DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DATA KUALITAS AIR HASIL PEMANTAUAN TAHUN Tabel. 1. Data Hasil Analisis Laboratorium Pemantauan Kualitas Air Sungai Kabupaten Paniai

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REKAPITULASI HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI OYO TAHUN Jembatan Kedungwates Gunungkidul

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Pb,Cd, dan Hg. 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Pb.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DALAM PERMEN LH NOMOR 5 TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

Lampiran F - Kumpulan Data

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan

Lampiran 1. Sampel yang Digunakan. Gambar 4. Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Gambar 5. Ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis)

Judul Penelitian: GAMBARAN KUALITAS AIR SUNGAI DI KAWASAN DAS CITARUM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah dan jenis polutan semakin meningkat seiring meningkatnya produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

Kualitas Air Sungai Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BIOAKUMULASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

POTENSI HIDROLOGI DANAU DAN LAHAN GAMBUT SEBAGAI SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS: DANAU AIR HITAM, PEDAMARAN, OKI)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

Transkripsi:

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pengoperasian industri tekstil di DAS Garang Hilir terhadap kualitas air sumur dan air pasokan PDAM Kota Semarang. Penelitian dilakukan pada industri tekstil di DAS Garang Hilir Kota Semarang. Data penelitian merupakan data primer, berupa hasil pengujian limbah cair, air sumur penduduk dan air pasokan PDAM Kota Semarang, yang dilengkapi dengan data sekunder, berupa hasil pengujian yang dilakukan perusahaan, kemudian dilakukan cross check dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah. Data dianalisis secara deskriptif-komparatif dan inferensial dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan, pengoperasian industri tekstil relatif tidak berdampak pada penurunan kualitas air sumur penduduk dan air pasokan PDAM Kota Semarang. Hasil pengujian air limbah menunjukkan, semua parameter kunci industri tekstil spinning berada berada/di bawah baku mutu yang ditetapkan, sedangkan konsentrasi BOD industri tekstil weaving berada di atas baku mutu yang ditetapkan. Hasil pengujian kualitas air sumur penduduk menujukkan, semua parameter berada/di bawah baku mutu yang ditetapkan. Kualitas air pasokan PDAM Kota Semarang telah mengalami penurunan, yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi logam berat kadmium (Cd), timbal (Pb), dan merkuri (Hg); bahkan Cu, Zn, Pb, dan Cd telah melampaui baku mutu yang ditetapkan. Berbagai jenis logam berat tersebut bukan merupakan parameter kunci industri tekstil. Kata kunci: industri tekstil, DAS Garang Hilir, air sumur, air pasokan PDAM PENDAHULUAN Kinerja industri tekstil (dan produk tekstil) memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Industri tekstil (dan produk tekstil) mempunyai kontribusi 2,18 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan 8,01 persen terhadap industri pengolahan pada tahun 2010. Komoditas tekstil (dan produk tekstil) merupakan komoditas nonmigas yang memberikan kontribusi terbesar selama lebih dari 20 tahun terakhir (Hermawan, 2011). Bagi Provinsi Jawa Tengah, tekstil dan produk tekstil merupakan kelompok komoditas utama yang mempunyai nilai 173

