BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 sampai dengan selesai. Dengan waktu penelitian tersebut diharapkan mendapat hasil yang optimal. Tempat kegiatan penelitian ini dilakukan digedung Bank Indonesia (BI) yang beralamat di Jl. M.H. Thamrin No.2 Gambir, Kota, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10010 dengan alamat website www.bi.go.id. B. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai pengungkapan CSR pada perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia (BI). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, menurut Wirarta (2006:154) Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengmpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status subjek pada saat ini. C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel 1. Definisi Variabel Penelitian ini menggunakan dua variabel independen (bebas), satu variabel dependen (terikat) dan satu varibel kontrol. Variabel independen adalah IG-score dan perbandingan antara IAH dan pemilik saham. Variabel dependen adalah pengungkapan CSR. Sedangkan variabel kontrol adalah ukuran perbankan syariah. 36
37 1) Variabel Independen (Bebas) Variabel bebas adalah sebuah variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat dan menyebabkan hubungan antar keduanya secara positif maupun negatif (Sekaran, 2006). Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah : a. Islamic Governance-Score (Ig-Score) Variabel Islamic Governance-Score dinyatakan dengan lambang variabel IG-Score. Variabel IG-Score terdiri dari 4 indikator. Ke-empat indikator tersebut adalah jumlah anggota dewan pengawas syariah, lintas anggota dewan pengawas syariah, kualifikasi pendidikan anggota dewan pengawas syariah dan keterpandangan anggota dewan pengawas syariah. Semakin tinggi nilai IG-Score mengidentifikasi terdapat dewan pengawas syariah yang baik pula. Berdasarkan penelitian Farook, Hasan, dan Lanis (2011). 1. Jumlah Anggota Dewan Pengawas Syariah Pengukuran dalam indikator ini adalah dengan menghitung berapa banyak jumlah anggota dewan pengawas syariah dalam sebuah perbankan syariah. Pengukuran dalam indikator ini mengikuti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Farook, dkk (2011). Bila jumlah anggota dewan pengawas syariah sebanyak 7 atau lebih maka diberi skor 1, dan bila jumlah anggota dewan pengawas syariah kurang dari 7 maka diberik skor 0.
38 2. Lintas Anggota Dewan Pengawas Syariah Pengukuran dalam indikator ini adalah dengan melihat apakah terdapat anggota dewan pengawas syariah yang bekerja pada perbankan syariah lain atau tidak. Bila terdapat lintas anggota dewan pengawas syariah maka diberi nilai 1, dan bila tidak terdapat lintas anggota dewan pengawas syariah maka diberi nilai 0. Lintas anggota akan membuat dewan pengawas syariah menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam membuat peraturan syariah. 3. Kualifikasi Pendidikan Dewan Pengawas Syariah Pengukuran dalam indikator ini adalah dengan melihat apakah terdapat anggota dewan pengawas syariah yang memiliki tingkat pendidikan yang baik atau tidak. Farrok, Hassan dan Lanis (2011) mengungkapkan bahwa dewan pengawas syariah diwajibkan memiliki tingkat pendidikan doctor (S3). Penelitian ini mengikuti penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Farrok, Hassan dan Lanis (2011). Bila anggota dewan pengawas syariah berpendidikan minimal doctor (S3) maka akan diberi skor 1, dan bila tidak terdapat maka akan diberi skor 0. 4. Keterpandangan Anggota Dewan Pengawas Syariah Pengukuran dalam indikator ini adalah dengan melihat apakah terdapat anggota dewan pengawas syariah yang
39 terpandang diantara para anggota lainnya. Pengkatagorian keterpandangan anggota dewan pengawas syariah harus memenuhi 2 faktor berikut, yaitu: (a) apakah anggota dewan pengawas syariah juga ikut tergabung atau menjadi pengurus dalam Dewan Pengawas Syariah Nasional (DPSN) yang dibentuk oleh MUI dan pengurus dalam Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta menjadi pengurus pada lembaga Accounting, Auditing & Governance Standards for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) dan (b) apakah anggota dewan pengawas syariah suatu perbankan juga ikut tergabung dalam dewan pengawas syariah lainnya. Minimal menjadi dewan pengawas syariah pada 2 perbankan atau lembaga syariah sekaligus. Bila terdapat keterpandangan anggota dewan pengawas syariah maka diberi skor 1, dan bila tidak terdapat maka diberi skor 0. b. Investment Account Holder (IAH) Variabel Investment Account Holder dinyatakan dengan lambang variabel IAH. IAH atau nasabah adalah elemen yang terpenting dalam perbankan syariah. Semakin banyaknya nasabah pada suatu perbankan syariah maka perbankan syariah tersebut harus menggunakan dana dari nasabah dengan baik. IAH dapat dihitung dengan rasio antara dana dari nasabah dibagi dengan dana dari pemilik saham (Farook, Hassan dan Lanis, 2011).
