BAB III PENDAPAT DAN ISTINBAT HUKUM IBNU QODAMAH TENTANG PERJANJIAN PERKAWINAN UNTUK TIDAK BERISTRI LEBIH DARI SATU

dokumen-dokumen yang mirip
Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. neraca keagamaan perkawinan menjadi dinding yang kuat, yang memelihara

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH MUI JAWA TIMUR TERHADAP PENDAPAT HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG STATUS ISTRI SETELAH PEMBATALAN NIKAH

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi utuh. Dalam syariat Islam ikatan perkawinan dapat putus bahkan

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

Dan Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa at) sampai ia dewasa penuhilah janji; sesungguhnya janji

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

Apakah Kawin Kontrak Itu?

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

Rasulullah SAW suri teladan yang baik (ke-86)

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

E٤٢ J٣٣ W F : :

WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Sahih Sunan Ibnu Majah, Vol, 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman:

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PENDAPAT MAŻHAB ANAK LUAR NIKAH

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

: :

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar

APAKAH ABU BAKAR MEMBUAT FATIMAH MURKA? DAN APAKAH FATIMAH BERHAK MENDAPAT WARISAN?

Selain itu hukum wajib atas Khutbah Jum'at, dikarenakan Nabi tidak pernah meninggalkannya. Hal ini termasuk dalam keumuman hadits:

Definisi Khutbah Jumat

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB I PENDAHULUAN. Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

Hukum Selamatan Kematian (Tahlilan)

PEMBEBASAN NAFKAH SEMENTARA DALAM PERKAWINAN DI DESA MOJOKRAPAK KECAMATAN TEMBELANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN)

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

HUKUM SEPUTAR MAKMUM MASBUQ DAN KEKELIRUAN YANG BERKAITAN DENGANNYA

BAB IV. terjadinya, secara garis besar fasakh dapat dibagi menjadi 2 sebab, yaitu:

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD JI ALAH. Berarti: gaji/upah. 1 Ji'alah suatu istilah dalam ilmu fiqh,

BAB IV ANALISIS GUGATAN SUAMI DALAM HAL MENGINGKARI KEABSAHAN ANAK YANG DILAHIRKAN ISTRINYA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian.

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

BAB I PENDAHULUAN. adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

Transkripsi:

BAB III PENDAPAT DAN ISTINBAT HUKUM IBNU QODAMAH TENTANG PERJANJIAN PERKAWINAN UNTUK TIDAK BERISTRI LEBIH DARI SATU A. Pendapat Ibnu Qudamah tentang Perjanjian Perkawinan untuk tidak Beristri lebih dari Satu Perjanjian perkawinan dalam literatur fikih klasik tidak ditemukan bahasan khusus dengan nama perjanjian dalam perkawinan. 80 Yang ada dalam bahasan fikih dan diteruskan dalam sebagian kitab fikih dengan maksud yang sama adalah Persyaratan dalam Perkawinan atau الشروط فى الن كاح bahasan tentang syarat dalam perkawinan tidak sama dengan syarat perkawinan yang dibicarakan dalam semua kitab fikih karena yang dibahas dalam syarat perkawinan itu adalah syarat-syarat untuk sahnya suatu perkawinan yang materinya telah lebih dahulu dibahas. 81 Kaitan antara syarat dalam perkawinan dengan perjanjian dalam perkawinan adalah karena perjanjian itu berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pihak yang 80 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat dan Undang-Undang perkawinan, Cet-III (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 145. 81 Ibid., hlm. 145. 32