ekspor tertinggi selama periode bulan Januari sampai dengan Juni 2012. Nilai ekspor pada bulan Juni 2012 sebesar 140,78 juta US$ (Zaenuri, 2012). Industri tekstil merupakan industri padat karya, sehingga banyak tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksinya. Industri tekstil di Indonesia memiliki peran yang cukup signifikan karena dapat menyerap tenaga sangat besar (Herjanto, 2007). Karakteristik industri tekstil ditandai dengan dihasilkannya limbah cair dalam jumlah besar dan potensial mengandung polutan yang berasal dari zat warna, bahan pembantu tekstil, kanji, dan sumber lainnya (Sugiana, 2008). Pencemaran air yang disebabkan oleh industri tekstil dan produk tekstil berawal dari ketidakefisienan mesin yang digunakan, serta penggunaan kapasitas yang berlebihan (Sudradjat, 2002). Pengoperasian industri tekstil di DAS (Daerah Aliran Sungai) Garang Hilir berpotensi menurunkan kualitas air sumur penduduk pada boundary industri dan air Kali Garang, yang akan berdampak pada mutu air pasokan PDAM Kota Semarang. Kapasitas produksi PDAM Semarang yang bersumber dari air permukaan mencapai 1.582,5 liter/detik atau 65,49% dengan rata-rata produksi sebesar 1.217 liter/detik. Air pasokan PDAM ini relatif terus mengalami penurunan kualitasnya kendati pemerintah telah melakukan pemantauan terus menerus melalui Prokasih (Program Kali Bersih). Penurunan kualitas air pasokan ini akan berakibat semakin meningkatnya biaya pengolahan, sehingga akan semakin memberatkan pelanggan. Di samping itu, pencemaran yang terjadi akan berpotensi mengancam kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui konsumsi ikan yang bersumber dari Kali Garang. METODE Penelitian dilakukan pada industri tekstil di DAS Garang Hilir Kota Semarang. Pada mulanya, di DAS Garang Hilir terdapat 4 (empat) industri tekstil. Pada tahun 2005, sebuah industri tekstil direlokasi ke daerah lain. Sebuah industri tekstil telah melakukan adaptasi morfologi, dari tekstil weaving ke garmen, sehingga relatif kering. Dengan demikian, penelitian difokuskan pada 2 (dua) industri tekstil, yakni tekstil weaving dan spinning. Data penelitian merupakan data primer, berupa hasil pengujian limbah cair, air sumur penduduk dan air pasokan PDAM Kota Semarang. Sampel limbah cair diambil pada outlet saluran limbah, sedangkan sampel air sumur diambil pada sumur penduduk yang berada pada boundary industri. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 17 Juli 2012, pada saat industri sedang beroperasi. Data sekunder, berupa hasil pengujian limbah cair yang dilakukan perusahaan, kemudian dilakukan cross check dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah. Data dianalisis secara deskriptif-komparatif. Hasil pengujian kualitas limbah cair dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004. Hasil pengujian kualitas 174 Vol. 10 No.2 Desember 2012

air sumur dibandingkan dengan Permenkes No 416/MENKES/PER/ IX/1996 dan Perda Provinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004. Hasil pengujian kualitas air pasokan PDAM dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001. Bila konsentrasi parameter berada/di bawah baku mutu yang telah ditetapkan maka limbah cair yang dihasilkan tidak berpotensi mencemari air sumur dan air pasokan PDAM, dan sebaliknya. Bila konsentrasi parameter air sumur dan air pasokan PDAM berada/di bawah baku mutu yang telah ditetapkan maka air sumur dan air pasokan PDAM tidak tercemar, dan sebaliknya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil pengujian limbah cair industri tekstil spinning dan weaving disajikan pada Tabel 1 dan 2, sedangkan hasil pengujian kualitas air sumur penduduk yang berada pada boundary industri tekstil spinning dan weaving disajikan pada Tabel 3 dan 4. Tabel 1. Kualitas Limbah Cair Industri Tekstil Spinning Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu TSS mg/l 40 50 ph - 7,49 6,0-9,0 BOD mg/l 2,03 60 COD mg/l 7,88 150 Minyak Lemak mg/l 0 3,0 Sulfida (S) mg/l 0,021 0,3 Fenol mg/l 0,0001 0,5 ) mg/l 0,19 8,0 Krom total (Cr) mg/l 0,001 1,0 Sumber: Data Primer (2012) Tabel 2. Kualitas Limbah Cair Industri Tekstil Weaving Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu TSS mg/l 6,2 50 ph - 7,47 6,0-9,0 BOD mg/l 130,58 60 COD mg/l 76,11 150 Minyak Lemak mg/l 0 3,0 Sulfida (S) mg/l 0,29 0,3 Fenol mg/l 0,0001 0,5 ) mg/l 0,41 8,0 Krom total (Cr) mg/l 0,001 1,0 Sumber: Data Primer (2012) 175

