BAB I PENDAHULUAN. Negara dalam menyelenggarakan pemerintahannya mempunyai kewajiban

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1)

BAB I PENDAHULUAN. untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi: 2006). Dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Hal ini dikarenakan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara (Munari,2005:120).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak menjadi salah-satu sumber penerimaan kas negara. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara serta untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, pembangunan maupun untuk biaya rutin negara.

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut P.J.A. Andriani dalam Ikatan Akuntan Indonesia, pajak adalah:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account. mengimplementasikan Organisasi Modern.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di segala bidang. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak di Indonesia saat ini menganut sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi maupun sumber daya alam, namun sebagai Negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dari negara. Seperti yang tercantum dalam pancasila, sila ke-5 yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. yaitu mulai berlakunya sistem pemungutan pajak self assessment system sejak

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali di Indonesia. Dari hari- kehari pengaruh globalisasi semakin kuat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. langkah strategi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui upaya-upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara dalam menyelenggarakan pemerintahannya mempunyai kewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan, maupun kecerdasan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan Negara yang dicantumkan di dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat yang berbunyi. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial (Undang-Undang Dasar 1945). Dari uraian tersebut tampak bahwa karena kepentingan rakyat, Negara memerlukan dana. Karena itu, jelaslah bagi kita untuk membiayai seluruh kepentingan umum, salah satu yang dibutuhkan dan terpenting adalah suatu peran serta aktif dari warganya untuk ikut memberikan iuran kepada negaranya dalam bentuk pajak, sehingga segala keperluan pembangunan dapat dibiayai (Rimsky K. Judisseno 2004:2). Di Indonesia penerimaan pajak memberikan konrtibusi yang cukup besar pada penerimaan negara yaitu dengan persentase rata-rata diatas 70%. Hal ini dapat dilihat pada data sebagai berikut : 1

2 Tabel 1.1 Kontibusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara Tahun 2010-2014 (Triliun Rupiah) Tahun Pendapatan Negara Penerimaan Pajak Persentase 2010 Rp 995,3 triliun Rp 723,3 triliun 72,67 % 2011 Rp 1.210,6 triliun Rp 873,9 triliun 72,18 % 2012 Rp 1.338,1 triliun Rp 980,5 triliun 73,27 % 2013 Rp 1.502,0 triliun Rp 1.148,4 triliun 76,45 % 2014 Rp 1.667,1 triliun Rp 1.280,4 triliun 76,80 % Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2014 (data diolah kembali) Walaupun peran penerimaan pajak terhadap APBN itu besar, tetapi pada kenyataanya realisasi penerimaan pajak tidak dapat memenuhi dari target yang semula direncanakan. Berikut target dan realisasi penerimaan pajak tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 dikutip dari data litbang okezone: Tabel 1.2 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun Berjalan Tahun 2009 s.d 2014 (Triliun Rupiah) Tahun Target Realisasi % 2009 Rp 652 triliun Rp 620 triliun 95,10% 2010 Rp 743 triliun Rp 723 triliun 97,30% 2011 Rp 879 triliun Rp 874 triliun 99,40% 2012 Rp 1.016 triliun Rp 981 triliun 96,40% 2013 Rp 1.148 triliun Rp 1.077 triliun 93,80% 2014 Rp 1.246 triliun Rp 1.143 triliun 91,70 % Sumber: Data Litbang Okezone Apalagi pada saat ini, penerimaan pajak pada quartal 1 tahun 2015 tidak mencapai target. Faktor kepatuhan dinilai menjadi penyebab utama tak tercapainya target penerimaan pajak. Hal itu senada seperti yang dinyatakan oleh Bambang Brodjonegoro (2015) yang dikutip dari (http://www.republika.co.id)

