BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang ini olahraga sudah memberikan kontribusi yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gilang Ginanjar H, 2014

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

2015 PERBAND INGAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER CABANG OLAHRAGA IND IVIDU D AN BEREGU D I SMA PASUND AN 2 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS ATLET BELADIRI KARATE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

dimainkan oleh laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Di yang cukup menggembirakan, namun dalam kancah sepak bola internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per 31 Desember 2010 (KPK, 2010). Sumber lain menyebutkan jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sutresna et al. (20011:3) menambahkan mengenai Fungsi sosio-emosional sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia, yaitu logos dan eros (kualitas kemanusiaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. dan memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya

BAB I A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

2015 HUBUNGAN TINGKAT PEND IDIKAN PELATIH D ENGAN PERFORMA ATLET SEKOLAH SEPAK BOLA D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN. permainan yang cukup cantik dan menarik bagi siapapun.

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multi budaya dan keanekaragaman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tujuan dari olahraga adalah untuk pendidikan, rekreasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani,

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

KEEFEKTIFAN METODE BERMAIN OUTBOUND

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Yusni Arie Apriansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Djamarah dan Zain (1996, hlm. 7) bahwa guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan sebuah aktivitas fisik yang memiliki aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga sesuai dengan minatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

2015 PERBANDINGAN MOTIVASI BEROLAHRAGA BERDASARKAN OLAHRAGA KOMPETISI DAN OLAHRAGA REKREASI

2015 D AMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT TAD JIMALELA TERHAD AP KEBUGARAN JASMANI D AN PERILAKU SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 CILEUNYI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan olahraga beregu yang terdiri atas satu tim yang beranggotakan lima

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Singgih Pratomo, 2013

BAB I PENDAHULUAN. permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

I. PENDAHULUAN. kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Septian Try Ardiansyah 2014

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Perbedaan pengaruh latihan lemparan atas bola softball dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap ketepatan lemparan atas bola softball

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ashari Nopdiana, 2015 Profil fisik dan teknik klub basket garuda kelompok putra usia tahun

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE MELATIH TEKNIK DAN TAKTIK DALAM PENCAK SILAT. Oleh: Awan Hariono

Materi: Konsep Dasar Pendekatan Taktik dalam Permainan Sepakbola. Pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah masih cenderung dilaksanakan dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman sekarang ini olahraga sudah memberikan kontribusi yang sangat besar, bukan hanya pada peningkatan kesehatan tetapi dapat dipergunakan sebagai arena ungkapan jati diri melalui presetasi yang dicapai dalam profesi yang digelutinya yaitu olahraga. Orang yang berprofesi dalam bidang olahraga disebut sebagai atlet. Seperti apa yang tercantum dalam Ali (1995:64) bahwa: Atlet adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan dan kecepatan). Dalam mencapai presentasi di berbagai cabang olahraga sangat ditentukan oleh beberapa faktor, Gunarsa (1989:4) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi adalah sebagai berikut: 1. Faktor fisik, yakni berkaitan dengan kondisi fisik seperti struktur, postur serta daya tahan 2. Kedua faktor teknik, faktor keterampilan dan kemampuan khusus yang berhubungan erat dengan bakat. 3. Faktor yang berkaitan dengan struktur maupun fungsi kepribadian atlet. Faftor ini dapat berfungsi sebagai pengggerak atau pengarah pada penampilan atlet, terungkap dalam ucapan-ucapan seperti adu akal, taktik, motivasi, determinasi, atau menghambat seperti kecemasan, ketegangan dan tidak percaya diri. Prestasi yang diraih atlet tidak didapatkan dengan mudah dan datang dengan sendirinya, tetapi harus dimulai dengan pencarian bibit-bibit atlet berbakat kemudian dibina dengan baik melalui latihan yang terprogram. mengenai pengertian bakat Setyobroto (1989:37) mengatakan: bakat sebenarnya adalah