Tabel 3. Kualitas Air Sumur pada Boundary Industri Tekstil Spinning Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu Baku Mutu * TSS mg/l 0,8-50 ph - 7,23 6,5-8,5 6,0-9,0 BOD mg/l 2,90-60 COD mg/l 15,14-150 Minyak Lemak mg/l 0-3,0 Sulfida (S) mg/l 0,008 0,05 0,3 Fenol mg/l 0,0001-0,5 ) mg/l 0,41-8,0 Krom total (Cr) mg/l 0,001 0,05 1,0 Sumber: Data Primer (2012) Permenkes No 416/MENKES/PER/ IX/1996 * Tabel 4. Kualitas Air Sumur pada Boundary Industri Tekstil Weaving Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu Baku Mutu * TSS mg/l 19,8-50 ph - 7,01 6,5-8,5 6,0-9,0 BOD mg/l 2,32-60 COD mg/l 4,66-150 Minyak Lemak mg/l 2-3,0 Sulfida (S) mg/l 0,003 0,05 0,3 Fenol mg/l 0,0001-0,5 ) mg/l 0,95-8,0 Krom total (Cr) mg/l 0,001 0,05 1,0 Sumber: Data Primer (2012) Pembahasan Permenkes No 416/MENKES/PER/ IX/1996 * Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dikemukakan, konsentrasi semua parameter kunci industri teksil spinning berada di bawah atau berada dalam kisaran baku mutu yang telah ditetapkan, sesuai Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004. Hal ini sangat menggembirakan, walaupun bukan merupakan hasil pengolahan limbah cair yang dilakukan perusahaan. Industri tekstil spinning tidak lagi mengoperasikan IPAL, bahkan bangunan IPAL telah diratakan dengan tanah, setelah perusahaan melakukan adaptasi perilaku akibat tekanan pasar internasional, berubah dari weaving ke spinning. Industri tekstil spinning memang relatif lebih kering dibanding weaving. Hal ini dimungkinkan akibat bercampurnya limbah cair yang 176 Vol. 10 No.2 Desember 2012

dihasilkan perusahaan dengan air pendingin mesin-mesin. Hasil pengujian kualitas limbah cair industri tekstil spinning pada tahun 2012 lebih baik dibanding tahun 2009 (Tabel 5). Konsentrasi parameter TSS memang telah mengalami kenaikan, 15,40 mg/l pada tahun 2009 menjadi 40 mg/l pada tahun 2012; namun demikian konsentrasi TSS ini masih di bawah baku mutu yang ditetapkan (Perda Propinsi Jawa Tengah No 10/2004). Tabel 5. Perbandingan Kualitas Limbah Cair Industri Tekstil Spinning Parameter Satuan Pengujian 2009 Pengujian 2012 * Baku Mutu ** Konsentrasi TSS mg/l 15,40 40 50 ph - 7,85 7,49 6,0-9,0 BOD mg/l 17,49 2,03 60 COD mg/l 58,31 7,88 150 Minyak Lemak mg/l 4 0 3,0 Sulfida (S) mg/l 0,007 0,021 0,3 Fenol mg/l 0,00 0,0001 0,5 ) mg/l 0,00 0,19 8,0 Krom total (Cr) mg/l 0,0020 0,001 1,0 Zaenuri dkk (2010) * Data Primer (2012) * Dari Tabel 5 dapat dikemukakan, konsentrasi minyak dan lemak telah mengalami penurunan secara signifikan. Konsentrasi minyak dan lemak pada tahun 2009 sebesar 4 mg/l, sehingga berada di atas baku buku, berhasil diturunkan menjadi 0 mg/l pada tahun 2012. Kualitas limbah cair yang dihasilkan industri tekstil weaving relatif lebih jelek dibanding spinning. Hasil pengujian (Tabel 2) menunjukkan, konsentrasi BOD mencapai 130,58 mg/l, jauh melampaui baku mutu yang ditetapkan, yakni 60 mg/l. Hal ini mengindikasikan, IPAL yang dimiliki perusahaan belum dioperasikan secara optimal. Tingginya konsentrasi BOD industri tekstil weaving sejalan dengan pandangan Komarawidjaja (2007) yang menegaskan, limbah cair industri tekstil dengan kandungan bahan organik yang tinggi yang ditunjukkan oleh konsentrasi BOD barasal dari proses basah yang meliputi proses penghilangan kanji (desizing), penggelantangan (bleaching), pelepasan wax (scouring), dan pencelupan (dyeing). Hasil pengujian limbah cair industri tekstil weaving pada tahun 2009 juga menunjukkan masih adanya sebuah parameter kunci, yakni minyak dan lemak yang berada di atas baku mutu yang ditetapkan. Perbandingan hasil pengujian tahun 2009 dan 2012 industri tekstil weaving disajikan pada Tabel 6. 177

