BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

dokumen-dokumen yang mirip
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD SUKOHARJO. Oleh : KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

HUBUNGAN ANTARA LINGKUP GERAK SENDI FLEKSI EKSTENSI SHOULDER TERHADAP UMUR

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

PENGARUH SENAM STROKE TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI NON EKUILIBRIUM PADA PENDERITA POST STROKE

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan definisi fisioterapi yaitu suatu upaya kesehatan professional yang. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

DEWI TRI MAULITA J

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA

BAB I PENDAHULUAN. Cita cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

FETAL DISTRES FAKULTAS. Oleh : J

Oleh : RIGI RAMDANI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PRE EKLAMPSI BERAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk mengatasi keluhan pada post stroke non haemoragik

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. tahun semakin meningkat. Dampak lain dari tingginya prevalensi serangan stroke

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

PENATALAKSANAAN MOTOR RELEARNING PROGRAME PADA PASIEN PASCA STROKE NON HAEMORRAGE SINISTRA STADIUM RECOVERY RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa cita cita bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates. pengobatannya (Waluyo, 2013). Di Indonesia stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan cara menciptakan masyarakat yang berperilaku sehat serta berkemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang diselenggarakan secara adil dan merata. Untuk mencapai tujuan tersebut maka upaya kesehatan yang berupa usaha penyembuhan penderita berangsur-angsur berkembang kearah kesatuan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan peran serta masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), yang tidak hanya terfokus pada upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Undang Undang Kesehatan No. 32/1992). Fisioterapi sebagai suatu profesi yang mempunyai peran aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan individu masyarakat yang tercermin dari rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 bertanggung jawab pada derajat gerak dan fungsi sebagai kondisi sehat dan sakit seorang manusia, rencana menuju Indonesia sehat 2010 itu dapat terwujud jika individu fisioterapi mampu memberikan pelayanan yang sesuai standar professional fisioterapi yang mengedepankan stick holder yang menyeluruh dan dapat dijangkau. Fisioterapi 1

2 dalam meningkatkan derajat kesehatan dan harkat hidup manusia yang berlandaskan etika fisioterapi, sehingga fisioterapi bertanggung jawab terhadap individu, keluarga, masyarakat, sesama fisioterapi dan tenaga kesehatan lainnya serta bangsa dan Negara. Fisioterapi juga sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang maksimal. Pelayanan tersebut mencakup perjalanan kehidupan individu dan kelompok untuk mencapai gerak dan fungsi yang sehat menuju hidup sehat. A. Latar Belakang Seiring dengan laju pembangunan di Indonesia telah mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia, termasuk pola makan yang sebelumnya alami menjadi gemar makanan cepat saji dan berkolesterol tinggi, minimalnya aktivitas fisik, dan stress yang berpengaruh terhadap pergeseran penyakit infeksi ke penyakit degeneratif yaitu stroke dan kardiovaskuler. Stroke merupakan penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia (Feigin, 2006). Penyakit ini telah menjadi masalah yang mendunia dengan 2/3 insiden stroke terjadi di negara berkembang. Secara global sekitar 80 juta orang terserang stroke, 13 juta korban stroke baru per tahun, 4,4 juta diantaranya meninggal dalam 1 tahun. Terdapat sekitar 250 juta anggota keluarga yang berkaitan dengan pasien stroke yang bertahan hidup, selama perjalanan hidup mereka sekitar empat dari lima keluarga akan memiliki salah