2 kumpulan sifat-sifat kejiwaan yang cocok untuk cabang olahraga tertentu, yaitu memungkinkan individu memiliki sifa-sifat tersebut mencapai prestasi yang setinggi tingginya. Mengenai sifat- sifat kejiwaan tersebut lebih lanjut Sobur (2003:302) menjelaskan sebagai berikut: 1. Ada yang berkenaan dengan cara berbuat, seperti tekun, tabah, dan cepat. 2. Ada yang menggambarkan sikap, seperti sosialbilitas dan patriotism. 3. Ada yang berhubungan dengan minat, seperti estetis, atletis dan sebagainya. 4. Yang terpenting ialah temperamen emosional, meliputi optimisme, pesimisme, mudah bergejolak dan tenang Manusia adalah makhluk soasial yang memiliki keistimewaan, masing- masing individu mempunyai caranya sendiri untuk menyatakan jatidirinya dengan gambaran sifat- sifat yang satu sama lain berbeda, di tentukan oleh berbagai hal seperti pola asuh keluarga dan lingkungan, dari gambaran sifat- sifat kejiwaan tersebut menunjukan adanya unsur-unsur akal dan kejiwaan yang disebut kepribadian, pendapat Koentjaraningrat (2003:301) menjelaskan bahwa kepribadian atau personality sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia Dalam metodelogi kepelatihan olahraga ada yang disebut dengan prinsip latihan individual yaitu perbedaan penanganan latihan untuk setiap atlet. Bompa (1999:35) faktor individu harus diperhatikan, karena pada dasarnya setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun secara psikologis. setiap orang memiliki kepribadian yang tidak sama antara yang satu dan yang lainnya. oleh karena itu pelatih harus memberikan treatment yang

3 berbeda tidak hanya dalam latihan fisik, teknik dan taktik saja tetapi dalam hal psikologi pun harus memberikan penanganan yang berbeda untuk tiap atlet. Selanjutnya Purwanto mejelaskan tipe kepribadian manusia dapat dibagi menjadi beberapa macam yang dikutip Sobur (2003:316), yaitu: 1) tipe ekstrovert yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang lain dan kepada masyarakat. 2) tipe introvert, orang- orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya, pada aku nya. Pendapat tersebut, menegaskan bahwa perhatian manusia tertuju pada dua arah yaitu ke luar dirinya yang disebut ekstrovert dan kedalam dirinya yang di sebut introvert. Kepribadian manusia dalam hal ini adalah atlet mampunyai perbadaan ditiap individunya. jenis olahraga yang ditekuni akan mempengaruhi pribadi individu tersebut, hal ini diperkuat oleh penjelasan Rusli Ibrahim (2008:100) yaitu: jenis kegiatan olahraga yang diikuti oleh para atlet, turut membedakan aspek kepribadian mereka. Ini terjadi karena tiap cabang olahraga memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga kepribadian pun tentunya akan berbeda. Kepribadian untuk olahraga perorangan dan lebih memiliki kesempatan mencetak skok secara langsung akan lebih bersifat introvert sedangkan olahraga yang beregu dan mencetak skor secara parallel akan lebih bersifat ekstrovert kepribadianya. Rusli Ibrahim (2008:10) menjelaskan: Para pemain olahraga beregu ternyata memiliki sifat-sifat kepribadian seperti pencemas, dan lebih tergantung kepada orang lain, tetapi lebih terbuka sifatnya, dan lebih dapat berfikir objektif bila dibandingkan dengan para pemain olahraga perorangan. Para pemain olahraga yang langsung mencetak skor, seperti sepakbola dan basket, cenderung bersifat lebih bebas dan lebih