40 c. Ukuran Perusahaan (size) Variabel ukuran perusahaan dinyatakan dengan lambang SIZE dan menggunakan satuan mata uang Rupiah. Penelitian ini menggunakan proxy log total aset yang diperoleh dari laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan tahunan perusahaan. Semakin besar total aset yang dimiliki oleh suatu perbankan syariah maka semakin besarlah ukuran perbankan syariah tersebut. Sehingga semakin besar pula pengungkapan yang harus dilakukan oleh perbankan tersebut. 2) Variabel Dependen (Terikat) Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel utama yang menjadi faktor dalam penelitian serta variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain (Sekaran, 2006). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah index yang diharapkan ada pada pengungkapan CSR dalam perbankan syariah di negara Islam. Variabel ini dinyatakan dengan lambang variabel CSR DIS. Index yang digunakan diambil berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Farook, dkk (2011). Nilai index diperoleh dengan menggunakan metode content analysis pada laporan keuangan perusahaan. Index dalam penelitian ini menggunakan 32 item pengungkapan yang terdiri dari 9 tema kategori berdasarkan penelitian Farook, dkk (2011). Setiap item yang diungkapkan diberikan skor 1 sedangkan item yang tidak terungkap diberikan skor 0. Index pengungkapan CSR dapat dihitung
41 dengan perbandingan antara jumlah skor aktual yang didapatkan oleh perbankan syariah dengan skor maksimum yang dapat diperoleh. 2. Operasionalisasi Variabel Tabel 3.1 Pengukuran Variabel No Variabel Pengertian Skala Pengukuran 1. Islamic Governance Score (Ig- Score) Rasio Variabel IG- Score terdiri dari 4 indikator. Ke-empat indikator tersebut adalah jumlah anggota dewan pengawas syariah, lintas anggota dewan pengawas syariah, kualifikasi pendidikan anggota dewan pengawas syariah dan keterpandang an anggota dewan pengawas syariah. Semakin tinggi nilai IG-Score mengidentifi kasi terdapat dewan Jumlah skor yang didapat Jumlah skor maksimum
42 2. Investment Account Holder (IAH) 3. Pengungkap an CSR 4. Ukuran Perusahaan pengawas syariah yang baik pula. IAH atau nasabah adalah elemen yang terpenting dalam perbankan syariah. Semakin banyaknya nasabah pada suatu perbankan syariah maka perbankan syariah tersebut harus menggunaka n dana dari nasabah dengan baik. Pengungkapa n merupakan salah satu bagian dari pelaporan keuangan yang merupakan tahap akhir dari siklus akutansi. Tanggung Jawab sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan Variabel ukuran perusahaan Rasio Rasio Jumlah Keseluruhan Dana dari IAH atau Nasabah Modal Disetor oleh Pemilik Saham Jumlah skor aktual yang didapat Jumlah skor maksimum Rasio Ukuran Perusahaan = L Total Aktiva
43 dinyatakan dengan lambang SIZE dan menggunaka n satuan mata uang Rupiah. D. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2013:215). Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan syariah yang berada di Indonesia dan terdaftar pada Bank Indonesia (BI) periode 2011-2015. Perbankan syariah yang terdaftar di BI tahun 2015 berjumlah 11 bank. b. Sampel Sampel adalah sebagian data yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber daya dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2013:215). Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: a. Perusahaan perbankan syariah yang sudah terdaftar di Bank Indonesia (BI) periode 2011-2015. b. Menyajikan komponen laporan tahunannya secara lengkap pada tahun 2011-2015.