3 bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak RI yang rendah menyebabkan penerimaan pajak meleset pada triwulan I 2015. Penerimaan pajak Januari-Maret 2015 hanya Rp 170 triliun (13 persen). Jumlah ini masih jauh dari target yang ditetapkan untuk Ditjen Pajak sebesar Rp 1.296 triliun. Tak tercapainya target penerimaan pajak masih disebabkan kepatuhan wajib pajak. Bahkan hingga bulan September 2015 atau triwulan 3 tahun 2015 kepatuhan wajib pajak masih rendah, baik itu wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan, seperti yang diberitakan oleh Adinda Ade Mustami (2015) yang dikutip dari (http://www.kontan.co.id/) bahwa kewajiban formal wajib pajak Indonesia tergolong rendah. Data Ditjen Pajak menunjukan, tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi per 10 September 2015, baru 56,36%. Angka tersebut diperoleh dari jumlah pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) wajib pajak orang pribadi dibandingkan dengan jumlah orang pribadi yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Tidak hanya itu, tingkat kepatuhan wajib pajak badan per 10 September 2015 baru sebanyak 49,74%. Puncaknya terjadi pada bulan Desember 2015, dimana Direktorat Jenderal Pajak Bapak Sigit Pradi Pramudito mengundurkan diri dari jabatanya. Alasanya karena pencapaian target penerimaan pajak yang belum sesuai dengan harapan. Hal itu senada seperti yang dinyatakan oleh Bambang Brodjonegoro (2015) yang dikutip dari (http://www.kompas.com) bahwa Direktur Jenderal Pajak Sigit Pradi Pramudito mengundurkan diri dari jabatannya terhitung sejak menyampaikan surat pengunduran diri pada Selasa (1/12/2015) pagi. Salah satu alasan Sigit

4 menyatakan pengunduran dirinya adalah karena merasa tidak sanggup untuk memenuhi target penerimaan pajak yang dibebankan dalam APBN-P 2015 sebesar Rp 1.294 triliun. Menjelang akhir 2015, penerimaan pajak diproyeksikan hanya bisa mencapai 85 persen-87 persen sehingga Sigit mengundurkan diri lebih dini meskipun baru menjabat sekitar sembilan bulan. Untuk lebih memperjelas mengapa penerimaan pajak tidak mencapai target, Bambang Brodjonegoro (2015) menyatakan ada tiga alasan mengapa penerimaan pajak beberapa tahun terakhir tidak mencapai target seperti yang dikutip dari (http://www.liputan6.com) bahwa ada tiga penyebab buruknya pengumpulan pajak selama belasan tahun ini. Pertama, kepatuhan WP sangat rendah yaitu hanya sekitar 50 persen. Kedua, adanya kebocoran penerimaan pajak terutama dari restitusi atau pengembalian pajak, khususnya dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ketiga, basis WP yang kecil. Meski jumlah penduduk 250 juta orang, yang punya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) hanya 28 juta orang atau sedikit di atas 10 persen. Yang menyampaikan SPT rutin hanya 10 juta WP dan yang membayar penuh sesuai ketentuan cuma 900 ribu orang. Itu WP Orang Pribadi. Masalah kepatuhan Wajib Pajak juga terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees merupakan salah satu unit instansi yang berada dibawah dan bertanggung jawab pada Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Barat I. Hal itu dilihat dari surat pemberitahuan (SPT) yang dilaporakan, seperti data di bawah ini.

5 Tabel 1.3 Tingkat Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees 2012-2015 Tahun WP WP Wajib WP Lapor Tingkat No Pajak Terdaftar SPT Kepatuhan (%) 1 2012 95.277 70.177 36.159 51,52% 2 2013 99.907 51.772 37.748 72,91% 3 2014 110.838 63.264 36.063 57,00% 4 2015 118.233 59.559 38.826 65.19% Sumber: Pengolahan Data dan Informasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Berdasarkan Tabel 1.3 di atas dapat dilihat bahwa kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahaun (SPT) ) pada tahun 2012 sebesar 51,52%, tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 72,91%, tahun 2014 menurun sebesar 57.00% dan tahun 2015 mengalami kenaikan kembali sebesar 65.19%. Angka tersebut diperoleh dari jumlah pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) wajib pajak orang pribadi dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang diwajibkan untuk melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT). Berdasarkan adanya fenomena di atas, tentunya hal tersebut merupakan fakta bahwa masih rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakanya yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan target penerimaan pajak tidak tercapai. Untuk mendongkrak peningkatan peneriamaan negara melalui sektor pajak, dibutuhkan partisipasi aktif dari Wajib Pajak untuk memenuhi segala kewajiban perpajakannya dengan baik. Artinya peningkatan penerimaan pajak Negara ditentukan oleh tingkat kepatuhan wajib pajak (Diana Sari, 2013:7). Untuk mewujudkanya pajak maka Direktorat Jenderal Pajak melakukan peningkatan terhadap Good Governance dan pelayanan prima (Service

