BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

SISTEM STUDI TENTANG. Disusun Oleh SRI III GIZI FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa yang menentukan keberhasilan bangsa. Balita harus

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan. angaka kematian yang tinggi dan penyakit terutama pada kelompok usia

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang lebih tinggi harus terpenuhi. Pada masa ini balita sangat rentan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental (Tarigan, 2003). Selain faktor konsumsi makan dan faktor infeksi kesehatan, faktor ketersediaan sumberdaya keluarga seperti pendidikan dan pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, pola pengasuhan, sanitasi dan kesehatan rumah, ketersediaan waktu serta dukungan keluarga, sebagai faktor yang mempengaruhi status gizi. Pola Pengasuhan juga turut berkontribusi terhadap status gizi anak, salah satu pola pengasuhan yang berhubungan dengan status gizi anak adalah pola asuh makan. Selain pola asuh makan, pola asuh kesehatan yang dimiliki ibu juga turut mempengaruhi status kesehatan anak balita dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi anak balita secara tidak langsung (Karyadi, 2005). Status gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor langsung berupa asupan makanan itu sendiri dan kondisi kesehatan anak misalnya infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung adalah pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial budaya. Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan seseorang, tetapi begitu juga 1

sebaliknya makanan dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang dan status gizi bahkan mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku seseorang terhadap makanan tersebut (Notoadmojo, 2003). Status gizi menurut Hermana (2003) merupakan hasil masukan zat gizi makanan dan pemanfaatannya di dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung zat gizi cukup dan aman untuk dikonsumsi. Bila terjadi gangguan kesehatan, maka pemanfaatan zat gizi pun akan terganggu. Peran ibu sangat penting guna menjaga dan mencukupi kebutuhan gizi anak balitanya. Pengetahuan ibu tentang gizi adalah yang diketahui ibu tentang pangan sehat, pangan sehat untuk golongan usia tertentu dan cara ibu memilih, mengolah dan menyiapkan pangan dengan benar. Pengetahuan ibu rumah tangga tentang bahan pangan akan mempengaruhi perilaku pemilihan pangan dan ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan pangan. Pengetahuan tentang gizi dan pangan yang harus dikonsumsi agar tetap sehat, merupakan faktor penentu kesehatan seseorang, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi juga berperan dalam besaran masalah gizi di Indonesia (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian Riyadi, dkk (2011) yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor pengetahuan ibu lebih banyak berpengaruh terhadap status gizi anak balita. 2

Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan besaran masalah gizi di Indonesia seperti masalah KEP yaitu gizi kurang, pendek dan kurus dimana prevalensi gizi kurang terjadi peningkatan sebesar 18,4% pada tahun 2007 menjadi 19,6% pada tahun 2013, begitu juga halnya dengan prevalensi pendek pada anak balita sebesar 36,8% pada tahun 2007 meningkat menjadi 37,3% pada tahun 2013 tetapi untuk prevalensi kurus terjadi penurunan dimana pada tahun 2007 sebesar 13,6% menjadi 12,1% pada tahun 2013. Selain status gizi sebagai salah satu faktor besaran masalah gizi di Indonesia, faktor kunjungan anak balita untuk menimbang secara rutin ke posyandu juga akan berpengaruh terhadap besaran masalah gizi di Indonesia. Tingkat kehadiran berperan penting terhadap status gizi anak balita. Menurut Handayani (2008), penting bagi ibu untuk aktif berkunjung ke posyandu untuk memantau kesehatan dan gizi anaknya, sehingga apabila terjadi masalah gizi seperti gizi kurang maka ibu dapat melakukan pencegahan agar keadaan tersebut tidak semakin buruk. Kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi antara lain dengan penimbangan secara berkala anak-anak dibawah lima tahun (Balita) yang pada hakekatnya merupakan perpaduan dari kegiatan pendidikan gizi, monitoring gizi, dan intervensi gizi melalui usaha usaha Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan ini bertolak dari usaha swadaya masyarakat dan sepenuhnya dilakukan oleh tenaga sukarela desa yang telah mendapat latihan dibawah pengawasan dari Puskesmas (Depkes RI, 2001). 3

Usaha usaha tersebut tidak akan berdaya guna dan berhasil guna tanpa didukung oleh usaha - usaha lain secara terpadu. Oleh karena itu usaha penanggulangan masalah gizi memerlukan kerjasama dan koordinasi yang mantap antara berbagai sektor pembangunan. Lebih dari itu, keberhasilan penanggulangan gizi sangat tergantung dari partisipasi aktif masyarakat yang ditandai oleh tingkat kehadiran balita di posyandu. Salah satu indikator keberhasilan posyandu dalam usaha perbaikan gizi adalah angka pencapaian program (N/S) yang tinggi. Pencapaian angka N/S ini perlu didukung oleh pencapaian angka partisipasi masyarakat (D/S) yang tinggi pula. D/S menunjukkan perbandingan jumlah anak balita yang hadir dan ditimbang di posyandu dengan jumlah semua anak balita yang ada di suatu wilayah posyandu. D/S juga merupakan suatu rasio tingkat kehadiran anak balita di posyandu (Depkes RI, 2001). Kunjungan ibu membawa balita ke posyandu di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dari faktor internal yaitu pengetahuan sikap, persepsi, kepercayaan / keyakinan, keinginan, nilai, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan dari faktor eksternal yaitu pengalaman, fasilitas, sosial budaya (Notoatmojo, 2010). Rendahnya pemanfaatan posyandu oleh ibu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu yang masih rendah tentang manfaat posyandu, dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puji, dkk (2012). Kesimpulan dari penelitian ini adalah balita yang berstatus gizi baik lebih banyak berasal dari balita yang hadir dalam penimbangan balita lebih dari 8 kali dalam satu tahun. Tingkat kehadiran 4