3 seorang anggota mereka yang terkena Hampir 83 % pasien stroke, berjenis ischemic atau non haemorragic yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah otak yang diakibatkan timbunan lemak. Pada akhirnya timbunan lemak tersebut menyebabkan lumen pembuluh darah menyempit dan akhirnya tersumbat. Data ilmiah terakhir membuktikan bahwa stroke dapat dicegah pada hampir 85 % orang, dan terapi efektif dapat memperbaiki hasil akhir Pada kenyataannya sepertiga pasien stroke dapat pulih sempurna dan proporsinya meningkat jika mendapat terapi darurat dan lanjut yang memadai dan tepat waktu (Feigin, 2006). Stroke dapat terjadi karena otak memiliki plastisitas yaitu kemampuan untuk memodifikasi sistem organisasi fungsi otak untuk mengganti fungsi yang mengalami kerusakan, dan dengan stimulasi sensoris dan pembelajaran akan mengefektifkan hubungan sinaptik pada sirkuit otak serta reaktifasi saraf-saraf otak. Sehingga terapi secara dini sangat dibutuhkan untuk minimalisasi komplikasi sekunder seperti kontraktur dan deconditioning serta motivasi pasien. Salah satu tanda dan gejala klinis stroke yang dominan adalah hilangnya kontrol terhadap mekanisme reflek postural normal yang mengakibatkan hilangya reaksi tegak dan keseimbangan sebagai pengatur posisi kepala terhadap tubuh dan ruang, aligment normal ekstremitas terhadap tubuh yang memungkinkan rotasi tubuh dalam aktivitas keseharian sebagai pola dasar gerakan serta keseimbangan. Hilangnya kontrol terhadap

4 mekanisme reflek postural normal menimbulkan manifestasi klinik berupa tonus abnormal, pola sinergis, reaksi assosiasi, gangguan sensoris (proprioreseptif, interoteseptif, dan eksteroreseptif), terlepasnya reflek primitif, dan gangguan kognitif dan persepsi. Permasalahan lain yang menonjol pada penderita stroke adalah hilangnya koordinasi (lost of coordination). Data lain menunjukkan kurang dari 10 % pasien post stroke mengalami gangguan koordinasi saat duduk, berdiri atau berjalan (Feigin, 2006). Koordinasi non ekuilibrium adalah koordinasi gerak yang menilai komponen statis dan dinamis dari gerakan ketika tubuh tidak pada posisi tegak, meliputi gerakan motorik kasar dan halus. Adanya gangguan ini terjadi karena adanya gangguan beberapa faktor antara lain diantaranya tonus otot, motorik, sensorik, persepsi, keseimbangan, pola gerak, dan reaksi asosiasi. Senam stroke merupakan bentuk kreasi dan inovasi dari beberapa jenis metode latihan. Metode latihan tersebut disusun sedemikian rupa sehingga memberikan rangsangan beberapa reseptor yang akan dibawa ke otak. Selanjutnya, diproses dan menghasilkan output berupa gerakan yang terkoordinasi. Metode latihan yang mendasari gerakan senam stroke, antara lain gerak yang didasarkan atas perkembangan bayi normal, gerak yang diikuti dengan merapatkan tangan ke badan atau sebaliknya, gerak leher yang diikuti dengan gerakan secara asimetris atau tidak simetris, dan gerak yang didasarkan atas kemampuan otak untuk menangkap kembali peristiwa yang lalu (Soeparman, 2004). Semua tanda dan gejala stroke tersebut menyebabkan gangguan gerak

5 dan fungsi pada pasien Fisioterapi sangat berperan karena memiliki kajian ilmu yang berkaitan dengan gerak dan fungsi untuk membantu mempercepat proses pemulihan kemampuan pasien stroke agar dapat beraktivitas kembali, mengurangi resiko kecacatan serta meningkatkan kualitas hidup dengan terapi yang spesifik dan fungsional melalui terapi latihan dengan mengajarkan kembali gerakan aktif volunter yang selektif dan fungsional. Berdasarkan sudut pandang fisioterapi, pasien stroke stadium recovery menimbulkan berbagai tingkat gangguan yaitu impairment berupa peningkatan tonus bahkan spastisitas, pola sinergis dan reaksi assosiasi yang menimbulkan gangguan koordinasi dan keseimbangan gerak volunter, functional limitation meliputi menurunnya kemapuan aktivitas fungsional keseharian yang meliputi perawatan diri serta transver dan ambulasi, dan pada tingkat dissability yaitu ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan. Modalitas terapi latihan fisioterapi dapat mengurangi bahkan mengatasi gangguan terutama yang berhubungan dengan gerak dan fungsi diantaranya : rotasi trunk untuk mengontrol spastisitas postural, weight bearing dan weight shifting dapat mengatasi spastisitas eksremitas, sedangkan latihan koordinasi dan keseimbangan untuk memperbaiki koordinasi dan keseimbangan dengan gerak aktif selektif mempercepat pemulihan aktivitas fungsional melalui proses pembelajaran motorik. Stretching secara aktif dan pasif membantu mencegah kontraktur dengan meningkatkan fleksibilitas otot.

