PENATAAN SISTEM DRAINASE DI PRONA 1 KELURAHAN PEMURUS BARU KOTA BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TATA KELOLA SISTIM DRAINASE YANG BERKELANJUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT

REHABILITASI SALURAN DRAINASE KABUPATEN KARANGANYAR PADA SUBSISTEM SONGGORUNGGI

ANALISIS FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH TERHADAP KINERJA DAN PRIORITAS REHABILITASI SUBSISTEM DRAINASE SIWALUH SKRIPSI

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI UNTUK PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENERAPAN SUMUR RESAPAN (Studi Kasus Di Kecamatan Mampang Prapatan Provinsi DKI Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua

DAFTAR PUSTAKA. Bappeda Yogyakarta Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Revitalisasi Sungai Winongo Kota Yogyakarta.

ANALISA MANFAAT BIAYA MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN PRIORITAS PROYEK APBD PENANGANAN DRAINASE DI KOTA BANDUNG

TINJAUAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM PERENCANAAN JARINGAN DRAINASE DI DAERAH PEMUKIMAN

ANALISIS FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH TERHADAP KINERJA DAN PRIORITAS REHABILITASI SUBSISTEM DRAINASE SIWALUH

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Sehingga banyak lahan yang dialihfungsikan menjadi gedung-gedung. lahan kosong atau serapan air di daerah perkotaan.

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

EVALUASI DAERAH IRIGASI BENGAWAN JERO KABUPATEN LAMONGAN

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

KONSEP DRAINASE DI LAHAN RAWA Oleh: Rusdi HA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

MODEL DRAINASE SWAKARSA MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR (STUDI KASUS KOTA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar Tahun

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN JARING BOBO DI OHOI SATHEAN KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA. Jacomina Tahapary, Erwin Tanjaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah Manfaat...

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat

BAB III ISU ISU STRATEGIS

Achmad Rusdiansyah 1, Rony Riduan. Staf Pengajar Program Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Unlam 1

Gambar 2. Lokasi Studi

Prioritas Rehabilitasi Sistem Drainase Mikro Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Kali Pepe Hulu Kota Surakarta

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN LAMONGAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

DAMPAK PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN PAAL DUA MANADO

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP BESARNYA DEBIT(Q) PADA SUATU KAWASAN (STUDI KASUS PASAR FLAMBOYAN)

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

STRATEGI PENANGANAN GENANGAN DI KOTA MATARAM (STUDI KASUS KECAMATAN AMPENAN)

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

KINERJA SISTEM DRAINASE YANG BERKELANJUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT (Studi Kasus di Perumahan Josroyo Indah Jaten Kabupaten Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

V. ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Dinas PU. Sumber Daya Air Kabupaten Lamongan RENCANA STRATEGIK DINAS PEKERJAAN UMUM SUMBER DAYA AIR TAHUN

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BUPATI SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

IDENTIFIKASI POTENSI BANJIR PADA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) LAMA JALAN RAJAWALI PALANGKA RAYA

Nany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri

BAB III METODE KAJIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

Oleh : Elvanda Danu Hergaiswara ( ) Sidoarjo JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN - ITS

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGENDALIAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN POMPA PADA DAERAH PENGALIRAN KALI KANDANGAN KOTAMADYA SURABAYA TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PARAMETER SIGNIFIKAN DALAM PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KOTA PEKANBARU ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang hidup bersama sama dalam suatu ruang yang terbatas agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR DI KECAMATAN ILIR TIMUR I PALEMBANG. Zainuddin

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

Transkripsi:

Spectra Nomor 23 Volume XII Januari 214: 7-83 PENATAAN SISTEM DRAINASE DI PRONA 1 KELURAHAN PEMURUS BARU KOTA BANJARMASIN M. Rif at HR. M. Ruslin Anwar Surjono Program Pascasarjana Teknik Sipil (S-2) Universitas Brawijaya Malang ABSTRAKSI Prona 1 adalah permukiman dengan bentuk rumah panggung dengan lingkungan rawa. Akan tetapi walaupun memiliki rumahnya berbentuk panggung dengan lingkungan rawa, banjir dan genangan sering terjadi di Prona 1. Proses penelitian ini diawali dengan melakukan penyebaran kuisioner untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat, menemukenali kondisi eksisting bangunan drainase yang ada di Prona 1, menghitung tingkat kerusakan lingkungan rawa berupa pengurugan, pemagaran dan penutupan akses air menuju resapan air yaitu bawah rumah panggung pada persil, berdasar data tersebut maka dapat diketahui kerusakan rawa dan rencana penataan bangunan drainase di masing-masing sub sistem. Selanjutnya dihitung RAB atas bangunan drainase yang akan dibangun. Kemudian semua nilai variabel atas masing-masing sub sistem dihitung dengan metode AHP menggunakan program Criterium Decision Plus versi 3.. untuk mengetahui prioritas pembangunan drainasenya. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi tergolong tinggi. Keberadaan bangunan drainase di Prona 1 sangat sedikit, sebagian besar berupa gorong-gorong dengan kondisi bervariasi. Tingkat kerusakan lingkungan rawa berupa pengurugan persil lahan masih dikategori rendah walaupun banyak persil mengalami pengurugan, dengan sebagian besar pengurugan adalah fasilitas umum. Dalam perencanaannya diperlukan pembuatan saluran pada persil yang mengalami pemagaran dan penutupan akses aliran air dan pemasangan gorong-gorong. Dan sub sistem yang prioritas dibangun sistem drainasenya adalah Sub sistem 3 dengan skor skor.252 atau 25.2%, diikuti SS2, SS5, SS1, dan SS4. Kata Kunci: Sistem Drainase, Lingkungan Rawa, Rumah Panggung. PENDAHULUAN Prona 1 merupakan salah satu permukiman yang dahulunya adalah lahan kosong dengan lingkungan rawa. Kondisi lingkungan di permukiman tersebut hampir sama dengan kebanyakan wilayah di Kota Banjarmasin. Seiring meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal maka semakin banyak rumah yang dibangun di wilayah tersebut, begitu pula dengan infrastruktur 7

Penataan Sistem Drainase M. Rif at HR. M. Ruslin A. Surjono penunjangnya. Belakangan banyak dilakukan peniggian jalan yang ada di Prona 1 untuk menanggulangi masalah genangan yang terjadi.selain itu, juga dikarenakan level muka air semakin naik selama musim hujan dan pasang surut, serta kondisi jalan yang sudah mengalami kerusakan. Sejauh ini tidak ada pembangunan maupun perbaikan berarti terkait sistem drainase pada Prona 1, padahal kemungkinan besar penyebab permasalahan ini adalah sistem drainase terkait kondisi lingkungan rawa. Permasalahan terkait sistem drainase dan keberadaannya ini tidak hanya terjadi pada permukiman penduduk yang dikelola secara swadaya, akan tetapi juga terjadi pada permukiman yang dikelola oleh developer tertentu yang seharusnya sudah direncanakan dengan baik, namun masih tidak mempunyai sistem drainase yang baik, bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini dsebabkan oleh ketidaktaatan pada perjanjian awal pihak developer yang tertera dalam IMB, dimana hal ini sering dipicu oleh kepentingan pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Masyarakat yang tinggal di suatu permukiman mempunyai peranan yang penting terhadap kejadian yang terjadi di lingkungan mereka, baik permasalahan banjir, genangan, mauun permasalahan lain terkait dengan kearifan lokalnya. Bedasar permasalahan terrsebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah menganalisa tingkat partisipasi masyarakat terkait fungsi dan sistem drainase dan lingkungan rawa, menganalisa eksisting dari bangunan drainase yang ada, menganalisa tingkat kerusakan lingkungan rawa. Selain itu, dilakukan pula pendataan akan lahan-lahan yang mengalami pemagaran dan penutupan akses aliran air, kemudian dilakukan analisa untuk menemukan penataan sistem drainase di Prona 1. Dilanjutkan dengan menentukan area mana yang akan dibangun jaringan drainasenya dengan menggunakan metode AHP dan program Criterium decision Plus versi 3.. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Studi Pendahuluan; dilakukan dengan observasi secara langsung pada lingkungan Prona 1, baik fisik maupun nonfisik, secara langsung atapun melalui wawancara keada seluruh pihak terkait. 2. Tinjauan Pustaka; dilakukan studi tentang sistem drainase, lingkungan rawa, rumah panggung, AHP, dan peraturan-peraturan daerah terkait sistem drainase dan lingkungan rawa, termasuk penelitian serupa yang pernah dilakukan. 3. Analisis; dilakukan melalui (a) penetapan penentuan variabel penelitian (partisipasi masyarakat, eksisting bangunan drainase, kerusakan lingkungan rawa, RAB/ha), (b) pembagian wilayah penelitian (lingkungan Prona 1) menjadi 5 sub sistem, (c) analisis 71