ibu membawa balitanya mengunjungi posyandu dapat berpengaruh terhadap status gizi balitanya, ibu yang membawa balitanya ke posyandu dapat mengetahui dan faham akan perkembangan balitanya, kesehatan balita, tercukupi kebutuhan gizi balita melalui penyuluhan dan bimbingan dari kader posyandu (Azwar 2005). Berdasarkan data di Desa Gedongan, cakupan D/S tahun 2014 sebesar 54 % yang terdiri dari 71,4% usia 0 11 bulan, 33,3% usia 12 59 bulan. Angka ini merupakan terendah dan dibawah angka rata rata cakupan D/S wilayah kerja Puskesmas Colomadu II di tahun yang sama yaitu 65,12 % yang terdiri dari 84% usia 0 11 bulan dan 53% untuk usia 12-59 bulan ( Profil Puskesmas Colomadu II, 2014 ) Angka tersebut juga masih di bawah target Kabupaten karanganyar yaitu sebesar 80% (Dinkesos Kab. Karanganyar, 2014). Berdasarkan survey pendahuluan dari laporan hasil bulan penimbangan anak balita tahun 2014 posyandu Gedongan Desa Gedongan, Penilaian status gizi anak balita berdasarkan klasifikasi menurut WHO yaitu BB/U, kategori anak balita dengan BB/U dengan status gizi baik (50%), status gizi kurang (33%), gizi buruk (0%), dan gizi lebih (17%). Perbandingkan hasil Riskesdas (2013) gizi kurang sebesar 19,6%, dalam penimbangan anak balita tahun 2014 prevalensi gizi kurang terjadi peningkatan sebesar 33% (Puskesmas Colomadu II, 2014). Pengetahuan ibu dan tingkat kehadiran anak balita di posyandu terhadap status gizi anak balita saat ini sudah banyak diteliti, dengan adanya bukti melalui beberapa penelitian-penelitian sebelumnya mengenai hal tersebut. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh 5

Murwati (2006), dengan kesimpulan dari penelitian ini adalah ibu yang berpendidikan menengah lebih patuh berkunjung ke posyandu daripada ibu yang berpengatahuan dasar dan bayi/balita yang berstatus gizi baik lebih banyak berasal dari ibu-ibu yang berpendidikan menengah yang patuh berkunjung ke posyandu. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Cahaya. A., dkk (2012), kesimpulan dari penelitian ini yaitu, bahwa sebanyak 80% anak balita gizi baik berasal dari ibu yang aktif dalam kegiatan posyandu. Sependapat dengan penelitian Ulfa, dkk (2008), dengan kesimpulan yaitu ada hubungan keaktifan keluarga dalam kegiatan posyandu dengan status gizi balita dan balita yang berstatus gizi baik lebih banyak berasal dari ibu yang aktif dalam kegiatan posyandu. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Tingkat kehadiran berperan penting terhadap status gizi anak balita. Menurut Handayani (2013), penting bagi ibu untuk aktif berkunjung ke posyandu untuk memantau kesehatan dan gizi anaknya, sehingga apabila terjadi masalah gizi seperti gizi kurang maka ibu dapat melakukan pencegahan agar keadaan tersebut tidak semakin buruk. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitan yang berjudul Hubungan antara pengetahuan Ibu tentang Gizi dan tingkat kehadiran anak balita (D/S) di Posyandu dengan Status Gizi Anak Balita di Posyandu Desa Gedongan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. 6

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat kehadiran anak balita (D/S) di posyandu dengan status gizi anak balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat kehadiran anak balita (D/S) di posyandu dengan status gizi anak balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi anak balita di Posyandu b. Mendeskripsikan tingkat kehadiran anak balita di Posyandu. c. Mendeskripsikan status gizi anak balita di Posyandu. d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita di Posyandu. e. Menganalisis hubungan tingkat kehadiran anak balita dengan Status gizi anak balita di posyandu. f. Internalisasi nilai - nilai Islam dalam pengetahuan gizi dan status gizi anak balita. 7

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar Sebagai salah satu acuan untuk memberikan gambaran dan bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan dalam penyusunan program periode selanjutnya guna meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat kehadiran anak balita (D/S) di posyandu terhadap status gizi anak balita. 2. Bagi Puskesmas Colomadu II Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk memotivasi masyarakat demi tercapainya angka partisipasi masyarakat (D/S) tingkat kehadiran anak balita yang lebih baik di posyandu. 3. Bagi Masyarakat Sebagai masukan informasi terutama untuk para ibu yang memiliki anak balita mengenai pengetahuan ibu tentang gizi dan pentingnya kehadiran anak balita ke posyandu terhadap status gizi anak balita. 4. Bagi Mahasiswa Gizi UMS Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dan data dasar bagi penelitian selanjutnya tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat kehadiran anak balita dengan status gizi anak balita di posyandu. 8