4 kuat egonya, bila dibandingkan dengan para pemain olahraga yang mendapat kesempatan bergilir atau paraller. Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Menurut beberapa ahli pencak silat adalah gerak beladiri tingkat tingi yang di sertai dengan perasaan, sehingga merupakan penguasaan gerak efektif dan terkendali serta sering dipergunakan dalam latihan sabung atau pertandingan. Pendapat lain mengatakan bahwa pencak silat adalah sebagai fitrah manusia untuk membela diri dan silat sebagai unsur yang menghubungkan gerakan, dan pikiran (olah gerak dan olah pikir). Dari beragam definisi yang telah dikemukakan, pada tahun 1975 Pengurus Besar Persatuan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dikutip Riqro dalam sumber (http://cyberiqro.wordpress.com/pencak-silat/) mendefinisikan Pencak Silat sebagai Berikut: Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Secara umum jurus-jurus pencak silat sangatlah keras dan mematikan, Pesilat biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sapuan, mengunci,

5 melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain. Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat. Dari penjelasan tersebut bahwa cabang olahraga ini merupakan olahraga perorangan dan mempunyai karakter yang sangat keras dimana untuk mencetak poinnya membutuhkan kerja keras individu sendiri tanpa bantuan orang lain. Tetapi apakah benar karena mereka lebih bersifat individu maka cabang olahraga pencak silat ini memiliki tipe kepribadian introvert? Padahal pada olahraga ini dibutuhkan agresivitas untuk memenangkan pertandingan, dan agresif ini dimiliki oleh tipe kepribadian ekstrovert, seperti yang di ungkapkan oleh Eysenck (1975), yang dikutip Pervin (2010:240) : Ciri khas dari ekstrovert adalah mudah bergaul, suka pesta, mempunyai banyak teman, membutuhkan teman untuk bicara, dan tidak suka membaca atau belajar sendirian, sangat membutuhkan kegembiraan, mengambil tantangan, sering menentang bahaya, berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu, dan biasanya suka menurutkan kata hatinya, gemar akan guraugurauan, selalu siap menjawab, dan biasanya suka akan perubahan, riang, tidak banyak pertimbangan (easy going), optimis, serta suka tertawa dan gembira, lebih suka untuk tetap bergerak dalam melakukan aktivitas, cenderung menjadi agresif dan cepat hilang kemarahannya, semua perasaannya tidak disimpan dibawah kontrol, dan tidak selalu dapat dipercaya. Dari gambaran tipe kepribadian manusia tersebut ada kaitanya dengan cabang olahraga Pencak Silat, maka penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan judul: profil kepribadian atlet pencak silat Kota Bandung.

6 B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah penelitiannya sebagai berikut: Bagaimana profil kepribadian atlet pencak silat Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui profil kepribadian atlet pencak silat Kota Bandung. D. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis. 1. Manfaat secara teoretis a. Sebagai bahan bacaan bagi orang- orang yang bergelut dalam bidang olahraga pencak silat kaitannya dengan profil atlet- atlet kota bandung. b. Sebagai dokumentasi bagi pengurus cabang perguruan pencak silat kota bandung. c. Dapat dijadikan referensi dalam menentukan olahraga yang sesuai dengan bakat serta kepribadian yang dimiliki. 2. Manfaat secara praktis a. Dapat dijadikan bahan penggembangan dalam suatu ilmu kepelatihan olahraga, serta bahan penelitian lebih lanjut dalam rangka penyempurnaan olahraga pencak silat khususnya kota bandung.

7 b. Dapat dijadikan masukan untuk para pelatih dalam mencari bibit atlet sesuai dengan kepribadian yang dimiliki sehingga pelatih akan tahu bagaimana cara melatih atlet berkepribadian introvert atau atlet berkepribadian ekstrovert sehingga kedua atlet dengan kepribadian tersebut sama- sama dapat berprestasi. c. Dapat dijadikan pertimbangan bagi para olahragawan untuk mencari jenis olahraga yang sesuai dengan kepribadiannya tanpa mengesampingkan minat orang tersebut. E. Batasan Penelitian Dalam suatu penelitian perlu dilakukan pembatasan masalah, agar ruang lingkup penelitian yang dilakukan penulis tidak terlalu meluas dan permasalahan yang harus di pecahkan jelas secara terperinci. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Masalah yang ditelaah dari penelitian ini mengenai profil kepribadian atlet junior putra yang tergabung dalam ekstrakulikuler Pencak Silat di Kota Bandung. 2. Profil kepribadian secara spesifik diarahkan pada kepribadian ekstrovert dan introvert. 3. Sample penelitian adalah siswa SMA/SMK Kota Bandung yang mengikuti ekstrakulikuler pencak silat. 4. Instrument penelitian menggunakan angket.