Spectra Nomor 23 Volume XII Januari 214: 7-83 partisipasi masyarakat dengan menghitung skor atas kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat dengan tiga kategori pemahaman, kepedulian dan kesanggupan, (d) analisis kodisi eksisting bangunan drainase, (e) analisis kerusakan lingkungan rawa dengan, (f) analisis rencana sistem dan bangunan drainase atas persil lahan yang mengalami pemagaran dan penutupan akses aliran air menuju area resapan bawah rumah panggung, termasuk perhitungan RAB/ha atas bangunan rencana drainase dengan metode AHP menggunakan program Criterium Decision Plus versi 3., (g) perbandingan proyek yang dikerjakan secara single project dan multi project, serta (h) analisis model yang berisi kelayakan pendanaan proyek, kebutuhan dana tambahan, tujuan maksimum, surplus dana dan keuntungan yang didapat. 4. Kesimpulan dan Saran; merupakan kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. HASIL DAN ANALISIS Analisis Partisipasi Masyarakat terhadap Fungsi dan Sistem Drainase dan Lingkungan Rawa Terdapat tiga kelompok pertanyaan yang ditujukan kepada masyarakat, yaitu: (1) pemahaman, (2) kepedulian, serta (3) kesanggupan dalam pemeliharaan bangunan drainase dan lingkungan rawa. A. 1. 2. B. 1. 2. C. 1. 2. Tabel 1 Partisipasi Masyarakat No Kategori sikap Jumlah Persentase (%) Pemahaman Setuju Tidak setuju 53 33 57.56 % 42.44 % Jumlah 86 1% Kepedulian Setuju 61 65.7 % Tidak setuju 25 34.3 % Jumlah 86 1% Kesanggupan Setuju 67 73.26 % Tidak setuju 19 26.74 % Jumlah 86 1% Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa: (1) pemahaman masyarakat akan sistem dan fungsi drainase di lingkungan rawa masih tergolong cukup, yaitu 53 responden atau 57.56%; (2) kepedulian masyarakat akan sistem dan fungsi drainase dan lingkungan rawa tergolong cukup besar yaitu 61 responden atan 65%; serta (3) kesanggupan masyarkat untuk perbaikan lingkungan terbilang tinggi, yaitu sebesar 67 responden atau 73.26%. 72

Penataan Sistem Drainase M. Rif at HR. M. Ruslin A. Surjono Hasil survai partisipasi masyarakat di setiap sub sistem lingkungan Prona 1 menunjukkan bahwa: 1. Hasil pembobotan nilai rata-rata partisipasi masyarakat di SS-1 adalah 6.36. 2. Hasil pembobotan nilai rata-rata partisipasi masyarakat di SS-2 adalah 8.4. 3. Hasil pembobotan nilai rata-rata partisipasi masyarakat di SS-3 adalah 8.79. 4. Hasil pembobotan nilai rata-rata partisipasi masyarakat di SS-4 adalah 7.8. 5. Hasil pembobotan nilai rata-rata partisipasi masyarakat di SS-5 adalah 8.8. Eksisting Bangunan Drainase Rekapitulasi eksisting bangunan drainse di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 2 Rekapitulasi Eksisting Bangunan Drainase Area Bangunan drainase Jumlah Kondisi SS1 Saluran penerima Saluran pengumpul Bak kontrol Gorong-gorong Sumur resapan, dsb Rata-rata seluruh kondisi 85 % SS2 Saluran penerima Saluran pengumpul Bak kontrol Gorong-gorong Sumur resapan, dsb Rata-rata seluruh kondisi 85.94 % SS3 Saluran penerima Saluran pengumpul Bak kontrol Gorong-gorong Sumur resapan, dsb Rata-rata seluruh kondisi 88.75% SS4 Saluran penerima Saluran pengumpul Bak kontrol Gorong-gorong Sumur resapan, dsb Rata-rata seluruh kondisi 87.5 % SS5 Saluran penerima Saluran pengumpul Bak kontrol Gorong-gorong Sumur resapan, dsb Rata-rata seluruh kondisi 76.25 % Tingkat Kerusakan Lingkungan Rawa 1 1 8 1 1 2 3 2 4 7 % % % % 1 % % % % 575 % 1 % % % % 85 % 185 % % % % 24 % 19 % % % % 35 % % Sebagian besar pengurugan yang dilakukan oleh masyarakat Prona 1 adalah untuk membuat halaman atau garasi. Pengurugan yang cukup besar 73