33 melakukan perjanjian dalam arti pihak-pihak yang berjanji untuk memenuhi perjanjian yang ditentukan. 82 Menurut pandangan Ibnu Quda>mah perjanjian dalam perkawinan itu terbagi menjadi tiga macam: 83 a. Perjanjian yang harus dipenuhi, yaitu syarat yang manfaat dan faidahnya kembali kepada perempuan, seperti: jangan membawanya keluar dari rumahnya dan negerinya, atau jangan dibawa untuk perjalanan jauh. b. Hal yang membatalkan perjanjian dan mensahkan akad yaitu, seperti: calon suami memberikan perjanjian untuk tidak memberinya mahar, atau tidak menafkahinya, atau penentuan mahar dari perempuan. Adapun calon istri memberikan perjanjian untuk tidak menggaulinya, atau jangan berpisah dengannya, atau pun juga suami berjanji kepadanya dengan perjanjian yang lebih ringan atau lebih berat untuk tidak berkumpul dengannya kecuali satu malam saja pada hari Jum at, atau hanya berkumpul dengannya di siang harinya saja, atau jangan memberikan nafkah kepada suami atau memberikan sesuatu. 84 c. Hal yang dapat membatalkan pernikahan sejak awalnya yaitu, seperti: dua perjanjian pembatasan waktu pernikahan atau dikenal dengan nikah Mut ah 82 Ibid., hlm. 145. 83 Ibnu Qudam>ah, Op. cit, hlm.435. 84 Ibid., hlm. 440.

34 dan penjatuhan thalaq setelah akad. Begitu pula jika maharnya berupa menikahi perempuan lainnya yang dikenal dengan nikah Syighar. 85 Ibnu Quda>mah berpendapat wajibnya bagi suami untuk memenuhi perjanjian untuk tidak dipoligini yang diajuakan oleh istri. Ibnu Quda>mah memandang bahwa perjanjian tersebut sah dan harus dipenuhi oleh suami selama pasangan tersebut tidak membatalkan perjanjian tersebut. 86 Ibnu Quda>mah dalam kitabnya mengatakan bahwa ketika seorang istri menjanjikan agar suami tidak boleh mempoligini atau tidak boleh mengeluarkan atau tidak boleh mengeluarkannya dari rumahnya atau negaranya, apabila suami dijanjikan seperti itu, maka suami wajib memenuhi perjanjian tersebut. Jika suaminya melanggar perjanjian tersebut maka pernikahan mereka di fasakhkan (dipisahkan). 87 Ibnu Quda>mah telah menetapkan dalil-dalil dalam permasalahan ini dari Alqur an, Hadis dan Ijma Salaf serta ushul Syariat. Sebagaimana perjanjian-perjanjian yang dilakukan antara Nabi saw dan orang lain. Seperti akad bai at yang terjadi antara beliau dengan orang-orang anshar pada malam aqabah, akad hudnah 88 antara 85 Ibid., hlm. 442. 86 Ibid., hlm. 434. 87 Imam al-hafidz Muhadits Faqih al-lughawi Abi Ali Hasan bin Ahmad bin Abdillah bin Banna, Al-Muqni, Jilid III (Riyadh: Maktabul Rasyad, 1993), hlm. 899. 88 Akad hudnah adalah akad perdamaian yang dilakukan dua Negara yang berperang untuk menghentikan peperangan dalam jangka waktu tertentu, baik dengan konsesi ganti rugi atau tanpa ganti rugi. Dalam bahasa Indonesia disebut Genjatan Senjata. Perpustakaan Nasional RI, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), hlm. 567.

