BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERKEMBANGAN. USAHA DAN PENDAPATAN ANGGOTA BMT (studi Kasus Pada BMT UGT (Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. bagian tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama islam,

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dipelopori oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Bandung

I. PENDAHULUAN A. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesejahteraan ekonomi dari masyarakat juga berkembang.pertumbuhan

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. yang turut serta memunculkan lembaga-lembaga keuangan yang mewarnai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. syariah merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat seperti ini peran UMKM sangatlah penting dibutuhkan untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia. Tak kalah penting juga, UMKM merupakan salah satu langkah mengembangkan dan mengoptimalkan potensi perekonomian Indonesia (Anwar, 2014). Dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan, Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya dari sisi moneter dan perbankan agar tercapai kondisi ekonomi makro yang stabil dan kondusif. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya pemberdayaan sektor riil, khususnya melalui pengembangan Usaha Mikro, kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini mengingat UMKM merupakan salah satu pemain penting bagi perekonomian nasional. Sementara itu, pengembangan UMKM masih berhadapan dengan salah satu kendala dalam mengakses pembiayaan dari perbankan yaitu keterbatasan informasi perbankan mengenai UMKM yang potensial atau mengenai kelayakan usahanya (http://www.bi.go.id) Tahun Tabel 1.1 Jumlah Industri Besar, Mikro dan Kecil, 2010-2013 di Indonesia Industri besar skala industri mikro skala industri kecil Jumlah 2010 23345 0.85% 2529847 91.79% 202877 7.36% 2756069 100.00% 2011 23370 0.78% 2554787 85.09% 424284 14.13% 3002441 100.00% 2012 23592 0.73% 2812747 86.77% 405296 12.50% 3241635 100.00% 2013 23941 0.70% 2887015 83.87% 531351 15.44% 3442307 100.00% Sumber : BPS, 2014 data diolah 1

2 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan industri skala mikro pada tahun 2010 sangat tinggi yaitu sebesar 91.79 %, artinya masyarakat Indonesia masih memanfaatkan usaha mikro dalam keberlangsungan hidupnya, namun pada tahun 2013 industri skala mikro mengalami penurunan sebesar 83.87 %. Penurunan ini menggambarkan perpindahan usaha dari industri mikro berkembang merambah ke industri kecil. Sedangkan pada industri kecil di tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 15.44%, sesuai dengan prosentase pada tabel dari industri mikro dan kecil jauh lebih banyak sepantasnya pemerintah memberikan berhatian khusus dalam pengembangan industri mikro dan kecil, karena dirasa keberadaan industri mikro dan kecil selalu tertinggal di bandingkan dengan kemajuan yang dicapai oleh industri besar. Koperasi dan UMKM merupakan salah satu penyumbang pertumbuhan perekonomian terbesar di Jawa-Timur, dan mampu memperkuat perekonomian bangsa.selain itu Koperasi dan UMKM merupakan pelaku ekonomi yang memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membangun perekonomian rakyat. Ditahun 2012 Koperasi dan UMKM memberikan nilai konstribusi sebesar 57% dari Produk Domistik Regional Bruto (PDRB)Jawa- Timur sebesar Rp 884 trilyun, sehingga yang berhasil di sumbangkan dari Koperasi dan UMKM sebesar 600 trilyun. Sesuai dengan data yang diperoleh dari BPS 2012 jumlah Koperasi di Jawa Timur sebesar 29.267 unit sedangkan untuk UMKM di Jawa Timur jumlah nya mencapai 6,8 juta, dan dari Jumlah UMKM tersebut 5,78 juta atau 85% adalah Usaha Mikro. Potensi Koperasi dan UMKM yang cukup besar tersebut mampu tumbuh dan berkembang menjadi

3 dasar dan motor penggerak perekonomian di daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa-Timur (Wartametropolis, 2013). Sektor industri Jawa Timur 58% berasal dari UMKM dan mampu menampung tenaga kerja yang tidak terserap di industri besar. Sehingga selain mampu mensejahterakan pelaku UMKM, juga membantu pemerintah dalam pengentasan pengangguran yang tersebar di pelosok Jawa Timur. Sehingga penting memberikan perhatian khusus atas perkembangan UMKM di Jawa Timur terutama dal hal pembiayaan UMKM. UMKM sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, serta proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan,. Perkembangan UMKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas. Dalam menghadapi pasar Globalisasi yang semakin ketat nantinya, karena semakin terbukanya pasar didalam negeri sendiri dan akan menjadi ancaman bagi UMKM dengan semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar dampak globalisasi. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan UMKM saat ini dirasakan penting untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan. Banyaknya hambatan UMKM dalam mengakses sumber sumber pembiayaan dari lembaga lembaga formal menjadi permasalahan bagi pengembangan UMKM. Seperti pengajuan pembiayaan antara lain, mencakup