Spectra Nomor 23 Volume XII Januari 214: 7-83 terjadi pada fasilitas umum dan pemerintahan seperti masjid, musholla, sekolah, puskesmas, kantor kelurahan, dan terminal. Kerusakan lingkungan rawa berupa pengurugan persil lahan di SS-1, SS-2, SS-3, SS-4 dan SS-5. Gambar 1 Pengurugan di SS-1, SS-2, SS-3, SS-4, dan SS-5 Adapun luas untuk masing masing sub sistem adalah seperti pada Tabel berikut ini. Tabel 3 Luas Masing-masing Sub Sistem No Sub Sistem Luas 75 % 1. SS1 23,431.58 m2 17,573.65 m2 2. SS2 29,335.32 m2 22,1.49 m2 3. SS3 35,855.38 m2 26,891.53 m2 4. SS4 18,374.44 m2 13,78.83 m2 5. SS5 11,68.11 m2 13,26.8 m2 Total 124,64.83 m2 93,453.62 m2 Rekapitulasi pengurugan lahan pada Prona 1 dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 4 Rekapitulasi Rencana Drainase Area Total 75% area SS1 663.45 m2 17,573.65 m2 Prosentase urug 3.78% Rencana Jaringan Drainase SS2 2,754.9 m2 22,1.49 m2 Prosentase urug 12.52 % SS3 2,124 m2 26,891.53 m2 Prosentase urug 7.89% SS4 734 m2 13,78.83 m2 Prosentase urug 5.32 % SS5 1,833 m2 13,26.8 m2 Prosentase urug 13.87 % Rencana bangunan drainase yang akan dibangun di Prona 1 didasarkan atas pemagaran lahan dan panjang jalan. 74

Penataan Sistem Drainase M. Rif at HR. M. Ruslin A. Surjono Aturan pembuatan bangunan drainase adalah sebagai berikut: 1. Setiap terjadi pemagaran di depan persil, terlebih lagi pagar masif maka diperlukan saluran yang berfungsi menerima air dari jalan menuju ke bawah rumah. 2. Apabila terdapat jarak antara depan pagar dengan bagian bawah rumah, maka perlu dibuatkan saluran penghubung dari depan pagar menuju bawah rumah. 3. Dipasang gorong-gorong setiap ± 4 m pada jalan yang melintang, dengan tujuan agar semua area resapan di bagian bawah rumah tetap terhubung, sehingga apabila terjadi banjir, genangan dan air pasang, penurunannya bisa lebih cepat dan merata di masingmasing sub sistem. 4. Mengingat lebar jalan di Prona 1 antara 2.5 m 4 m maka cukup di pasang gorong-gorong dengan diameter 6cm, sehingga tidak diperlukan pembangunan jembatan Rencana Jaringan Drainase SS-1, SS-2 dan SS-3 Berdasarkan ketentuan diatas maka didapatkan rencana jaringan drainase SS-1, SS-2 dan SS-3 seperti Gambar berikut ini. Gambar 2 Rencana Jaringan Drainase SS-1, SS-2 dan SS-3 Rencana Jaringan Drainase SS4 dan SS5 Sedangkan rencana jaringan drainase SS4 dan SS5 seperti Gambar berikut ini. 75

