ANALISIS KERENTANAN WILAYAH PESISIR PANTAI DI PERKOTAAN TERNATE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR LAMPIRAN...

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

BAB IV. Kajian Analisis

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

Jumlah Desa Bukan Pesisir Jumlah 250, Sumber : BPS Kota Ternate (2010) Luas Daratan Jumlah. Kecamatan 65,88.

Identifikasi Daerah Rawan Bencana di Pulau Wisata Saronde Kabupaten Gorontalo Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

PERENCANAAN WILAYAH PESISIR BERBASIS MITIGASI BENCANA DI KECAMATAN SANANA KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 2

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penataan Kawasan Bencana Lahar Dingin Di Kecamatan Ternate Tengah Dan Ternate Utara

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

Alhuda Rohmatulloh

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

EVALUASI KEBIJAKAN POLA RUANG DAN STRUKTUR RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus : Kota Palu)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI KEMIRINGAN LERENG Di KAWASAN PERMUKIMAN KOTA MANADO BERBASIS SIG

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

PEMANFAATAN LAHAN KAWASAN PESISIR GALESONG BERBASIS ANALISIS RESIKO BENCANA ABRASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. sehingga sistim pengairan air yang terdiri dari sungai dan anak sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

Transkripsi:

ANALISIS KERENTANAN WILAYAH PESISIR PANTAI DI PERKOTAAN TERNATE Muhammad Jusnardi Hardyan Westplat 1, Dr.Ir Linda Tondobala,DEA 2, Ir. Vicky H.Makarau,M.Si 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado 2 & 3 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak. Pesisir merupakan yang memiliki multifungsi, seperti : pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian dan pariwisata. Multifungsi tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan prasarana lainnya, sehingga akan timbul masalah-masalah baru di. Masalah-masalah tersebut seperti perubahan morfologi pantai seperti terjadinya abrasi dan akresi. Kawasan di Kota yang mengalami kerusakan pantai di sebabkan oleh gelombang dan abrasi yakni terdapat di Selatan, Utara dan Pulau. Oleh karena itu, untuk mengembalikan fungsi strategis kota pantai guna menjamin keselamatan diperlukan terlebih dahulu perlu adanya perencanaan kawasan yang memperhatikan aspek pengelolaan kawasan pantai untuk meminimalisir dampak. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi kawasan dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap gelombang pasang dan abrasi pada Wilayah Pesisir di Perkotaan dan menyusun rencana adaptasi di pantai Perkotaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara kuantitatif deskriptif yaitu menjelaskan hubungan antara variable dengan menganalisis data numeric (angka) menggunakan statistic dengan software ArcGis. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk membandingkan kondisi eksisiting di lapangan yang dilihat dari kerentanan,keterpaparan dan adaptasi di di Kota. Kondisi eksisting yang ada di konversikan ke dalam nilai dan bobot yang ditentukan sehingga memudahkan untuk melalukan analisis numerik. Setelah itu, akan dibuatkan Peta untuk melihat kondisi. Hasil studi, diketahui kawasan dengan tingkat kerentanan tinggi pada Wilayah Pesisir di Perkotaan yakni kelurahan jambula,gambesi,sasa dan fitu. Berdasarkan analisis menyusun rencana adaptasi di pantai Perkotaan yakni adaptasi struktural dan non struktur. Kata Kunci : Kerentanan, Adaptasi, Pesisir Pantai Pendahuluan Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang di lintasi garis khatulistiwa dan secara geografis terletak di antara 5 LU dan 120 LS serta 95 dan 141 BT. Luas negara Indonesia adalah sekitar 9,8 juta km² dan luas daratannya mencapai 1,9 juta km² yang tersebar pada sekitar 17.500 buah pulau. Pulau-pulau ini disatukan oleh laut yang sangat luas yakni sekitar 7,9 juta km². Panjang garis pantai yang mengelilingi daratan Indonesia sekitar 81 ribu km dan ini merupakan garis tropis terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Dahuri,2003; Sabiham dan Mulyanto, 2004 dalam Khusrizal. 2014). Pesisir merupakan yang memiliki multifungsi, seperti : pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian dan pariwisata. Multifungsi tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan prasarana lainnya, sehingga akan timbul masalah-masalah baru di. Masalah-masalah tersebut seperti perubahan morfologi pantai seperti terjadinya abrasi dan akresi. Kawasan di Kota yang mengalami kerusakan pantai di sebabkan oleh gelombang dan abrasi yakni terdapat di Selatan Kelurahan Sasa dan Kelurahan Kalumata. Sedangkan di Utara terjadi di Kelurahan Dufa-dufa, Kelurahan Tafure, Kelurahan Tabam dan Kelurahan Sango. Selanjutnya di Pulau terjadi di Kelurahan Jambula, Kelurahan Rua dan Kelurahan Taduma. Oleh karena itu, untuk mengembalikan fungsi strategis kota pantai guna menjamin keselamatan diperlukan terlebih dahulu perlu adanya perencanaan kawasan yang memperhatikan aspek pengelolaan kawasan pantai untuk 12