35 beliau dengan orang Quraisy 89 pada tahun hudaibiyah 90 dan lainnya. Mereka semua sepakat dengan perjanjian yang ada. Kemudian mereka berakad dengan lafadz yang mutlaq. Demikian pula keumuman ( a>m) nash-nash Al-qur an dan hadis memerintahkan kepada manusia untuk menunaikan akad, perjanjian, dan syarat adalah kesatuan. Ahli bahasa dan adat sepakat dengan penemaan tersebut dan makna secara terminologi pun sesuai dengan tersebut. 91 Pernyataan ini dapat kita lihat dalam kitab Al-Mughni> Syarh} Mukhtas}h}ar Al-Khiraqi> dalam fatwa Ibnu Quda>mah tentang perkawinan: 92 Jika menikahi seorang perempuan, dan ia mensyaratkan agar kelak setelah menikah nanti ia tidak boleh membawa keluar dari rumah atau pun negerinya, maka syarat tersebut harus dipenuhi, hal isi sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari Nabi saw. Beliau bersabda : 89 Nabi Muhammad saw telah menyebutkan bahwa diantara tanda-tanda munafiq adalah ketika berjanji, maka akan inkar. Bahkan Rasulullah saw memenuhi perjanjian dengan kaum musyrikin. Abu Abdilaah Mushtafa bin al- Adawi, Ahkam Al-Nikah wa al-zilaf, terj. Aris Munandar dan Eko Haryono, Tanya Jawab Masalah Nikah dari A sampai Z, (Yogyakarta: Media Hidayah, 2005), hlm. 229. 90 Perjanjian hudaibiyah, yaitu sebuah perjanjian yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dengan para pemuka kafir Quraisy pada tahun enam Hijriyah. Pada tahun itu Nabi beserta pengikutnya melaksanakan Haji ke Mekkah tanpa membawa senjata. Mereka berkemah di mata air Hudaibiyah, namun Nabi beserta para sahabat dihalang-halangi oleh kafir Quraisy, tidak membolehkan mereka ke Mekkah. Akhirnya terjadilah perjanjian antara golongan kafir Quraisy dan kaum Muslimin. Isi perjanjian tersebut adalah genjatan senjata selama sepuluh tahun, Nabi dan para pengikutnya baru di izinkan melaksanakan haji tahun tujuh Hijriyah. Perpustakaan Nasional RI, Op. cit, hlm. 116-117. 1997), hlm. 225. 91 Ibnu Timiyah, Hukum-Hukum Perkawinan Perkawinan, Cet-I (Jakarta: Pustaka al-kautsar, 92 Abi> Muh}ammad ad-di>en Abdullah bin Quda>mah al-maqdi>siy, loc. cit, hlm. 483.

36 Syarat-syarat yang harus dipenuhi (dalam pernikahan) adalah syarat-syarat yang dapat menglalkan kemaluan. Apabila ia menikahinya, dengan syarat dari perempuan bagi suaminya untuk tidak dimadu (menikah lagi dengan perempuan lain), maka ia dipisahkan dari suaminya bila suaminya tersebut menikah lagi. 93 Ibnu Quda>mah juga memperkuat pendapatnya dengan mengutip dari pendapatnya Umar bin Khat}tab yang diriwayatkan oleh Astram. 94 Astram meriwayatkan bahwasanya ada seorang laki-laki yang menikahi perempuan. Perempuan tersebut menjanjikan agar ia tetap berada di rumahnya. Kemudian si lelaki tersebut hendak mengajak pindah istrinya tersebut. Lantas orang-orang mempermasalahkan hal itu kepada Umar bin Khat}tab. Akhirnya Umar berkata, Perempuan tersebut berhak mendapatkan apa yang ia syaratkan. Lelaki tersebut berkata, kalau begitu engkau menceraikan kami. Kemudian Umar berkata: Sesungguhnya pemutus bagi hak-hak adalah pada syarat-syarat. B. Metode Istinba>t Hukum yang digunakan Ibnu Qodamah tentang Perjanjian Perkawinan untuk tidak Beristri lebih dari Satu 93 Ibnu Qodam>ah, Op., cit, hlm. 434. 94 Ibid., hlm. 437.

