BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dituntut untuk sadar akan kewajibannya kepada negara yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tata pemerintahan di Indonesia. Penerapan otonomi daerah di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG. Oleh: FIKRI ZUHRI PADANG

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. untuk membiayai kegiatannya, maka pemerintah daerah juga menarik pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan pada bantuan pusat harus seminimal mungkin (Bastian:2001).

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak 1999 pembagian pajak menurut wewenang pemungutan pajak dipisahkan menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yaitu terdiri dari pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai. Untuk pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah itu sendiri. Dasar pemungutan pajak daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Pajak yang dipungut oleh pajak daerah antara lain adalah Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Pendapatan daerah pasti berhubungan dengan pembangunan daerah tersebut. Mengacu pada pendapat Camarata, Jane (2006). Pendapatan Daerah sangat penting bagi masa depan daerah. Peramalan Pendapatan Daerah yang akurat dapat membantu aliran pendapatan daerah dalam jangka panjang maupun pendek, maka dari itu pajak daerah harus dihitung dengan baik, karena hal ini penting bagi pemerintah daerah untuk mengetahui apakah basis pendapatan pajak mereka menyusut atau meningkatkan agar dapat secara akurat merencana masa depan pengeluaran dan untuk memastikan keseimbangan anggaran tetap baik. Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah, yaitu Pajak dan Retribusi Daerah, menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Pendapatan Asli Daerah ditinjau dari tugas dan fungsi pemerintah daerah mempunyai arti yang srategis, karena disamping merupakan salah satu wujud nyata dari tingkat kemandirian daerah dalam melaksanakan otonominya, Pendapatan Asli Daerah tersebut juga berkaitan dengan tingkat kemampuan Pemerintah Daerah dalam memobilisasi sumber-sumber dana daerah untuk melaksanakan pembangunan daerah guna meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat akan ditandai antara lain dengan meningkatnya daya beli dan kemapuan membayar pajak dan 1

2 retribusi daerah. Dengan diberlakukanya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, daerah mendapat peluang menggali secara maksimal sumber dana yang ada didaerahnya, dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi dan sosial daerah serta unsur legalitas. Dalam Undang-undang tersebut pemerintah daerah diizinkan untuk memungut beberapa jenis pajak daerah (kecuali pajak provinsi) dan retribusi lainnya sesuai kriteria kriteria tertentu yang ditetapkan dalam Undang-undang. Pendapatan Asli Daerah yang dirangkum dalam jurnal Riduansyah (2003) terkait dengan Pendapatan Asli Daerah, seorang pakar dari World Bank berpendapat bahwa batas 20% perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan batas minimum untuk menjalankan otonomi daerah. Sekiranya Pendapatan Asli (PAD) kurang dari angka 20%, maka daerah tersebut akan kehilangan kredibilitasnya sebagai kesatuan yang mandiri. Pajak daerah, sebagai salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah, merupakan pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah kepada penduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya, tanpa langsung memperoleh kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah yang memungut pajak daerah yang dibayarkannya. Retribusi daerah, komponen lain yang juga termasuk komponen Pendapatan Asli Daerah(PAD), merupakan penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah setelah memberikan pelayanan tertentu kepada penduduk mendiami wilayah yurisdiksinya. Perbedaan yang tegas antara Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terletak pada kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah. Jika pada Pajak Daerah kontraprestasi tidak diberikan secara langsung, maka pada Retribusi Daerah kontribusi diberikan secara langsung oleh pemerintah daerah kepada penduduk yang membayar retribusi tersebut. Baik Pajak Daerah maupun Retribusi Daerah, keduanya diatur dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan disetujui oleh lembaga perwakilan rakyat serta dipungut oleh lembaga yang berada di dalam struktur pemerintah daerah yang bersangkut. Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewajiban yang luas untuk menggunakan sumbersumber ekonomi dan keuangan yang dimiliki daerahnya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