8 F. Definisi Operasional Pada poin ini dijelaskan definisi istilah yang digunakan menjadi suatu kerangka acuan peristilahan dalam penelitian ini. Definisi operasional yang di magsud adalah sebagai berikut: 1. Profil, Menurut Ali (1991:789) adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal- hal khusus. 2. Kepribadian, menurut Pervin (2010:6) Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku. Menurut Sobur (2003:301) kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku dari tiap-tiap individu manusia. Sedangkan menurut Rogers yang dikutip Hidayat (2011:6) kepribadian atau diri adalah sesuatu yang terorganisasi, berisikan pola persepsi tentang aku (self) atau aku yang menjadi pusat pengalaman individual. Dari penjelasan diatas untuk penelitian ini penulis dapat menyimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi dalam dimensi diri yang menentukan identitas prilaku seseorang. 3. Tipe ekstrovert, Menurut Jung yang dikutip Sobur (2003:316) Tipe ekstrovert yaitu orang- orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang lain dan masyarakat. Sementara menurut Eysenck dikutip Pervin (2010:240) bahwa ekstrovert adalah satu ujung dari dimensi kepribadian introversi ekstroversi dengan karakteristik watak peramah, suka bergaul, ramah, suka menurutkan kata hati, dan suka mengambil resiko. Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas adalah kepribadian ekstrovert suatu ciri dari

9 individu yang memiliki tingkat sosialisasi yang tinggi karena ia sangat suka berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar. Sumber energi yang ia dapat adalah dari tempat dimana ia brgaul dan bersosialisasi. 4. Tipe introvert, menurut jung yang dikutip Sobur (2003:16) orang- orang yang perhatiaannya lebih mengarah pada dirinya, pada aku nya. Pengertian tipe introvert lainnya menurut Eysenck dikutip Pervin (2010:240) Tipe introvert adalah suatu tipe kepribadian berdasar sikap jiwa terhadap dunianya, yang merupakan satu ujung dari dimensi kepribadian introversi ekstroversi, yang dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya terutama tertuju ke dalam. Kesimpulan penulis kepribadian introvert adalah suatu ciri khas individu yang lebih tertuju kepada dirinya sendiri, individu ini lebih tertutup dan tidak suka dengan keramaian, ia akan lebih suka dengan kesunyian. 5. Atlet dalam bahasa yunani: athlos yang berarti kontes menurut Wikipedia Indonesia atlet adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa atlet pencak silat adalah orang- orang yang berprestasi dan berkecimpung dalam kompetisi olahraga pencak silat.

10 G. Anggapan Dasar Kepribadian merupakan cirri, sifat atau karakter yang dimiliki oleh setiap individu yang membedakan individu yang satu dengan individu lainnya. Tipe kepribadian yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap keadaan yang sedang dihadapinya. Menurut Purwanto yang dikutip Sobur (2003:316), kepribadian dibagi menjadi dua yaitu tipe ekstrovert dan tipe introvert. Kepribadian ekstrovert adalah orang- orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang lain dan masyarakat. Tipe karekter yang lebih suka bersosialisasi dan mencari banyak teman, sering membicarakan banyak hal dan berkumpul bersama orang lain. Ciri- ciri dari kepribadian ini adalah: tertarik dengan apa yang terjadi di sekitar mereka, terbuka dan sering kali banyak bicara, membandingkan pendapat mereka dengan pendapat orang lain, mudah mendapat teman atau beradaptasi dalam lingkunkungan baru, mengatakan apa yang mereka pikirkan, tertarik dengan orang- orang baru, serta mudah menolak bersahabat dengan orang-orang yang tidak diinginkannya (http://www.resep.web.id/artikel/8-macam-kepribadian.htm/comment-page-1) Tipe introvert kadang terlihat kurang expresif di dunia luar, sebagian dari introvert lebih menyukai pembicaraan yang bersifat diskusi atau bahasan-bahasan yang dapat memicu pengembangan dalam lingkup teman/golongannya. Konsep ini muncul sejak 1920-an dari ahli psikologi carl jung. Kaum introvert tidak selamanya pemalu orang-orang pemalu adalah mereka yang cemas atau takut atau menampik diri dari lingkungan social. Ciri-ciri dari kepribadian introvert ini