Tabel 6. Perbandingan Kualitas Limbah Cair Industri Tekstil Weaving Parameter Satuan Pengujian 2009 Pengujian 2012 * Baku Mutu ** Konsentrasi TSS mg/l 19,67 6,2 50 ph - 7,18 7,47 6,0-9,0 BOD mg/l 8,47 130,58 60 COD mg/l 28,00 76,11 150 Minyak Lemak mg/l 6 0 3,0 Sulfida (S) mg/l 0,011 0,29 0,3 Fenol mg/l 0,00 0,5 0,0001 ) mg/l 0,95 0,41 8,0 Krom total (Cr) mg/l 0,0079 1,0 0,001 Zaenuri dkk (2010) * Data Primer (2012) * Kualitas air limbah industri tekstil spinning dan weaving (Tabel 1 dan 2) relatif tidak mendegradasikan air sumur penduduk yang bermukim pada boundary industri. Hasil pengujian air sumur penduduk pada tanggal 17 Juli 2012 (Tabel 3 dan 4) menunjukkan semua parameter berada di bawah atau berada dalam kisaran baku mutu yang telah ditetapkan, sesuai Permenkes No 416/MENKES/PER/ IX/1996 maupun Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004. Industri tekstil spinning memiliki outlet yang berujung di Bendung Simongan, sedangkan outlet industri tekstil weaving berujung pada intake PDAM. Dengan demikian, kualitas limbah cair yang dihasilkan industri tekstil weaving berpotensi mendegradasikan kualitas air pasokan PDAM Kota Semarang. Hasil penelitian Nur Kusuma Dewi (2012) menunjukkan, meski masih memenuhi baku mutu air minum, namun konsentrasi logam berat di Kali Garang patut diwaspadai. Lingkungan sekitar Kali Garang banyak digunakan untuk kegiatan industri yang menghasilkan limbah kadmium, timbal, dan merkuri. Industri-industri tersebut membuang limbahnya ke Kali Garang. Konsentrasi logam berat kadmium (Cd), timbal (Pb), dan merkuri (Hg) telah mengalami kenaikan, sehingga meningkatkan konsentrasi toksik (racun) bagi kehidupan biota yang hidup di dalamnya dan berpotensi sebagai polutan berbahaya (Suara Merdeka, 31 Agustus 2012). Hasil yang diperoleh Nur Kusuma Dewi sejalan dengan penelitian Mastur dkk (2010). Hasil pengujian kualitas air Kali Garang di intake PDAM pada tahun 2009 disajikan pada Tabel 7. 178 Vol. 10 No.2 Desember 2012