4 karakter, kemampuan, kecukupan jaminan, modal ataupun kekayaan usaha (prinsip 5P). Hampir sebagian besar pelaku UMKM tidak mampu memenuhi prasyaratan tersebut disamping kebutuhan mereka masik dalam skala kecil. Oleh karena itu, diperlukan lembaga yang dapat menjadi perantara lembaga perbankan dan UMKM atau masyarakat kecil. BMT didirikan dari, oleh, dan untuk masyarakat setempat sehingga mengakar pada masyarakat dan perputaran dana semaksimal mungkin digunakan untuk masyarakat setempat. Kegiatan bisnis BMT bertujuan membantu pengusaha kecil bawah dan kecil dengan memberikan pembiayaan yang dipergunakan sebagai modal dalam rangka mengembangkan usaha. Dengan kegiatan bisnis ini, usaha anggota berkembang dan BMT memperoleh pendapatan sehingga kegiatan BMT berkesinambungan secara mandiri (Imaniyati, 2010 : 83-84). Untuk memberikan solusi dalam permodalah yang di hadapi oleh UMKM, maka perlu adanya kerja sama antara UMKM UMKM yang ada di Indonesia dengan lembaga bank maupun lembaga non bank lainnya, guna menunjang pendanaan untuk proses produksi dari UMKM tersebut. BMT (Baitul Mal wa Tamwil) merupakan salah satu lembaga keuangan yang mampu memberikan pembiayaan. BMT merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam skala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam (KSP). BMT (Baitul Mal wa Tamwil) dapat di pandang dua fungsi utama, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah seperti zakat, infak, sedekah dan wakof, serta dapat pula berfungsi sebagai institusi yang bergerak di bidang

5 investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya bank. Pada fungsi kedua ini dapat di pahami bahwa selain berfungsi sebagai lembaga keuangan, BMT juga berfungsi menjadi lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuanagan BMT menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang mempercayakan dananya di simpan di BMT dan menyalurkan kepada masyarakat (anggota BMT) yang di berikan pinjaman oleh BMT. Sedangkan sebagai lembaga ekonomi, BMT berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti mengelola kegiatan perdagangan, industry, dan pertanian (Soemitra, 2009:448). Pembiayaan yang di berikan lembaga BMT sebagai alternatif solusi pendanaan yang mudah, cepat, terhindar dari rentenir, dan yang paling utama adalah berdasarkan ketentuan syariah. Salah satu produk BMT untuk membantu masyarakat yang mengalami kesulitan dalam memperoleh modal usaha adalah pembiayaan mudharabah. Menurut Soemitra (2009:406) Pembiayaan Mudharabah yaitu pembiayaan total dengan menggunakan mekanisme bagi hasil. Pembiayaan ini secara teori dianggap cara yang cukup baik untuk penyelesaian permasalahan yang di hadapi dan menarik untuk di teliti sehingga beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang Pembiayaan Mudharabah. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ernawati (2012) di peroleh hasil bahwa Pembiayaan dengan sistem mudharabah yang diberikan pada masyarakat khusunya para pedagang yang kekurangan modal, mereka tidak perlu susah untuk mencari pinjaman. Karena dengan bertambahnya modal, usaha pun telah mengalami kemajuan yakni adanya peningkatan dalam hal pendapatan, produksi

6 dan kinerjanya.. Penelitian Lain yang di lakukan oleh wardani (2012) hasil penelitiannya bahwa Dalam pembiayaan Mudharabah, nasabah begitu terbantu dalam menjalankan usaha yang di jalaninya. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan semakin banyaknya barang dagangan yang di miliki nasabah. Selain itu, pembiayaan Mudharabah juga memiliki peran bagi perekonomian Indonesia. Diantaranya adalah pembiayaan Mudharabah tidak hanya semata mata bermotifkan ekonomi tertapi juga motif sosial yaitu diperuntukkan untuk masyarakat kecil. Dengan adanya Mudharabah mampu memberikan suntikan dana untuk meningkatkan usaha yang di miliki oleh anggotanya. Peningkatan usaha di lihat dari perkembangan omset dari penjualan yang menuju ke laba maupun dilihat dari tenaga kerja yang di pekerjakan juga mampu menilai perkembangan usaha dari anggota dan pada akhirnya nasabah yang mampu meningkatkan usahanya memberikan kesejahteraan pada anggota keluarganya, dari rangkaian di atas sudah mampu memenuhu tujuan dari BTM itu sendiri yaitu memberikan kesejahteraan pada anggotanya. BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri cabang Pembantu Dampit merupakan lingkup BMT yang terkecil dan tersebar di setiap kecamatan untuk memudahkan, memberikan kenyamanan dan dekat dengan anggota dalam menabung serta melakukan pembiayaan di BMT sehingga merubah pandangan anggota bahwa pembiayaan pembiayaan yang di tawarkan oleh BMT harus dengan dana yang besar dan sulit. Dari lingkup yang terkecil ini diharapkan