11 adalah: tertarik dengan pikiran dan perasaannya sendiri, memerlukan teritori mereka sendiri, tampil dengan muka pendiam dan tampak penuh pemikiran, biasanya tidak mempunyai banyak teman, menyukai konsentrasi dan kesunyian, tidak suka dengan kunjungan yang tidak diharapkan dan tidak suka mengunjungi oranglain dan bekerja dengan baik sendirian. (http://www.resep.web.id/artikel/8- macam-kepribadian.htm/comment-page-1) Masing-masing atlet memiliki kepribadian yang berbeda beda. Seperti yang tercantum dalam buku Psikologi Umum, Allport (2003:301) Mengunakan istilah khas yang artinya bahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri, karena setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri, karena setiap individu memiliki kepribadian sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, sehingga tidak ada dua orang yang bertingkah laku sama. Jenis olahraga pun turut membedakan aspek kepribadian atlet misalnya kegiatan olahraga beregu (bola voli, baseball dan lain-lain) tentu berbeda dengan jenis olahraga perorangan seperti karate, tenis ataupun Pencak Silat sesuai dengan apa yang dibahas oleh penulis. Olahraga beregu akan lebih bersifat ekstrovert, lain halnya dengan olahraga perorangan atau olahraga dimana pemainya langsung mencetak skor yang akan lebih memiliki kepribadian introvert. Seperti yang tertera dalam buku psikologi olahraga Rusli Ibrahim (2008:106) mengutip penjelasan Ashley & Joy mengatakan bahwa para pemain olahraga beregu ternyata memiliki sifat-sifat kepribadian seperti: lebih pencamas dan lebih tergantung kepada orang lain, tetapi lebih terbuka sifatnya dan lebih berfikir objektif. Bila dibandingkan dengan para pemain olahraga perorangan. Para

12 pemain olahraga yang langsung mencetak skor. Seperti sepakbola dan basket cenderung bersifat lebih bebas dan lebih kuat egonya, bila dibandingkan dengan para pemain olahraga yang mendapat kesempatan bergilir atau parallel. Berdasarkan pada pernyataan tersebut penulis beranggapan bahwa atlet pencak silat memiliki kepribadian tertutup karena olahraga pencak silat termmasuk kedalam olahraga perorangan dan dalam pencak silat individu secara langsung mencetak skor. H. Populasi dan Sampel Untuk mendapatkan gambaran sesuai yang diharapkan dalam penelitian ini perlu adanya sumber data. Yang dimaksud sumber data pada penelitian adalah populasi dan sampel. Rusli Lutan (2007:80) menjelaskan bahwa: populasi adalah sekelompok dimana peneliti ingin merealisasikan temuan penelitiannya. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah atlet pencak silat junior putra kota Bandung. Sedangkan sampel adalah kelompok yang digunakan dalam penelitian dimana/informasi itu diperoleh. Karena jumlah populasinya banyak maka penelitian menggunakan teknik sample bertingkat. Sundaya dalam http://www.sundayana.web.id/teknik-sampling-dalaam-penelitian.html mengatakan teknik ini akan semakin baik jika dilengkapi dengan penggunaan proporsional, sehingga setiap tingkat diwakili oleh jumlah yang sebanding. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA/SMK kota Bandung yang mengikuti ekstrakulikuler pencak silat.

13