44 c. Bank mempublikasikan laporan tahunan (Annual Report) untuk periode 31 Desember 2011-2015. Tabel 3.2 Rincian Perolehan Sampel Penelitian Kriteria Sampel Jumlah sampel Bank Umum Syariah yang terdaftar di BI 11 Bank yang tidak menerbitkan laporan keuangan pada periode 2011- (0) 2015 Bank yang mengalami kerugian pada periode 2011-2015 (1) Jumlah Bank Umum Syariah yang disajikan dalam sampel 10 Jumlah periode penelitian 5 Jumlah sampel 50 Sumber: Data diolah oleh penulis Adapan daftar bank yang menjadi sampel dalam penelitian adalah: No Tabel 3.3 Daftar sampel Bank 1. Bank Mandiri Syariah 2. Bank Muamalat 3. Bank BNI Syariah 4. Bank BRI Syariah 5. Bank MEGA Syariah 6. Bank PANIN Syariah 7. Bank BukopinSyariah 8. Bank Victoria Syariah 9. Bank BCA Syariah 10. Bank Maybank Syariah Sumber : Bank Indonesia ((BI)
45 E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik pengumpulan data arsip (dokumen/copy), yaitu dengan menggunakan laporan keuangan tahunan masing-masing perbankan syariah tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015. Laporan keuangan tahunan (annual report) diambil dari masing-masing situs yang dimiliki oleh perbankan syariah. F. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi. Serta juga menggunakan analisis deskriptif untuk melihat berbagai variabelnya. Berikut penjelesan mengenai metode analisis yang akan digunakan. 1. Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif adalah memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, minimum, maksimum, dll (Ghozali, 2013). Statistika deskriptif disajikan dalam bentuk tabel numerik yang berasal dari pengolahan program SPSS. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Menurut Ghozali dan Ratmono (2013), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Jika asumsi dalam pengujian
46 normalitas tidak terpenuhi maka hasil uji statistik dapat menjadi tidak valid. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah suatu model regresi, memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Ada dua cara untuk mendeteksi untuk membuktikan residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual yaitu dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Dimana, jika pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan nilai lebih besar dari 0,05 maka data berdistrbusi normal dan jika nilai lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak normal. b. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2013). Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Maka, 1) Jika nilai VIF 10 atau jika nilai toleransi 0,10 maka ada multikonilearitas dalam model regresi; 2) Jika nilai VIF 10 atau jika nilai tolerance 0,10 maka tidak ada multikolinearitas dalam model regresi. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)
47 (Ghozali dan Ratmono, 2013). Autokorelasi cenderung terjadi pada data time series karena gangguan pada data kelompok/individu pada suatu periode juga mempengaruhi gangguan pada data kelompok/individu pada periode berikutnya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi autokorelasi yaitu dengan cara Uji Durbin Watson (DW test), Uji Langrage Multiplier (LM test), Uji statistik Q, dan Run Test (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi berganda, menggunakan Uji Durbin- Watson (DW test). Berikut ini pengambilan keputusan ada tidaknya auto korelasi: Tabel 3.4 Durbin Watson Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl d du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<d<4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du d 4-dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak Du<d<4-du Sumber: Ghozali dan Ratmono (2013) d. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas yaitu
48 dengan melihat grafik plot antara lain prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar dibawah angka 0 sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). 3. Uji Kelayakan Model a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R 2 ) Nilai R 2 digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel depeden. Penelitian ini menggunakan adjusted R 2 dengan nilai antara 0 dan 1 dimana jika nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskaan variabel dependen terbatas. Sebaliknya jika nilai mendekati 1 maka semakin baik variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk menjelaskan variabel dependen. b. Uji pengaruh simultan (F test) Uji statistik F dapat menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang terdapat dalam sebuah regresi mempunyai pengaruh secara bersama terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% maka kriteria pengujian untuk pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai signifikansi 0,05 maka, berarti bahwa secara simultan variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
49 2. Jika bilai 0,05 maka, koefisian regresi bersifat signifikan dan secara simultan variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 4. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti, maka akan dilakukan dengan analisis regresi berganda dan uji parsial (t-test). a. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2013). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menguji hipotesis pengaruh Islamic Governance Score (Ig-Score), Investment Account Holder (IAH), ukuran perusahaan (size) terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Model yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel secara spesifik terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan regresi dibawah ini: CSR DIS = α + β 1IG-Score + β 2IAH +β 3SIZE + e
50 Keterangan : CSR DIS α β IG-SCORE IAH SIZE e : Tingkat pengungkapan CSR : Konstanta : Koefisien Regresi : Islamic governance score : Investment account holder : Ukuran perusahaan : Error b. Uji Parsial (t-test) Uji t digunakan untuk menguji sejauh mana pengaruh signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial/individual. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013): 1. Quick look: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak, bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain, kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi
51 dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Dapat diihat juga melalui besarnya probabilititas value (p value) di bandingkan dengan 0,05. jika p value < 0,05 maka Ho ditolak dan jika p value > 0,05 maka Ho diterima.