Tabel 7. Kualitas Air Kali Garang (Intake PDAM) Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu Keterangan TSS mg/l 8,73 50 Di bawah Baku Mutu ph - 7,79 6-9 Dalam Interval Baku Mutu BOD mg/l 1,54 2 Di bawah Baku Mutu COD mg/l 5,14 10 Di bawah Baku Mutu Minyak Lemak mg/l 3 1000 Di bawah Baku Mutu Sianida (CN) mg/l 0,004 0,02 Di bawah Baku Mutu Sulfida (S) mg/l 0,016 0,002 Di bawah Baku Mutu Fenol mg/l 0,00 1 Di bawah Baku Mutu Deterjen (MBAS) mg/l 0,1935 - - Fospat (PO 4 3- ) mg/l 0,1193 - - ) mg/l 0,00 0,5 - Krom (Cr +6 ) mg/l 0,0013 0,05 Di bawah Baku Mutu Krom total (Cr) mg/l 0,0999 - - Tembaga (Cu) mg/l 0,1261 0,02 Di atas Baku Mutu Seng (Zn) mg/l 0,1460 0,05 Di atas Baku Mutu Nikel (Ni) mg/l 0,0359 - - Timbal (Pb) mg/l 0,0621 0,03 Di atas Baku Mutu Kadmium (Cd) mg/l 0,1325 0,01 Di atas Baku Mutu PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas I (air baku air minum) Sumber: Zaenuri dkk (2010) Hasil pengujian kualitas air Kali Garang di Tugu Suharto disajikan pada tahun 2009 disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Kualitas Air Kali Garang (Tugu Suharto) Parameter Satuan Konsenrasi Baku Mutu Keterangan TSS mg/l 12,20 50 Di bawah Baku Mutu ph - 7,88 6-9 BOD mg/l 1,85 3 Di bawah Baku Mutu COD mg/l 6,16 25 Di bawah Baku Mutu Minyak Lemak mg/l 1 1000 Di bawah Baku Mutu Sianida (CN) mg/l 0,003 0,02 Di bawah Baku Mutu Sulfida (S) mg/l 0,010 0,002 Di bawah Baku Mutu Fenol mg/l 0,00 1 Di bawah Baku Mutu Deterjen (MBAS) mg/l 0,2007 - Fospat (PO 4 3- ) mg/l 0,0887 - ) mg/l 0,00 - Krom (Cr +6 ) mg/l 0,006 0,05 Di bawah Baku Mutu Krom total (Cr) mg/l 0,015 - Tembaga (Cu) mg/l 0,1365 0,02 Di atas Baku Mutu Seng (Zn) mg/l 0,1685 0,05 Di atas Baku Mutu Nikel (Ni) mg/l 0,0380 - Timbal (Pb) mg/l 0,0667 0,03 Di atas Baku Mutu Kadmium (Cd) mg/l 0,1637 0,01 Di atas Baku Mutu PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas II (air baku sarana rekreasi, peternakan, pembudidayaan ikan air tawar dan pertamanan) Sumber: Zaenuri dkk (2010) Dari Tabel 7 dapat dikemukakan, terdapat 4 parameter yang konsentrasinya di atas baku mutu yang ditetapkan, yaitu Cu, Zn, Pb, dan Cd. Industri farmasi dan tekstil spinning tidak 179