6 Namun banyak penderita post stroke yang sudah bisa ambulasi dengan atau tanpa alat bantu yang datang ke poli rehabilitasi dengan diberikan latihan khusus masih terlihat adanya gangguan koordinasi walaupun secara sepintas kemampuan fungsionalnya sudah baik. Dengan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti cara perbaikan fungsi koordinasi pada penderita post stroke dengan salah satu alternatif bentuk latihan gerak lain yaitu dengan senam B. Identifikasi masalah Problem pada penderita post stroke sangat kompleks yang meliputi motorik dan sensoriknya. Salah satu problem yang sangat penting disini adalah koordinasi. Dengan adanya penurunan fungsi koordinasi menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktifitas fungsional. Sehingga perlu upaya untuk peningkatan kemampuan koordinasi pada penderita post Alternatif intervensi fisioterapi yang dapat digunakan disini adalah senam Diharapkan dengan diberikan senam stroke dapat meningkatkan kemampuan koordinasi pada penderita post C. Pembatasan masalah Mengingat banyaknya masalah yang ditimbulkan pasca stroke maka dalam penelitian ini peneliti memberikan batasan masalah tentang: Adakah pengaruh senam stroke terhadap peningkatan koordinasi non ekuilibrium pada penderita post stroke yang sudah bisa ambulasi dengan pengukuran koordinasi non

7 ekuilibrium yang meliputi: Alternate heel to knee, Heel to toe, Alternate nose to finger, Drawing a circle, Finger to finger, Finger to nose, Finger opposition, Finger to terapis finger, Fixation or position holding, Heel on shin, Mass grasp, Ponting and past pointing, Pronation-supination, Rebound tes, Tapping, Toe to examiner s finger yang mana penelitian dilakukan di instalasi Fisioterapi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. D. Perumusan masalah Apakah ada pengaruh senam stroke terhadap peningkatan koordinasi non ekuilibrium pada penderita post stroke? E. Tujuan Penelitian 1 Tujuan umum Untuk mengetahui apakah ada pengaruh senam stroke terhadap peningkatan koordinasi non ekuilibrium pada penderita post 2 Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Alternate heel to knee, Heel to toe pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam b. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Alternate nose to finger pada c. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Drawing a circle pada penderita

8 post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam d. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Finger to finger pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam e. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Finger to nose pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam f. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Finger opposition pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam g. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Finger to terapis finger pada h. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Fixation or position holding pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam i. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Heel on shin pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam j. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Mass grasp pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam k. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Pointing and past pointing pada l. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Pronation-supination pada

9 m. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Rebound test pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam n. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Tapping pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam o. Untuk mengetahui tingkat koordinasi Toe to examiner s finger pada p. Untuk mengetahui total jumlah pemeriksaan koordinasi non ekuilibrium pada penderita post stroke sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Fisioterapis Untuk meningkatkan pelayanan fisioterapi terhadap penderita post 2. Manfaat bagi Peneliti Menambah pengalaman dalam penelitian yang diharapkan akan bermanfaat dalam memberikan pelayanan kesehatan. 3. Manfaat bagi Institusi Sebagai masukan bagi rumah sakit, khususnya bagi klinik fisioterapi rumah sakit Dr. Kariadi tentang manfaat senam stroke terhadap peningkatan koordinasi pada penderita post 4. Bagi Penderita Meningkatkan fungsional penderita post