meminimalisir dampak khususnya gelombang pasang dan abrasi. Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk identifikasi kawasan dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap gelombang pasang dan abrasi pada Wilayah Pesisir di Perkotaan dan menyusun rencana adaptasi di pantai Perkotaan. Tinjauan Pustaka Wilayah Pesisir Wilayah adalah suatu peralihan antara daratan dan lautan.apabila ditinjau dari garis pantai (coast line) maka memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus dengan garis pantai (cross shore) (Dahuri,et al, 1996). (Menurut Rais,1993 dalam Sinurat RM, 2000) memberikan definisi bahwa disebut adalah spasial ke arah darat dimana pengaruh laut masih ada, terutama pengaruh pasang surut (batas ekosistem air payau) dan ke arah laut dimana pengaruh darat masih dominan (batas sedimentasi sungai). Kerentanan Bencana Kerentanan atau vulnerability telah muncul sebagai suatu konsep sentral dalam memahami akibat alam serta untuk mengembangkan strategi pengelolaan risiko. Definisi secara umum kerentanan adalah tingkatan suatu sistem yang mudah terkena atau tidak mampu menanggulangi. Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari aspek fisik, sosial kependudukan dan ekonomi. Kerentanan fisik menggambarkan suatu kondisi fisik yang rawan terhadap faktor bahaya (hazard) tertentu. Tingkat kerentanan adalah indikator tingkat kerawanan pada kawasan yang belum dimanfaatkan sebagai kawasan budi daya, dengan hanya mempertimbangkan aspek kondisi alam, tanpa memperhitungkan besarnya kerugian yang diakibatkan. Kerentaanaan dalam penelitian ini di bagi menjadi beberapa komponen : 1. Komponen Sosial 2. Komponen Ekonomi 3. Komponen Fisik 4. Komponen Lingkungan Adaptasi Penanggulanggan Bencana Alam Adaptasi adalah penyesuaian sistem alam dan manusia terhadap alam nyata atau yang diharapkan tidak ada dampak-dampaknya, yang menyebabkan kerugian atau mengeksploitasi kesempatankesempatan yang memberi manfaat. Adaptasi alam perlu dilakukan mengingat adanya ancaman-ancaman alam yang membahayakan manusia seperti : 1. Ancaman alamiah 2. Ancaman biologis 3. Ancaman geologis 4. Ancaman hidrometeorologis 5. Ancaman sosial-alami Hal-hal penting dalam adaptasi dan ancaman alam adalah: 1. Kesadaran publik 2. Kesiapsiagaan 3. Ketangguhan 4. Langkah-langkah struktural/nonstruktural 5. Manajemen resiko 6. Partisipasi Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif yaitu menjelaskan hubungan antara variable dengan menganalisis data numeric (angka) menggunakan statistic dengan software ArcGis. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk membandingkan kondisi eksisiting di lapangan yang dilihat dari kerentanan,keterpaparan dan adaptasi di di Kota. Kondisi eksisting yang ada di konversikan ke dalam nilai dan bobot yang ditentukan sehingga memudahkan untuk melalukan analisis numerik. Setelah itu, akan dibuatkan Peta untuk melihat kondisi. Untuk menjawab permasalahan yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode analisis digunakan dalam penelitian ini yakni : 1. Analisis Geogarafis Dalam menganaslisis menggunakan perangkat lunak Sistem Informasi Geografi (GIS) ArcView. Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan dalam menganalisis yang disebut analisis spasial. Data yang digunakan yaitu jenis data vector, maka metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis spasial pada data vector dengan menggunakan tumpangsusun (overlay): a) Tumpangsusun (Overlay) 13