Spectra Nomor 23 Volume XII Januari 214: 7-83 Gambar 3 Rencana Jaringan Drainase SS-4 dan SS-5 Rekapitulasi bangunan drainase di Prona 1 disajikan pada Tabel berikut ini. Tabel 5 Rekapitulasi Rencana Bangunan Drainase No. Sub Sistem Panjang saluran Panjang gorong-gorong 1. SS1 696 m 24 m 2. SS2 94 m 42 m 3. SS3 54 m 31 m 4. SS4 692 m 3 m 5. SS5 654 m 42 m Rencana Anggaran Biaya Dalam perhitungan rencana anggaran biaya perencanaan drainase, didasarkan pada harga pekerjaan untuk saluran dan gorong-gorong seperti pada Tabel berikut ini. Tabel 6 Daftar Harga Pekerjaan Saluran dan Gorong-gorong No. Pekerjaan Harga(Rp)/m 1. Saluran 3cm Rp.143./m 2. Gorong-gorong Ø6cm Rp.14,/m Berdasarkan rekapitulasi rencana bangunan drainase dan daftar harga pekerjaan, maka didapatkan RAB untuk masing-masing sub sistem seperti Tabel berikut ini. 76

Penataan Sistem Drainase M. Rif at HR. M. Ruslin A. Surjono Tabel 7 Rekapitulasi RAB/ha Sub Sistem (dalam ribuan) No. Sub Sistem RAB Luas(ha) RAB/ha 1. SS1 Rp.12.24 2.34ha Rp.43.3/ha 2. SS2 Rp.138.788 2.93ha Rp.47.368/ha 3. SS3 Rp.8.444 3.58ha Rp.22.471/ha 4. SS4 Rp.99.268 1.83ha Rp.54.245/ha 5. SS5 Rp.97.89 1.76ha Rp.55.62/ha Rumusan Sistem Pendukung Kebijakan Pembangunan Drainase Setelah diketahui penilaian atas kriteria untuk masing-masing alternatif pada bab sebelumnya yaitu partisipasi masyarakat, eksisting bangunan drainase, kerusakan lingkungan rawa dan RAB/ha, maka akan dilakukan penilaian kriteria melalui perbandingan kriteria, penilaian alternatif melalui pembobotan untuk setiap alternatif. Perumusan Sistem Pendukung Kebijakan ini menggunakan metode Analitical Hierarchy Process (AHP). Penilaian Kriteria Menurut Saaty dalam Marimin (24) penilaian kriteria AHP adalah melalui perbandingan secara berpasangan untuk berbagai persoalan, dengan menggunakan skala 1 9 untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dari pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty. Penyebaran kuisioner dilakukan kepada 4 responden, yaitu: 1. Dinas Sumberdaya Air dan Drainase Kota Banjarmasin, diwakili oleh Kabid Sungai Besar (h1) dan Kabid Sungai Kecil (h2). 2. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang, diwakili oleh Dekan Fakultas Teknik (h3). 3. Lurah Pemurus Baru (h4). Hasil dari kuisioner atas 4 responden kemudian dilakukan perhitungan rata-rata geometrik untuk mendapatkan satu nilai. Menurut Saaty (1993) mengambil rata-rata geometrik dari penilaian perorangan merupakan satu cara untuk memecahkan tak tercapainya konsensus atas nilai setelah perdebatan. Perhitungan rata-rata geometrik disajikan pada Tabel berikut. Tabel 8 Hasil Penilaian Kriteria Perbandingan Hasil 1 (h1) Hasil 2 (h2) Hasil 3 (h3) Hasil 4 (h4) Rata-rata Partisipasi X Eksisting 4 3 4 2 3.13 3 Partisipasi X Kerusakan 1 5 1/3 1/2.955 1 Pertisipasi X RAB/ha 3 1/3 1/2 1/2.77 1/2 Eksisting X Kerusakan 1/3 2 3 1/3.91 1 Eksisting X RAB/ha 1/2 1/4 1/5 1/7.243 1/4 Kerusakan X RAB/ha 5 1/3 1/4 1/3.61 1/2 Dari hasil perhitungan rata-rata geometrik tersebut maka dapat diuraikan bahwa : 77