7 mampu memberikan kontribusi yang membangun dalam perekonomian anggotanya. Dalam hal ini, BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri Pembantu Cabang Dampit datang sebagai solusi pembiayaan dengan prinsip syariah yaitu dalam kegiatannya sebagai salah satu ikhtiar untuk melakukan dakwah. BMT UGT Sidogiri telah memberikan bantuan pembiayaan dalam bentuk fasilitas pembiayaan mudharabah, yang sedapat mungkin diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Sasaran utama dari BMT ini adalah melakukan pembiayaan disektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), hal ini sejalan dengan usaha pemerintah untuk mengupayakan pengentasan kemiskinan. Tabel 1.2 Jumlah anggota yang melakukan pembiayaan di BMT-UGT Sidogiri Campem Dampit (2013-2014) No Jenis Pembiayaan Jumlah anggota Total 2013 2014 anggota 1 Bai bitsamanil ajil 136 243 379 2 Murabahah 119 207 326 3 Talangan Haji 31 32 63 4 Mudharabah 41 52 93 Total 327 534 861 Sumber: Data primer diolah Dari tabel di atas anggota BMT lebih sering melakukan pembiayaan Bai bitsamanil ajil dan Murabahah, pada pembiayaan pembiayaan Bai bitsamanil ajil dari 2013 sebanyak 136 anggota menjadi 243 anggota. Sedangkan untuk murabahah untuk tahun 2013 sebanyak 119 meningkat pada tahun 2014 sebanyak 207 anggota. Anggota yang banyak melakukan pembiayaan ini biasanya untuk membeli barang barang konsumtif dan bukan untuk usahanya

8 (bukan nbarang barang produktif). Melihat pada pembiayaan talangan haji pada tahun 2013 sebanyak 31 anggota dan pada tahun 2014 peningkatan yang standart hanya 32 anggota. Sedangkan anggota yang melakukan pembiayaan mudharabah terjadi peningkatan juga dari tahun 2013 sebanyak 41 anggota menjadi 52 anggota pada tahun 2014. Peningkatan pembiayaan yang terjadi di BMT-UGT ini, tidak lepas dari soasialisasi ynag dilakukan oleh BMT-UGT Sidogiri Capem Dampit, sehingga untuk anggota anggota dapat melakukan pembiayaan baik jual beli maupun bagi hasil (jika untuk usaha) mampu melakukan pembiayaan secara syariah dan terlepas dari riba maupun rentenir. Produk yang ditawarkan BMT UGT Sidogiri dalam upaya meningkatkan perkembangan usaha masyarakat adalah pembiayaan mudharabah merupakan bentuk kerja sama antara BMT dengan anggota, BMT (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan anggota menjadi (mudharip) pengelola dengan pembagian hasil sesuai kesepakatan. Dalam pemberian pembiayaan Mudharabah oleh BMT hanya bersifat sementara dan hanya untuk rangsangan guna mendorong modal sehingga berdampak pada kemajuan produksi dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi nasabah. Dengan meningkatnya penjualan maka keuntungan yang diperoleh pengusaha sektor UMKM akan meningkat pula dan mampu merekrut tenaga kerja yang akan menuju pengembangan usaha. Dari berbagai fakta yang telah dipaparkan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembiayaan mudharabah tersebut. Adapun judul dari penelitian ini adalah PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERKEMBANGAN

9 USAHA DAN PENDAPATAN ANGGOTA BMT (studi Kasus Pada BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri cabang Pembantu Dampit ). 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan penulis kembangkan dalam penyusunan skripsi ini antara lain: 1. Bagaimana Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri cabang pembantu Dampit? 2. Bagaimana peran Pembiayaan Mudharabah pada perkembangan usaha dan pendapatan anggota? 1.3 Tujuan Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, penelitian ini memeiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mendiskripsikan Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri cabang pembantu Dampit. 2. Untuk mengetahui peran Pembiayaan Mudharabah pada perkembangan usaha dan pendapatan anggota. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis dapat menambah ilm pengetahuan dan literatur guna pengembangan ilmu Ekonomi Islam, terutama tentang pembiayaan Mudharabah dalam BMT dan UKM.

10 2. Manfaat bagi BMT memberikan informasi pada pihak BMT dalam usahanya meningkatkan kualitas kinerja dalam usaha mensosialisasikan BMT kepada masyarakat, serta dapat dijadikan sebagai pertimbanga dalam pengambilan keputusan 3. Manfaat bagi masyarakat Memberikan gambaran dan pengetahuan masyarakat luas juga dapat mengetahui adanya suatu lembaga keuangan yang bisa melayani masyarakat khususnya para pengusaha kecil dengan sistem syariah islam. Serta sebagai acuan untuk keperluan penelitian yang sejenis. memberikan masukan dan informasi tentang Mudharabah serta dapat menjadi referensi atau literatur penelitian lebih lanjut dengan judul atau tema yang sejenis