3 Pusat dan Daerah. Walaupun sudah diatur, pada kenyataannya kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan dan belanja daerah masih kecil. Sangat terlihat di tabel berikut ini bahwa pada tahun 2014 Pendapatan Asli Daerah hanya Rp 86.529.909.027 sedangkan jumlah pendapatan keseluruahan Rp926.708.741.761 kontribusi Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar 9,31%. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kota Kupang pada tahun 2014 dapat di lihat di tabel berikut: Tabel 1.1 Ringkasan APBD Pemerintah Kota Kupang 2014 Nomor Uraian Jumlah Urut 1 2 3 4. PENDAPATAN 926.708.741.761,00 4.1. Pendapatan Asli Daerah 86.529.909.027,00 4.1.1. Hasil Pajak Daerah 46.892.409.027,00 4.1.2. Hasil Retribusi Daerah 21.672.500.000,00 4.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 10.550.000.000,00 4.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 7.415.000.000,00 4.2. Dana Perimbangan 680.540.130.805,00 4.2.1. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 20.295.859.805,00 4.2.2. Dana Alokasi Umum 598.804.801.000,00 4.2.3. Dana Alokasi Khusus 61.439.470.000,00 4.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 159.638.701.929,00 4.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 32.847.956.929,00 4.3.4. Dana Penyesuaian Dan Otonomi Khusus 126.459.545.000,00 4.3.5. Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau 331.200.000,00 Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Pendapatan 926.708.741.761,00 Sumber: Laporan RAPBD Kota Kupang Desember 2013 Pemerintah Kota Kupang, diakses 29 Oktober 2015 dari http://www.bappedakotakupang.info Suwarno dan Suhartiningsih (2008). Pada era Desentralisasi Fiskal dan Otonomi Daerah seperti sekarang ini, fungsi dan peran pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara terasa sangat penting. Oleh karena itu kemandirian daerah dalam mengelolah keuangan daerah akan semakin berperan dan semakin penting. Sedangkan kunci kemandirian daerah adalah Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pajak daerah adalah salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah

4 (PAD) di harapakan mampu memberikan kontribus yang besar bagi daerah itu sendiri. Otonomi Daerah memberikan kewenangan yang lebih luas bagi pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola sumber Pendapatan Asli Daerah secara maksimal. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan promosi parawisata yang efektif, memanfaatkan kebijakan otonomi daerah yang seluas-luasnya dengan menggunakan Sumber Daya Manusia yang memadai dan potensi wisata daerah Kota Kupang dalam pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian pemungutan Pajak Hotel dan Restoran, meningkatkan partisipasi Wajib Pajak dalam penyelenggaraan pemungutan Pajak Hotel dan Restoran. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, terdapat penambahan empat jenis pajak daerah yang akan dipungut oleh Pemerintah Daerah yaitu, satu jenis Pajak Provinsi dan tiga jenis pajak kabupaten/kota. Dengan keseluruhan Pajak terdapat enam belas jenis Pajak Daerah, yaitu lima jenis pajak provinsi dan sebelas jenis pajak kabupaten. Jenis pajak Provinsi yang baru adalah Pajak Rokok, dan jenis pajak kabupaten/kota yang baru adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Pajak Sarang Burung Walet, dan Pajak Air Tanah yang sebelumnya adalah Pajak Provinsi. Dari banyak komponen pajak daerah yang dikelola Kota Kupang yang menarik danakan menjadi objek penelitian adalah Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah, pemerintah menetapkan suatu target sebagai acuan untuk pecapaian peningkatan penerimaan yang harus dicapai. Jika penerimaan melebihi target yang telah ditetapkan maka akan berdampak positif bagi penerimaan pendapatan daerah. Undang-undang Nomor. 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 22 dan 23, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan di restoran. Yang dimaksudkan adalah restoran adalah fasilitas penyediaan makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran yang mencangkup rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termaksud jasa boga/ catering. Melihat Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Provinsi dengan banyak kekayaan alam yang indah maka mempunyai potensi menjadi wilayah parawisata. Dengan pantai yang indah mampu menarik wisatawan untuk datang ke daerah tersebut, terutama di Kota Kupang adalah pusat kota dan pusat pemerintahan di daerah Nusa Tenggara Timur. Pemerintah juga akan berupaya untuk meningkatkan

5 kualitas dan kuantitas hotel dan restoran di Kota Kupang. Oleh karena itu potensi pendapatan dari pajak hotel dan restoran akan lebih berkontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah. Selain itu, sebagai puteri yang berasal dari NTT, dengan penelitian ini ingin memberikan peluang pengetahuan bagi pembaca baik yang ada di Kota Kupang khususnya masyarakat dari luar daerah Kota Kupang mengenai pendapatan daerah Kota Kupang yang berasal dari aspek pajak, terutama Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Berdasarkan pemikiran dan uraian diatas, maka menarik perhatian untuk diteliti dan bermaksud menuangkan dalam bentuk tugas akhir yang berjudul: ANALISIS REALISASI DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PAJAK ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA KUPANG PERIODE 2012-2014. Penelitian ini terispirasi dari penelitian sebelumnya yang di susun oleh Bona Fitri Apriliana (2013) yang menelit tentang Analisis Realisasi dan Kontribusi Pajak Restoran dalam meningkatkan Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta, Irwansyah (2014) tentang Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah, dan Aprilia Putri (2015) penelitian tentang Analisis Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Air Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Pangkalpinang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Peneliti sebelumnya meneliti di Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Semarang dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Pangkalpinang. Sedangkan dalam penelitian ini di Dinas Penadapatan dan Aset Daerah Kota Kupang. 2. Tahun periode penelitian ini pada tahun 2012-2014. Sedangkan penelitian sebelumnya pada periode 2009-2012, 2009-2013 dan 2011-2013. 1.2 Identifikasi Masalah Pendapatan Daerah sangat mempengaruhi keuangan daerah tersebut, Pajak Hotel dan Pajak Restoran termaksud Pendapatan Asli Daerah maka Pajak tersebut sangat mempengaruhi Pendapatan Daerah tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini

6 ingin menganalisis tentang Realisasi dan Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Kota Kupang Periode 2012-2014. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka timbul perumusan masalah, sebagai berikut: 1. Bagaimana pertumbuhan target dan realisasi penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Kota Kupang terhadap Penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014? 2. Berapa besar target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Kupang? Apakah target yang ditetapkan sudah terealisasi? dan seberapa besar kontribusi dari Pajak Hotel dan Pajak Restoran pada Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang pada 2012-2014? 3. Menganalisa upaya yang perlu dilakukan Pemerintah Kota Kupang dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah terutama Pajak Hotel dan Restoran? 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup yang digunakan untuk membatasi masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai daerah yang dijadikan studi kasus. 2. Data yang digunakan merupakan hasil dari penelitian Pajak Hotel dan Restoran secara keseluruhan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. 3. Periode yang digunakan untuk melakukan analisis Laporan Pajak Hotel dan Restoran adalah tahun 2012-2014. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisa Pertumbuhan Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Kota Kupang terhadap Penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah dari 2012 sampai dengan 2014. 2. Mengetahui target yang dibuat apakah sudah terealisasi dengan baik.

7 3. Untuk mengetahui Kontribusi dari Pajak Hotel dan Pajak Restoran terhadap Penerimaan Pajak Daerah danpendapatan Asli Daerah tahun 2012 sampai dengan 2014. 4. Menganalisa upaya yang perlu dilakukan Pemerintah Daerah Kota Kupang dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari aspek Pajak Hotel dan Pajak Restoran. 1.4.2 Manfaat Penelitian Berikut manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi saya serta memahami betul mengenai Pajak Hotel dan Pajak Restoran bagi Pendapatan Daerah khususnya di Kota Kupang. Selain itu, peneliti juga dapat membandingkan teori yang di dapat dalam perkuliahan dengan penerapan keadaan yang sebenarnya. 2. Bagi Pembaca Menambah wawasan pembaca dalam bidang perpajakan, khususnya tentang Pajak Hotel dan Restoran dan agar Wajib Pajak dapat mengetahui Dasar Pengenaan Pajak dan Realisasi Pajak Hotel dan Restoran yang pemungutannya dilakukan oleh Dinas Pelayanan Pajak dan memudahkan Wajib Pajak menghitung beban pajak yang harus dilunasi. 3. Bagi Dispenda Kota Kupang Hasil Penelitian dapat digunakan oleh DispendaKota Kupang, NTT sebagai bahan masukan dalam mengelola sumber-sumber penerimaan daerah yang sangat potensial untuk dipungut, khususnya Pajak Hotel dan Restoran. 4. Bagi Universitas Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan membahas tentang pajak daerah dimasa yang akan datang. 1.5 Sistematika Penulisan

8 Sistematika penulisan ini merupakan gambaran umum mengenai isi dari keseluruhan pembahasan, yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur pembahasan yang terdapat dalam pembuatan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini yang berjudul ANALISIS REALISASI DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PAJAK ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA KUPANG PERIODE 2012-2014.yaitu: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang uraian mengenai latar belakang penelitian, ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan yang akan digunakan dalam penulisan. BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas pengertian Pendapatan Asli Daerah, pengertian Pajak Daerah, jenis-jenis Pajak Daerah, Pendapatan Daerah. pembahasan juga mencangkup tentang Pajak Hotel dan Pajak Restoran, Subjek dan Objek Pajak Hotel dan Restoran serta Penelitian Terdahulu. BAB 3 OBJEK PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang yang terdiri dari: latar belakang, sejarah singkat Kota Kupang, visi dan misi, serta susunan organisasi, hasil wawancara. Dan juga berisi analisis pengambilan data. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab keempat menjelaskan mengenai pembahasan data-data yang akan dianalisa dan hasil yang diperoleh dari proses pengumpulan data. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab kelima berisikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang diberikan oleh peneliti.

9