Spectra Nomor 23 Volume XII Januari 214: 7-83 Partisipasi masyarakat sedikit lebih penting dibanding eksisting drainase yang ada wilayah studi, = 3 Partisipasi masyarakat sama penting dengan kerusakan lingkungan rawa di wilayah studi, = 1 RAB/ha sedikit lebih penting dibandingkan partisipasi masyarakat, = 2 Eksisting bangunan drainase sama penting dengan kerusakan lingkungan rawa, = 1 RAB/ha lebih penting dari eksisting bangunan drainase, = 4 RAB/ha sedikit lebih penting dibandingkan kerusakan bangunan drainase, = 2. Dan perbandingannya disajikan pada Tabel 14 berikut: Tabel 9 Perbandingan Kriteria Kriteria Partisipasi Eksisting Kerusakan RAB/ha Partisipasi 1 3 1 1/2 Eksisting 1/3 1 1 1/4 Kerusakan 1 1 1 1/2 RAB/ha 2 4 2 1 Penilaian Alternatif Pada tahap ini dilakukan pemberian penilaian atas masing-masing sub sistem dengan melakukan pembobotan atas nilai masing-masing kriterianya. Pembobotan Partisipasi Masyarakat Setelah didapatkan skor Partisipasi Masyarakat untuk masing-masing Sub Sistem, maka selanjutnya dilakukan pembobotan, dan hasil dari pembobotan untuk masing-masing sub sistem seperti yang disajikan pada Tabel berikut ini. Tabel 1 Hasil Pembobotan Partisipasi Masyarakat Area Hasil kuisioner Bobot SS1 6.36 6 SS2 8.4 7 SS3 8.79 8 SS4 7.8 7 SS5 8.8 7 Pembobotan Eksisting Drainase Setelah didapatkan skor eksisting drainase untuk masing-masing Sub Sistem, maka selanjutnya dilakukan pembobotan dan hasil dari pembobotan untuk masing-masing sub sistem seperti yang disajikan pada Tabel berikut ini. 78

Penataan Sistem Drainase M. Rif at HR. M. Ruslin A. Surjono Tabel 11 Hasil Pembobotan Eksisting Drainase Area Eksisting drainase (%) Bobot SS1 85 % 2 SS2 85.94 % 2 SS3 88.75 % 2 SS4 87.5 % 2 SS5 76.25 % 3 Pembobotan Kerusakan Lingkungan Rawa Setelah didapatkan skor Partisipasi Masyarakat untuk masing-masing Sub Sistem, maka dilakukan pembobotan dan hasil dari pembobotan untuk masing-masing sub sistem seperti yang disajikan pada Tabel berikut ini. Tabel 12 Hasil Pembobotan Kerusakan Lingkungan Rawa Pembobotan RAB/ha Area Kerusakan Rawa Bobot SS1 3.78 1 SS2 12.53 3 SS3 7.89 2 SS4 5.32 1 SS5 13.87 3 Setelah didapatkan skor atas RAB/ha untuk masing-masing Sub Sistem, maka selanjutnya dilakukan pembobotan untuk masing-masing sub sistem seperti yang disajikan pada Tabel berikut ini. Tabel 13 Hasil Pembobotan RAB/ha Area RAB/ha Bobot SS1 Rp.43.3. 5 SS2 Rp.47.368. 5 SS3 Rp.22.471. 8 SS4 Rp.54.245. 4 SS5 Rp.55.6. 4 Penentuan Skala Prioritas dengan Metode AHP Dalam penentuan sub sistem mana yang akan di proritaskan secara berurutan untuk dilakukan pembangunan sistem drainasenya, digunakan metode AHP (Analitical Hierarchy Process). Dalam metode AHP hasil dari pembobotan kriteria dan alternatif akan dipakai untuk menentukan hasil akhir metode ini. Langkah selanjutnya analisis menggunakan aplikasi komputer Criterium Decision Plus 3.. 79