Overlay adalah bagian penting dari analisis spasial. Overlay dapat menggabungkan beberapa unsur spasial menjadi unsur spasial yang baru. Dengan kata lain, overlay dapat didefinisikan sebagai operasi spasial yang menggabungkan layer geografik yang berbeda untuk mendapatkan informasi baru. 2. Analisis kerentanan Analisis kerentanan menggambarkan asetaset yang terekspose oleh termasuk kehidupan manusia kerentanan sosial, ekonomi, struktur fisik dan ekologi. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjabarkan analisis kerentanan dapat dihitung kependudukan, ekonomi, dan fisik lingkungan. Analisis kerentanan kemudian dibagi kedalam tiga kelas, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, analisis mengenai kerentanan terbagi menjadi 4 unsur pembahasan, yaitu: Kerentanan Sosial Tabel 1 Kerentanan Sosial Kerentanan Sosial = (0.6* kepadatan penduduk) + (0.1* rasio jenis kelamin) + (0.1* rasio kemiskinan) + (0.1* rasio Kerentanan orang cacat) Ekonomi + (0.1* rasio kelompok umur) Tabel 2 Kerentanan Ekonomi Kerentanan Lingkungan Tabel 4 Kerentanan Lingkungan Kerenta Kerentanan Lingkungan = (0.1*Skor Hutan Lindung) + (0.3*Skor Hutan Alam) +(0.4*Skor Hutan Mangrove) +(0.1* Skor semak belukar) + (0.1* Skor rawa) Indeks Kerentanan Tabel 5 Gelombang dan Abrasi Kerentanan ancaman gelombang dan abrasi = (0.4*Skor kerentanan sosial) + (0.25*skor kerentanan ekonomi) + (0.25*skor kerentanan fisik) + (0.1*skor kerentanan lingkungan) HASIL DAN ANALISIS Gambaran Umum Wilayah Kota Kota merupakan Kepulauan yang dikelilingi oleh laut dengan letak geografisnya berada pada posisi 0-2 Lintang Utara dan 126-128 Bujur Timur. Luas daratan Kota sebesar 162,03 km²,sementara lautannya 5.547,55 km². Kota seluruhnya dikelilingi oleh laut dengan delapan Pulau, tiga diantaranya tidak berpenghuni,dan mempunyai batas sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Laut Maluku Sebelah Selatan dengan Laut Maluku Sebelah Timur dengan Selat Halmahera Sebelah Barat dengan Laut Maluku Kerentanan Ekonomi = (0.6 * skor lahan produktif) + (0.4 skor PDRB) Kerentanan Fisik Tabel 3 Kerentanan Fisik Kerentanan Fisik = (0.4*Skor Rumah) + (0.3*Skor Fasilitas Umum) + (0.3*Skor Fasilitas Kritis) Gambar 1 Peta Administrasi Kota 14

Identifikasi kawasan dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap gelombang dan abrasi pada di Perkotaan Berdasarkan hasil analisis kerentanaan nilai faktor yang teridentifikasi menunjukkan adanya perbedaan tingkat kerentanan secara keseluruhan untuk setiap indikator kerentanan sosial,ekonomi,fisik,maupun lingkungan di studi. Artinya setiap jenis indikator kerentanan memiliki zona tingkat kerentanan yang cenderung berbeda-beda di studi. Berikut pemaparan setiap komponen kerentanan sosial,ekonomi,fisik,maupun lingkungan di Kota : Kerentanan Sosial Dari 5 nilai indikator sosial tersebut di aplikasikan kedalam peta overlay yang mengacu pada Perka BNPB No 2 Tahun 2012 untuk mendapatkan nilai kerentanaan sosial yakni : Table 7 Dan Kerentanan Sosial di Kota Rendah 1-1.67 Sedang 1.68 2.35 Tinggi 2.36 3 dalam klasifikasi di dengan kerentanaan sosial yang tinggi yakni Pulau Kelurahan Jambula, Selatan Keluarahan Sasa, Gambesi, Fitu, Mangga Dua Utara, Kota Baru, Muhajirin, Gamalama, Kampung Makassar Timur, Soa-sio, Toboleu, dan Tabam dengan nilai kerentanaan sosial 2,36-3 dan yang paling rendah klasifikasi di yakni Kelurahan Rua dan Takome. Gambar 2 Peta Kerentanan Sosial Kerentanan Ekonomi Dari ke 2 nilai indikator ekonomi tersebut di aplikasikan kedalam Peta Overlay yang mengacu pada Perka BNPB No 2 Tahun 2012, untuk mendapatkan nilai kerentanaan ekonomi yakni : Table 8 Dan Kerentanan Ekonomi di Kota Rendah 2-2.33 Sedang 2.34 2.67 Tinggi 2.68 3 dalam klasifikasi di dengan kerentanaan ekonomi yang tinggi yakni Pulau, Selatan dan Utara dengan nilai kerentanaan sosial 2,68-3 dan yang paling rendah klasifikasi di yakni Tengah. Gambar 3 Peta Kerentanan Ekonomi 15