6 Excellent) dalam pengelolaan administrasi perpajakan. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan melakukan Reformasi Perpajakan. Reformsi Perpajakan di Indonesia yang telah dilakukan pertama kali pada tahun 1983 dimana saat itu terjadi reformasi atau perubahan sistem mendasar atas pengelolaan perpajakan Indonesia dari Official Assesssment System ke Self Assessment System (Diana Sari, 2013:7). Isu kepatuhan dan hal-hal yang menyebabkan ketidakpatuhan serta upaya meningkatkan kepatuhan menjadi salah satu angenda penting di negara-negara maju, apalagi di negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya (Safri Nurmantu, 2005:148). Kepatuhan Wajib Pajak sangat berperan khususnya dalam perpajakan Indonesia yang menganut self assessment sytem. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan (menghitung dan menetapkan) sendiri besarnya pajak yang terutang dan membayarnya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan yang berlaku (Diana Sari, 2013:79). Self assessment system yang diterapkan saat ini memiliki tujuan untuk (Imam Wahyutomo, 1994:12) : a. Meningkatkan kesadaran pajak (tax-conciousness) dari Wajib Pajak guna mengetahui dan melaksanakan segala kewajiban-kewajiban pajaknya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

7 b. Adanya hasrat dan minat yang tinggi (tax mindedness) wajib pajak untuk membayar pajak tepat pada waktunya seperti yang telah ditetapkan peraturan yang berlaku. c. Adanya kepatuhan membayar pajak (tax compliance) dan adanya disiplin dalam melaksanakan pembayaran pajak tepat pada waktunya (tax dicipline). d. Adanya kejujuran Wajib Pajak (honesty), yaitu kejujuran Wajib Pajak dalam mengisi dan membayar angsuran pajak dan mengisi SPT Tahunan sesuai dengan keadaan. e. Terhindar dari timbulnya Wajib Pajak yang tidak taat membayar pajak yang terhutang. Selain dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, self assessment system memiliki kelemahan yang memungkinkan Wajib Pajak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan penyelundupan, baik secara unilateral maupun secara bilateral. Disebut sebagai penyelundupan unilateral apabila wajib pajak memberikan informasi yang palsu atau menunda pembayaran, sedangkan penyelundupan bilateral dilakukana dengan cara kolusi dengan petugas penetapan, pemeriksa dan penagih pajak dari jajaran instansi pajak (Diana Sari, 2013:95). Agar pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan, pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam UU Perpajakan yang berlaku. Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah

8 pengenaan sanksi-sanksi perpajakan. Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya (Diana Sari, 2013:269). Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti atau ditaati atau dipatuh. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan (Diana Sari, 2013:272). Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis tertarik untuk membuat skripsi berjudul Pengaruh Self Assessment System dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi kasus pada KPP Pratama Bandung Karees). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan diatas, masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kepatuhan Wajib Pajak, maka yang akan menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Self Assessment System berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees. 2. Apakah Sanksi perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees. 3. Apakah Self Assessment Seystem dan Sanksi Perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees.

9 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan: 1. Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees. 2. Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees. 3. Pengaruh Self Assessment System dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai pengaruh Self Assessment System dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Karees.

10 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bermanfaat khususnya mengenai self assessment system, sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak. 3. Pihak Lain Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi dalam penelitian di bidang yang sama. 1.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Objek penelitian yang akan diteliti adalah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Karees, yang beralamat di jl. Ibrahim Adjie (Kiaracondong) No 372 Bandung, 40275 Telepon: 022-7333355 Dengan Kode Kantor: 424 dan Kode Kanwil: Kanwil DJP Jawa Barat I. Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 1 Desember 2015 sampai dengan 31 Desember 2015.