berkontribusi di dalam peningkatan konsentrasi 4 parameter tersebut karena outlet kedua industri berada di Bendung Simongan. Industri tekstil weaving, furniture-1 dan furniture-2, paving block dan ubin traso, serta minyak nabati juga tidak berkontribusi di dalam peningkatan konsentrasi 4 parameter tersebut karena Cu, Zn, Pb, dan Cd bukan merupakan parameter kunci keempat jenis industri. Parameter Cu, Zn, Pb, dan Cd merupakan 4 dari 11 parameter kunci industri galvanis (Perda Propinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004). Industri galvanis-2 telah mendaur-ulang seluruh limbah cair yang dihasilkan sejak tahun 1992, sehingga industri yang berpotensi bagi peningkatan konsentrasi parameter Cu, Zn, Pb, dan Cd adalah industri galvanis-1. Industri galvanis-1 telah mendaur-ulang limbah cair yang dihasilkan mulai tahun 2004. Kuantitas limbah cair yang di daur-ulang mencapai 83,4% pada tahun 2008. Dari Tabel 8 dapat dikemukakan, terdapat 4 parameter yang konsentrasinya di atas baku mutu yang ditetapkan, yaitu Cu, Zn, Pb, dan Cd. Konsentrasi Cu, Zn, Pb, dan Cd di Tugu Suharto masing-masing sebesar 0,1365 mg/l, 0,1685 mg/l, 0,0667 mg/l, dan 0,1637 mg/l, sedangkan di intake PDAM masing-masing 0,1261 mg/l, 0,1460 mg/l, 0,0621 mg/l, dan 0,1325 mg/l. Dengan kata lain, kualitas air Kali Garang sebelum memasuki Kawasan Simongan telah tercemar oleh Cu, Zn, Pb, dan Cd, dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding di intake PDAM. Tingginya konsentrasi Cu, Zn, Pb, dan Cd di Tugu Suharto diduga akibat dioperasikannya berbagai jenis industri di Kali Garang Hulu, terutama industri galvanis di daerah Jatingaleh. Fakta ini menunjukkan, potensi industri galvanis-1 di dalam peningkatan konsentrasi Cu, Zn, Pb, dan Cd relatif kecil. Debit limbah cair industri galvanis-1 yang mengalir ke Kali Garang selama tahun 2008 hanya 223 m 3 atau rata-rata 18,58 m 3 per bulan. Hasil pengujian kualitas air Kali Garang di Bendung Simongan tahun 2009 disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Kualitas Air Kali Garang (Bendung Simongan) Parameter Satuan Konsenrasi Baku Mutu Keterangan TSS mg/l 8,00 50 Di bawah Baku Mutu ph - 7,79 6-9 Dalam Interval Baku Mutu BOD mg/l 1,58 3 Di bawah Baku Mutu COD mg/l 5,40 25 Di bawah Baku Mutu Minyak Lemak mg/l 3 1000 Di bawah Baku Mutu Sianida (CN) mg/l 0,003 0,02 Di bawah Baku Mutu Sulfida (S) mg/l 0,007 0,002 Di bawah Baku Mutu Fenol mg/l 0,00 1 Di bawah Baku Mutu Deterjen (MBAS) mg/l 0,0654 - - Fospat (PO 4 3- ) mg/l 0,4739 - - ) mg/l 0,00 - - Krom (Cr +6 ) mg/l 0,0011 0,05 Di bawah Baku Mutu Krom total (Cr) mg/l 0,0514 - - Tembaga (Cu) mg/l 0,1038 0,02 Di atas Baku Mutu Seng (Zn) mg/l 0,1314 0,05 Di atas Baku Mutu Nikel (Ni) mg/l 0,0264 - - Timbal (Pb) mg/l 0,0463 0,03 Di atas Baku Mutu Kadmium (Cd) mg/l 0,1255 0,01 Di atas Baku Mutu PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas II (air baku sarana rekreasi, peternakan, pembudidayaan ikan air tawar dan pertamanan) Sumber: Zaenuri dkk (2010) 180 Vol. 10 No.2 Desember 2012