Spectra Nomor 23 Volume XII Januari 214: 7-83 Analisis dengan Criterium Decision Plus versi 3. Program komputer ini menyediakan 2 block struktur hierarki, yang berarti bisa membantu sampai 2 alternatif. Pada penelitian ini dalam menentukan prioritas pembangunan drainase pada Prona 1 memiliki 5 pilihan alternatif. Hasil dari pengolahan data dengan Criterium decision Plus dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 14 Hasil pengolahan data dengan CDP Kriteria SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 Model Partisipasi Masyarakat.171.2.229.2.2.249 Eksisting Bangunan Drainase.182.182.182.182.273.123 Kerusakan Lingkungan Rawa.1.3.1.1.3.19 RAB/ha.192.192.154.154.154.439 Hasil.168.213.252.159.28 Dari Tabel tersebut di atas diketahui sub sistem yang memiliki skor tertinggi adalah SS-3 dengan skor.252 atau 25.2%, diikuti SS-2 dengan skor.213 atau 21.3%, SS-5 dengan skor.28 atau 2.8%, SS-1 dengan skor.168 atau 16.8%, dan SS-4 dengan skor.159 atau 15.9%. Dengan demikian, sub sistem yang di prioritaskan untuk dibangun bangunan drainasenya adalah SS-3. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil dan pembahasan di atas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Partisipasi masyarakat Prona 1 terhadap fungsi dan sistem drainase serta lingkungan rawa hal ditunjukkan atas dasar tiga kategori:. Pemahaman masyarakat akan fungsi dan sistem drainase serta lingkugan rawa tergolong cukup baik yaitu sebesar 57.56 % dan 42.44 % masih belum mengerti. Angka 42.44 % tergolong cukup besar, danditunjukkan melalui ditemukannya gorong-gorong dengan kondisi buntu, selain itu juga didapati bayaknya lahan yang diurug. Kepedulian masyarakat akan drainase dan lingkungan rawa tergolong baik dibanding pemahaman karena terdapat 65.7% masyarakat yang masih peduli akan drainase dan lingkungan rawa, dan sebesar 34.3% yang masih belum peduli. Kepedulian lebih besar dibanding pemahaman dikarenakan oleh masyarakat sudah tahu drainase dan lingkungan rawa, hanya saja tidak mengetahui secara istilah. Kesanggupan masyarakat Prona 1 dalam membangun drainase tergolong besar mengingat sebesar 73.26% masyarakat 8

Penataan Sistem Drainase M. Rif at HR. M. Ruslin A. Surjono menyatakan sanggup untuk berpartisipasi dalam pembangunan drainase dan kelestarian rawa. Dan hanya sebesar 26.74% yang tidak setuju. Hal ini memberikan harapan akan kelestarian bangunan drainase yang baru untuk dapat dibangun dengan lebih cepat dan berfungsi lebih lama beserta lingkungan rawanya akan lebih terjaga. 2. Eksisting dari bangunan drainase yang ada di Prona 1 bisa dibilang sangat minim. hal ini tercermin dari hanya ditemukannya satu saluran yang dibuat dengan seadanya dan gorong-gorong yang beberapa diantaranya tidak bisa berfungsi dengan baik karena mengalami kebuntuan. Hal ini merupakan salah satu penyebab masih sering terjadinya banjir dan genangan di Prona 1. Memang ditemui 2 saluran baru di dua sub sistem, hanya saja dengan ditambahnya dua bangunan tersebut tidak dapat menyalurkan air dari seluruh area Prona 1. Kesadaran akan pentingnya suatu sistem drainase sangat mempengaruhi keadaan lingkungan, kesadaran masyarakat Prona 1 masih rendah mengingat beberapa gorong-gorong mengalami kebuntuan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Tingkat kerusakan lingkungan rawa di Prona 1 masih tergolong rendah walau cukup banyak terjadi pengurugan pada persil-persil yang ada. Pengurugan lahan yang paling besar terjadi pada SS3 yaitu sebesar 2.754.,9 m2. Pengurugan lahan ini sebagian besar terjadi pada pembuatan fasilitas umum, pendidikan, ibadah dan pemerintahan. Selain itu pengurugan sering dilakuakn masyarakat bertujuan untuk pembuatan halaman. Pengrusakan lain yang sering terjadi adalah berupa pembuangan sampah sembarangan, yang membuat fungsi bawah rumah sebagai resapan air tidak dapat berfungsi dengan baik. Selain itu pula dengan banyaknya sampah membuat pengaliran air jadi terhambat. Semakin banyaknya terjadi pengurugan membuat berkurangnya daya serap air oleh tanah bisa mengakibatkan semakin meningkatnya permukaan genangan dan banjir. 3. Dalam penataan sistem drainase di Prona 1 perlu dbuatkan saluran yang membantu pengaliran air menuju area resapan, dan pemasangan gorong-gorong yang dapat membantu pengembalian fungsi sebagai area resapan pada bawah rumah panggung dan pendistribusian air dari permukim menuju anak sungai terdekat. Sejauh ini solusi yang sering dipakai untuk mengatasi banjir yang sering dilakukan adalah dengan meninggikan jalan bisa dikatakan kurang tepat, karena hal itu hanya bertahan sementara karena berkemungkinan besar menambahkan penutupan jalur pengaliran air dari permukiman menuju anak sungai terdekat. 81

