyusun hipotesis, melaksanakan penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian sehingga mampu mengembangkan pengalaman belajar siswa. Siswa dilatih untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri dan terlibat secara aktif pada pembelajaran mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir sehingga dapat memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan (Rusman, 2011) Istikomah dkk (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa Desain GI dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Sikap ilmiah juga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Desain ini mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan aktivitas dan pengalaman belajar sains. Siswa memilih topik, melakukan penyelidikan, menarik kesimpulan, dan mengkritisi hasil penyelidikannya sehingga siswa terlatih untuk tekun, teliti, jujur, terbuka, dan bersikap ingin tahu untuk memperoleh data yang akurat.

8 Manfaat dari Desain GI ini dapat melatih siswa menerima pendapat orang lain, bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya (heterogen), membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah dan meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Komunikasi yang terjadi antara anggota-anggota kelompok dalam menyampaikan pengetahuan serta pengalamannya dapat meningkatkan pengetahuan, hubungan sosial setiap anggota kelompok, dan hasil belajar. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam proses pembelajaran terbukti sudah membuahkan hasil yang memuaskan. Terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani, dkk (2009) dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dengan Pendekatan Salingtemas dalam Meningkatkan Kemampuan Kerja Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lawang. Hasil Penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kerja ilmiah terjadi pada komponen melaksanakan penyelidikan ilmiah sebesar 14,14 %, mengkomunikasikan hasil penyelidikan ilmiah sebesar 8,6 %, bersikap ilmiah sebesar 4 %, merencanakan penyelidikan ilmiah sebesar 6.75% serta hasil belajar kognitif mengalami peningkatan sebesar 54 %. Penelitian yang menggunakan model ini adalah Katharina (2013), penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA sebesar 22,93 %. Terkait dengan hal tersebut diharapkan aktivitas ilmiah yang diterapkan pada siswa akan membuat siswa lebih aktif.

9 Berdasarkan pemaparan latarbelakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah siswa kelas XI IPA pada pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Sokaraja Tahun ajaran 2014/2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latarbelakang masalah di atas, maka peneliti dapat menetapkan perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu Apakah model pembelajaran Group Investigation berpengaruh terhadap aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah siswa kelas XI IPA pada pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Sokaraja Tahun ajaran 2014/2015. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah siswa kelas XI IPA pada pembelajaran Biologi SMA di Negeri 1 Sokaraja Tahun ajaran 2014/2015. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1) Bagi siswa a. memberikan suasana dan pengalaman pembelajaran yang aktif, menarik dan mandiri sehingga membuat siswa tetap berkonsentrasi pada materi pembelajaran.

10 b. mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sehingga menumbuhkan semangat belajar yang positif dan berkesan. c. menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta didik untuk belajar berpikir, sehingga belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit, pelaksanaan kaijian proyek, dan latihan memecahkan masalah. 2) Bagi guru a. memberikan motivasi dan pengetahuan dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan guru sehingga mempermudah dan mendukung proses pembelajaran. b. membantu dalam mempersiapkan desain pembelajaran yang memadukan dan menerapkan antara pengetahuan dan keterampilan. 3) Bagi sekolah a. sebagai reverensi atau tambahan dalam mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pendidikan. b. memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan pemahaman belajar IPA materi biologi. 1.5 Hipotesis Hipotesis yang diambil adalah model pembelajaran Group Investigation berpengaruh terhadap aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah siswa kelas XI IPA pada pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Sokaraja, dengan konsep sebagai berikut :

11 a) Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran GI (Group Investigation) terhadap aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah siswa kelas XI IPA pada pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Sokaraja Tahun ajaran 2014/2015. b) Ha : Ada pengaruh pengaruh model pembelajaran GI (Group Investigation) terhadap aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah siswa kelas XI IPA pada pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Sokaraja Tahun ajaran 2014/2015.