Hasil pengujian air Kali Garang di Bendung Simongan (Tabel 8) masih menunjukkan hal yang sama; keempat parameter Cu, Zn, Pb, dan Cd konsentrasinya melebihi baku mutu, sedangkan parameter yang lain berada di bawah baku mutu. Konsentrasi Cu, Zn, Pb, dan Cd di Bendung Simongan masing-masing sebesar 0,1038 mg/l, 0,1314 mg/l, 0,0463 mg/l, dan 0,1255 mg/l. Konsentrasi Cu, Zn, Pb, dan Cd di Tugu Suharto masing-masing sebesar 0,1365 mg/l, 0,1685 mg/l, 0,0667 mg/l, dan 0,1637 mg/l, sedangkan di intake PDAM masing-masing 0,1261 mg/l, 0,1460 mg/l, 0,0621 mg/l, dan 0,1325 mg/l. Dengan demikian, konsentrasi keempat parameter tersebut semakin menurun. Industri farmasi dan tekstil weaving yang memiliki outlet di Bendung Simongan tidak mungkin berpengaruh terhadap konsentrasi Cu, Zn, Pb, dan Cd karena Cu, Zn, Pb, dan Cd bukan merupakan parameter kunci kedua jenis industri. Penurunan konsentrasi Cu, Zn, Pb, dan Cd di Bendung Simongan diduga akibat pengendapan, sesuai sifat logam berat yang mudah mengendap. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan, pengoperasian industri tekstil di DAS Garang Hilir relatif tidak berdampak pada penurunan kualitas air sumur penduduk dan air pasokan PDAM Kota Semarang. Hasil pengujian air limbah menunjukkan, semua parameter kunci industri tekstil spinning berada berada/di bawah baku mutu yang ditetapkan, sedangkan konsentrasi BOD industri tekstil weaving berada di atas baku mutu yang ditetapkan. Hasil pengujian kualitas air sumur penduduk menujukkan, semua parameter berada/di bawah baku mutu yang ditetapkan, baik Permenkes No 416/MENKES/PER/ IX/1996 maupun. Kualitas air pasokan PDAM Kota Semarang telah mengalami penurunan, yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi logam berat kadmium (Cd), timbal (Pb), dan merkuri (Hg); bahkan Cu, Zn, Pb, dan Cd telah melampaui baku mutu yang ditetapkan (PP No 82 Tahun 2001). Sesuai, berbagai jenis logam berat tersebut bukan merupakan parameter kunci industri tekstil. Dengan demikian pengoperasian industri tekstil relatif tidak berdampak pada penurunan kualitas air pasokan PDAM Kota Semarang. Saran Saran yang diajukan, hendaknya industri tekstil spinning membangun dan mengoperasikan kembali IPAL yang pernah dimiliki, sedangkan industri tekstil weaving hendaknya lebih mengoptimalkan pengoperasian IPAL (pengolahan secara kimia), sehingga parameter BOD memenuhi baku mutu yang ditetapkan. 181

DAFTAR PUSTAKA Herjanto, E. 2007. Analisis Perkembangan SNI Bidang Tekstil dan Produk Tekstil. Jurnal Standardisasi 9: 116-122. Hermawan, I. 2011. Analisis Dampak Kebijakan Makroekonomi terhadap Perkembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2011. Komarawidjaja, W. 2007. Karakteristik dan Keragaman Mikroba Unit Pengolah Limbah Cair Tekstil. Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 8, No 2, Mei 2007: 150-155. Permenkes No 416/MENKES/PER/ IX/1996 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. Suara Merdeka, 31 Agustus 2012. Sudradjat, A. 2002. Peran Industri Tekstil dan Produk Tekstil pada Pelestarian Sumberdaya Lingkungan Perairan DAS Citarum. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 2, Mei 2002: 92-97. Sugiana, D., 2008, Metode Biologi Anaerobik-Aerobik dan Pengolahan Limbah Cair Tekstil. Jurnal Arena Tekstil 23: 1-11. Zaenuri, Rokhman, F., dan Sugiyanto, R. 2010. Model Pengelolaan Kawasan Industri untuk Pengendalian Perubahan Iklim dan Pelestarian Lingkungan. Laporan Hibah Strategis Tahun I. Semarang: LP2M UNNES. Zaenuri. 2012. Analisis Kinerja Pengelolaan Lingkungan Industri Tekstil Peraih ISO 14001. Makalah. Disajikan pada Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 11 September 2012 di UNDIP Semarang 182 Vol. 10 No.2 Desember 2012