Spectra Nomor 23 Volume XII Januari 214: 7-83 4. Hasil dari perhitungan AHP dengan menggunakan Program Criterium Decision Plus versi 3. menunjukkan bahwa Sub Sistem yang diprioritaskan untuk dibangun sistem drainasenya adalah SS- 3, diikuti SS-2, SS-5, SS-1, dan SS4. Kriteria yang paling besar proposrsinya adalah RAB/ha dengan nilai lebih dari 1%, yang berarti juga bahwa RAB/ha merupakan kriteria yang paling dipertimbangkan oleh pada ahli dalam proses pembangunan drainase di Prona 1, Kelurahan Pemurus Baru, Kota Banjarmasin. Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, maka dapat disampaikan beberapa saran kepada pihak Pemerintah Daerah, Akademis,dan masyarakat, yaitu sebagai berikut: 1. Dalam pembangunan drainase yang lebih didahulukan adalah pemasangan gorong-gorong. Hal ini dikarenakan oleh sangat pentingnya pendistribusian air genangan dari satu area ke area lainnya sampai menuju anak sungai terdekat. Sedangkan untuk air dari jalan lambat laun akan menuju bawah rumah walaupun tidak ada saluran penangkap terdekat. Hai ini juga dikarenakan pemasangan gorong-gorong memakan biaya lebih rendah dibanding pembuatan saluran. Hal ini berkenaan RAB/ha menjadi kriteria yang sangat diperhatikan dalam pembangunan drainase di Prona 1. 2. Mengingat masih banyaknya masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya sistem dan fungsi drainase serta lingkungan rawa, maka diperlukan adanya sosialisasi yang menyeluruh supaya bisa ditumbuhkan lagi kesadaran yang berimbas kepada penin9gkatan kepedulian dan kesediaan masyarakat dalam pembangunan dan keberlanjutan bangunan drainase dan lingkungan rawa serta kelestariannya. 3. Mengingat belum adanya rencana pemerintah pembangunan drainase khususnya di Prona 1, maka hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pengajuan untuk perbaikan Sistem Drainase di Prona 1. 4. Untuk penelititan selanjutnya bisa dilakukan lebih komprehensif dengan menghitung debit air dan lainnya, sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih spesifik lagi DAFTAR PUSTAKA Hasmar, Halim. 26. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: UII Press. Ismiyati. 24. Statitistika dan Aplikasinya. Magister Teknik Sipil. Semarang: Universitas Diponegoro. Kodoatie, Robert. 23. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Jogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. 82

Penataan Sistem Drainase M. Rif at HR. M. Ruslin A. Surjono Marimin. 24. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Penerbit PT Grasindo. Muttaqin, Adi Yusuf. 26. Kinerja Sistem Drainase Yang Berkelanjutan Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus di Perumahan Josroyo Indah Jaten Kabupaten Karanganyar). Program Pascasarjana Semarang: Universitas Diponegoro. Saaty, Thomas L, 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo Sobriyah. 25. Sistem Pendukung Keputusan Pada Penentuan Prioritas Rehabilitasi Jaringan Irigasi di DIY. Gema Teknik. Fakultas Teknik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sunjoto. 1987. Sistem Drainase Air Hujan yang Berwawasan Lingkungan. Makalah Seminar Pengkajian Sitem Hidrologi dan Hidrolika, PAU Ilmu Teknik Jogjakarta: Universitas Gajah Mada. Suripin, 24. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Tim Sintesis Kebijakan, 28. Pemanfaatan Dan Konservasi Ekosistem Lahan Rawa Gambut Di Kalimantan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 83