BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era indutrialisasi, perkembangan zaman semakin maju dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era industrialisasi, perkembangan zaman semakin maju dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. aktif dan interaktif, karena guru berinteraksi langsung dengan siswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan pola dan urutan kegiatan guru dan siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan Merupakan suatu kebutuhan dalam proses kehidupan. Majunya

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang prosesional yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh siswa dalam proses pembelajaran. Kenyataan bahwa masih banyak guru

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara yang inovatif dan kreatif dalam mengelola kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal untuk mencapai semua standar proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh sebab itu maka kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan tangguh bagi pembangunan nasional. Indonesia seperti adanya program sertifikasi, dan SM-3T.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan pada jenjang sekolah harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Swasta Eria Medan peneliti mengamati bahwa proses pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. berpikirnya dan akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah.

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat. sudah banyak gedung-gedung sekolah yang dibangun.

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari pesert didik, digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

BAB 1. pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kualitas guru dalam mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu siswa supaya bisa belajar secara baik. yang baik dan merupakan unsur yang penting di dalam keseluruhan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Guru menempati posisi dan peran penting dalam pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya pendidikan merupakan faktor yang berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir seseorang. Oleh karena itu pendidkan merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. terutama yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat. Dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia, maka kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan dan keahlian guru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu bagian yang tidak dapat lepas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia khususnya dalam bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini banyak terjadi perubahan dan pembaharuan ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan metode pembelajaran yang kurang. Djamarah (2013:3) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian guru.

BAB I PENDAHULUAN. yang kurang disukai karena menurut mereka IPA itu merupakan pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu aset yang dapat mendukung serta menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian dan definisi Pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI No.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kualitas proses

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat melahirkan sumber daya manusia yang terdidik. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Menurut Sriwenda (2013) Guru harus berperan sebagai seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar dan mengajar di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dari hasil belajar, guru dapat

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar yang bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan sumber daya manusia yang berkualitas diharapkan menjadi motor penggerak kemajuan dan kemakmuran bangsa. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. Aspek yang diubah dan diperbaiki itu adalah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, seharusnya pembelajaran di sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi dan bermakna bagi siswa. Guru sebagai pelaksana pendidikan berperan penting dalam peningkatan sumber daya manusia lewat pengajaran kepada peserta didik dan mempunyai tugas serta tanggung jawab yang besar dalam pengelolaan proses belajar mengajar. Untuk itu guru harus mampu mengerahkan segala potensinya dalam kegiatan belajar mengajar, mampu memilih metode yang tidak membosankan siswa, memilih strategi yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa, serta mampu membimbing siswa kearah yang lebih baik.

Mata pelajaran akuntansi tidak terlepas dari permasalahan ekonomi serta konsep keuangan yang menuntut siswa memiliki tingkat konsentrasi dan pemahaman yang tinggi. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, dan jelas. Untuk itu guru dengan bekal pemahaman psikologi dan perkembangan peserta didik harus mampu menerapkan cara-cara belajar yang mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar untuk meningkatkan hasil belajarnya. Tetapi pada kenyataannya guru masih menggunakan metode konvensional dalam kegiatan belajar mengajar. Metode konvensional adalah metode pembelajaran yang bersifat satu arah, di mana kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih aktif dan lebih banyak dalam memberikan informasi-informasi tentang materi pelajaran dan kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini menyebabkan siswa menjadi cenderung pasif, malas, bosan dan tidak antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Sehingga siswa tidak dapat maksimal menyerap materi pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas. Hal ini tentunya membuat aktivitas siswa rendah sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di SMA Swasta Josua Medan, bahwa selama kegiatan pembelajaran akuntansi berlangsung guru cenderung monoton dan berperan aktif, sedangkan siswa cenderung pasif. Hal ini mengakibatkan siswa kurang dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan aktivitas pembelajaran dengan baik. Sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Menurut pengamatan penulis di sekolah metode