Kerentanan Fisik Dari ke 3 nilai indikator Fisik tersebut di aplikasikan kedalam Peta Overlay yang mengacu pada Perka BNPB No 2 Tahun 2012, untuk mendapatkan nilai kerentanaan Fisik yakni : Tinggi 2.36 3 dalam klasifikasi di dengan kerentanaan lingkungan dari 4 Table 9 Dan Kerentanan Fisik di Kota Rendah 2-2.33 Sedang 2.34 2.67 Tinggi 2.68 3 dalam klasifikasi di dengan kerentanaan fisik yang tinggi yakni Pulau, Selatan dan Tengah dengan nilai kerentanaan sosial 2,68-3 dan yang paling rendah klasifikasi di yakni memiliki nilai yang rendah yakni 1-1.67. Gambar 5 Peta Kerentanan Lingkungan Akhirnya semua kerentanan hasil dari kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan dengan faktor-faktor pembobotan yang berbeda-beda. Sesuai Perka BNPB No.2 Tahun 2012, secara umum untuk mendapatkan nilai kerentanan gelombang ekstrim dan abrasi di pantai Kota, maka seluruh indikator kerentanan akan digabungkan dalam suatu formula perhitungan, sebagai berikut: Table 11 Dan Gelombang dan Abrasi Kota Utara. Gambar 4 Peta Kerentanan Fisik Kerentan Lingkungan Dari ke 4 nilai indikator lingkungan tersebut di aplikasikan kedalam Peta Overlay yang mengacu pada Perka BNPB No 2 Tahun 2012, untuk mendapatkan nilai kerentanaan lingkungan yakni : Table 10 Dan Kerentanan Lingkungan di Kota Rendah 1-1.67 Sedang 1.68 2.35 Rendah 2-2.33 Sedang 2.34 2.67 Tinggi 2.68-3 dalam klasifikasi di dengan Gelombang dan abrasi yang tinggi yakni Pulau kelurahan jambula dan Selatan kelurahan sasa,gambesi dan fitu dengan nilai 2,68-3 dan yang paling rendah klasifikasi di yakni Utara dan Tengah. 16

Pembuatan zonasi Gambar 6 Peta Gelombang dan Abrasi Menyusun rencana adaptasi di pantai Perkotaan Berdasarkan tabel rencana adaptasi Kota di atas bahwa dari ke empat kelurahan yang ada di Kota yakni: Identifikasi Wilayah Dan/atau Sektor Pulau Kelurahan Jambula Selatan kelurahan Sasa Table 11 Rencana Adaptasi Kota Adaptasi yang telah dilakukan Struktural Sistem Jalur Pembuatan Pembuatan pemecah ombak Pembuatan Pembuatan Sistem Jalur Pembuatan Pemecah ombak Pembuatan Non-Struktural Adanya zonasi. Adanya Selatan kelurahan Gambesi Selatan kelurahan Fitu Sistem Jalur Pembuatan Pembuatan Pembuatan Sistem Jalur Pembuatan Pembuatan Pembuatan Adanya zonasi Adanya zonasi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai Analisis Kerentanan Wilayah Pesisir Pantai Di Perkotaan yang berdasarkan pada penyajian data dan analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis diatas yang identifikasi kawasan dengan tingkat kerentanan tinggi pada Wilayah Pesisir di Perkotaan yakni Pulau kelurahan jambula dan Selatan kelurahan sasa,gambesi dan fitu dengan nilai 2,68-3 dan yang paling rendah klasifikasi di yakni 17

Utara dan Tengah. 2. Berdasarkan analisis menyusun rencana adaptasi di pantai Perkotaan yakni: Adaptasi Kondisi Struktural perlu adanya peningkatan sistem dini,jalur evakuasi,talud dan Pemecah ombak untuk mengurangi terjadinya kerusakan rumah,infrasturktur dan jatuhnya korban. Adaptasi Non Struktural perlu adanya dan meningkatan untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa. Saran Berdasarkan Kesimpulan dari hasil analisis di atas peneliti dapat memberikan saran : 1. Di harapkan pada penelitian ini bisa menjadi referensi untuk penelitianpenelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penyusunan rencana tata ruang yang mampu atau mempertimbangkan mitigasi abarasi maupun secara umum. 2. Kepada pemerintah di Kota diharapkan menyusun program pembangunan sesusai dengan jenis-jenis adaptasi yang seperti hasil penelitian. 3. Pemerintah memfasilitasi pendidikan dini kepada usia produktif dan penduduk laki-laki dalam bentuk latihan atau untuk kesiapsiagaan diri dan keluarga yang akan sangat berguna untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa di saat terjadi. 4. Masyarakat harus menjaga dan memelihara infrastruktur yang ada. Muswerry Muchtar dkk. 2015. Sumber daya Laut Di Perairan Pesisir gunung Kidul,Yogyakarta. LIPI Press. Jakarta Notowijoyo, Sukamto I. T. (2015). Manajemen Antisipasi Bencana. Graha Ilmu : Yogyakarta Pratomo, Rahmat Aris dan Iwan Rudiarto.2013. Permodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu.Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota.Planologi Undip, Semarang. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.33/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016 Tentang Pedoman Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana DAFTAR PUSTAKA Faisol, Indarto Arif. 2012. Konsep Dasar Analisis Spasial, ANDI. Jogjakarta Khusrizal. 2014. Lumpur Tsunami Dan Tanah Pesisir Pantai Sifat, Klasifikasi dan Pengelolaan.Pustaka Reka Cipta. Bandung 18