pembelajaran guru masih bersifat konvensional (ceramah dan pemberian tugas), di mana kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru. Pembelajaran yang berpusat pada guru membuat siswa kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang menyebabkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa rendah. Rendahnya aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. Pada saat kegiatan belajar mengajar akuntansi di kelas siswa terlihat tidak bersemangat dan tidak antusias untuk mengikuti pelajaran, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa adanya respon dari siswa, siswa tidak memiliki keberanian bertanya kepada guru tentang materi yang tidak di mengerti, serta pada saat pemberian tugas latihan banyak siswa yang tidak mengerjakan latihan dengan berbagai alasan, sehingga aktivitas belajar yang terjadi di kelas tidak maksimal. Rendahnya aktivitas siswa di dalam kelas menyebabkan hasil belajarnya pun rendah. Hanya beberapa siswa yang tuntas hasil belajarnya sesuai dengan nilai KKM sekolah yaitu 65. Sebagian besar siswa memperoleh nilai dibawah nilai KKM. Rendahnya hasil belajar akuntansi siswa dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XII IPS-2 SMA Swasta Josua Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 No Tes KKM Siswa yang memperoleh nilai KKM Siswa yang memperoleh nilai < KKM Jumlah % Jumlah % 1 UH 1 65 13 37,14 22 62,86 2 UH 2 65 17 48,57 18 51,43 3 UH 3 65 15 42,86 20 57,14 Jumlah 45 128,57 60 171,43 Rata-rata 15 42,86 20 57,14 Sumber : Daftar nilai ulangan akuntansi kls XII IPS-2 SMA Swasta Josua Medan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil nilai ulangan siswa yang berjumlah 35 orang, siswa yang lulus pada ulangan harian 1 sebanyak 13 orang (37,14%), yang tidak lulus sebanyak 22 orang (62,86%), ulangan harian 2 yang lulus sebanyak 17 orang (48,57%) yang tidak lulus sebanyak 18 orang (51,43%), dan ulangan harian 3 yang lulus sebanyak 15 orang (42,86%) dan yang tidak lulus sebanyak 20 orang (57,14%). Sehingga rata-rata siswa yang lulus ulangan harian 1,2,dan 3 adalah sebanyak 15 orang (42,86%) sedangkan rata-rata siswa yang tidak lulus sebanyak 20 orang (57,14%), dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran akuntansi adalah 65. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa ini perlu diatasi sedini mungkin sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, perlu dilakukan perubahan dalam proses belajar mengajar, salah satunya perubahan metode mengajar dengan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Bukan berarti pengajaran yang dilakukan oleh guru selama ini tidak baik, tetapi diharapkan dengan pengajaran yang berbeda dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk itu penulis menawarkan untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang bervariasi yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah dengan mengkolaborasikan model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team. Model pembelajaran Explicit Instruction adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses balajar siswa yang berkaitan dengan

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, sedangkan pengetahuan prosedural berarti pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Jadi model ini dapat digunakan pada semua materi pelajaran. Dan model ini terdiri dari lima tahapan, yaitu menyampaikan tujuan, mendemonstrasikan/mempresentasikan materi pelajaran, memberikan latihan terbimbing, umpan balik dan memberikan latihan lanjutan. Model pembelajaran Listening Team adalah model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik agar tetap terfokus dan siap siaga dalam berbagai situasi pembelajaran yang sedang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri dari kelompok penanya, kelompok penjawab, kelompok penentang dan kelompok penarik kesimpulan. Setiap kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Model pembelajaran ini dapat membuat peserta didik berani untuk bertanya, mengeluarkan pendapat sehingga lebih aktif, dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru kepada setiap kelompok. Berdasarkan penjelasan di atas, maka model pembelajaran Explicit Instruction diterapkan pada proses pembelajaran dan pada saat diskusi akan diterapkan model pembelajaran Listening Team. Pada tahap tersebut siswa akan di bentuk menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok diberi tugas yang berbeda

yaitu sebagai kelompok penanya, penjawab, penentang, dan pengambil kesimpulan. Dengan demikian diharapkan siswa mengalami situasi belajar yang dapat membuat siswa aktif, berani mengemukakan pemikirannya, bertanggungjawab pada tugas yang telah diberikan oleh guru dan dapat membantu siswa untuk tetap terfokus pada materi pelajaran. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar akuntansi siswa. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah ini menarik untuk diteliti dengan judul Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS-2 SMA Swasta Josua Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa kelas XII IPS-2 di SMA Swasta Josua Medan yang masih rendah? 2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS-2 di SMA Swasta Josua Medan yang masih rendah? 3. Apakah dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS-2 di SMA Swasta Josua Medan?

4. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar akuntansi antar siklus? 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Apakah dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team dapat meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa kelas XII IPS-2 di SMA Swasta Josua Medan? 2. Apakah dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS-2 di SMA Swasta Josua Medan? 3. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar akuntansi antar siklus? 1.4 Pemecahan Masalah Dalam memecahkan masalah tersebut diatas, penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dan mengadakan diskusi dengan guru akuntansi di SMA Swasta Josua Medan untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa dan berkonsultasi dalam menerapkan kolaborasi model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team. Model pembelajaran kolaborasi itu sendiri merupakan model pembelajaran yang menggabungkan dua model pembelajaran yang berbeda untuk dapat menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga tercipta suasana kelas yang interaktif dan menyenangkan.

Model pembelajaran Explicit Instruction ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat dalam seluruh langkah-langkah pembelajaran, karena langkah-langkah model ini terdiri dari demonstrasi yang dilanjutkan dengan latihan terbimbing serta umpan balik tentang materi yang dijelaskan dan kemudian latihan lanjutan/mandiri. Model ini menekankan pembelajaran pada pemberian pengetahuan deklaratif dan prosedural. Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan yang dapat diungkapkan dengan kata-kata untuk mengetahui sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu yang dilakukan setahap demi setahap. Model pembelajaran Listening Team adalah model pembelajaran yang membantu siswa untuk tetap konsentrasi, fokus, aktif, dan bertanggungjawab dengan tugas yang telah diberikan oleh guru kepada setiap kelompok terhadap materi pelajaran. Model ini bertujuan untuk membentuk kelompok-kelompok yang mempunyai tugas dan tanggung jawab tertentu yang berkaitan dengan materi pelajaran. Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri dari kelompok penanya, penjawab, penentang dan kelompok penarik kesimpulan. Pemberian tugas yang berbeda terhadap setiap kelompok dapat membuat masing-masing kelompok bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan. Untuk menyelesaikan tugastugas dengan baik, setiap kelompok tidak cukup hanya dengan mendapat informasi dari guru saja, namun tugas-tugas yang diberikan memaksa siswa untuk menggali informasi lebih lagi dari buku dan pemikiranya.

Penerapan kolaborasi model pembelajaran Explicit Instruction dengan model pembelajaran Listening Team mempunyai langkah-langkah berikut ini: guru menyampaikan tujuan pembelajaran sekaligus memotivasi siswa, selanjutnya guru menyampaikan materi pelajaran, guru memberikan latihan terbimbing berupa soal latihan yang dikerjakan secara individu, setelah selesai, guru membagi siswa dalam 4 kelompok yang terdiri dari kelompok A sebagai penanya bertugas merumuskan pertanyaan, kelompok B sebagai penjawab bertugas menjawab pertanyaan yang diberikan oleh kelompok penanya dan menjelaskan mengapa demikian, kelompok C sebagai penentang bertugas mengutarakan hal-hal yang tidak disetujui berdasarkan penjelasan kelompok B dan menjelaskan mengapa demikian, sedangkan kelompok D sebagai penarik kesimpulan bertugas menyimpulkan hasil, masing-masing kelompok melaksanakan tugas yang telah ditentukan, kemudian beri waktu kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing, guru memberikan umpan balik dan kesimpulan. Terakhir diberikan latihan lanjutan/mandiri, yaitu siswa akan diberi tugas untuk dikerjakan secara individu di luar jam pelajaran sekolah. Jadi penerapan kolaborasi model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team dimaksudkan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang aktif dan tidak membosankan, serta dengan penerapan kolaborasi model ini siswa dapat lebih bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas kelompoknya masingmasing yang telah diberikan guru sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi.

Dari uraian di atas, maka pemecahan masalah tindakan kelas ini adalah dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS-2 di SMA Swasta Josua Medan. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar akuntansi siswa kelas XII IPS-2 SMA Swasta Josua Medan melalui penerapan kolaborasi model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS-2 SMA Swasta Josua Medan melalui penerapan kolaborasi model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team. 3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar akuntansi siswa antar siklus. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan bagi penulis dalam menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa.

2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah khususnya guru bidang studi akuntansi dalam menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dengan Listening Team sebagai salah satu cara yang efektif dan efisien dalam meningkatkan aktivitas dan hasil berlajar akuntansi siswa. 3. Sebagai bahan referensi bagi civitas akademik Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan agar dapat menyempurnakan kualitas dan kompetensi pengajaran untuk lebih profesional.