37 Ibnu Quda>mah adalah seorang ulama yang menganut Maz{hab H{anbali. Dia adalah tokoh yang memperbaharui, membela, mengembangkan dan memperhatikan ajaran-ajaran Maz{hab H{anbali terutama dalam bidang Muamalah. 95 Istinba>t} merupakan sistem atau metode para mujtahid guna menemukan atau menetapkan suatu hukum. Istinba>t} erat kaitannya dengan ushul fikih, karena ushul fikih dengan segala kaitannya tidak lain merupakan hasil ijtihad para mujtahid dalam menemukan hukum dari sumbernya (Al-qur an dan As-Sunnah). 96 Secara umum Ibnu Quda>mah dalam penggalian hukum mempunyai gaya dan metode yang mengikuti istinba>t} hukum Maz{hab H{anbali. Menurut penyelidikan para sarjana ushul, fatwa-fatwa imam Ibnu Quda>mah didasarkan atas dalil-dalil yang meliputi: 1. Al-qur an sebagai sumber hukum yang pertama dan utama. Menurut Ibnu Quda>mah kebutuhan umat Islam untuk memahami Al-qur an sangat mendasar karena Al-qur an merupakan tali (agama) Allah yang sangat kuat, peringatan yang bijak, dan jalan yang lurus. Dengan Al-qur an hawa nafsu tidak akan menyimpang. 97 95 Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzhab (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 146. 96 Ahmad Isybah Nurhikmah, Studi Analisis Pendapat Ibnu Qodamah Tentang Tidak Sahnya Akad Nikah Dengan Mendahulukan Qabul Dan Mengakhirkan Ijab, Skripsi (Semarang: IAIN Walisongo, 2012), hlm. 50. hlm. 230. 97 M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Cet-II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996),

38 2. Hadis Rasulullah saw. sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Alqur an. 98 3. Ijma sebagai sumber hukum Islam yang ketiga. Hal ini karena Ibnu Quda>mah merujuk kepada beberapa atsar para sahabat Nabi Muhammad saw, diantaranya ucapan Umar bin Khat}tab (42 SH/581 M-23 H/644 M) yang berkata: Putuskanlah (perkara) itu menurut hukum yang ada dalam kitab Allah swt. Kalau tidak ada (dalam Al-qur an), putuskanlah sesuai dengan hukum yang ada dalam Sunnah Rasulullah saw, dan kalau tidak ada (dalam Sunnah saw), putuskanlah berdasarkan hukum yang telah disepakati oleh (umat) manusia. 99 4. Qiyas (analogi) sebagai sumber hukum Islam yang ke empat. Ibnu Quda>mah menjadi dua macam, yakni Qiyas Shahih (analogi yang didasarkan pada persamaan illat yang jelas) dan Qiyas Ghairu Shahih (analogi yang didasarkan pada illat yang dibuat-buat). 100 Ibnu Quda>mah mentadabburi ayat-ayat Al-qur an dan hadis lalu membandingkannya dengan pemikiran yang lurus, sehingga kebenaran akan muncul dengan terang dan jelas. 98 Ibid, hlm. 230. 99 M. Bahri Ghazali dan Djumadris, Perbandingan Madzhab, Cet-I (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), hlm. 88. 100 Huzaemah Tahido Yanggo, Op. cit, hlm. 143.

39 Ibnu Quda>mah telah menjelaskan tentang syarat untuk tidak dipoligini yang diajukan istri dalam Al-qur an, hadis dan ijma. Pendapat Ibnu Quda>mah yang didasarkan dari Al-qur an Surah Al-Maidah/5: 1. Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqadmu... 101 Juga Al-qur an Surah Al-Isra> /17: 34. Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. 102 Dasar hukum dari hadis. Dari Nabi saw. bersabda: Empat hal yang apabila terkumpul dalam diri seseorang maka dia adalah seorang munafiq sejati. Barang siapa ysng terdapat dalam dirinya salah satu dari keempat hal tersebut maka berarti dia sedang berada dalam salah satu cabang kemunafiqan sampai dia meninggalkannya: apabila diberi amanat dia khianat, 101 Departemen Agama RI, Op. cit, hlm. 84. 102 Ibid., hlm. 225. 103 Abi> Isa Muh}ammad bin Ismai>l Al-Bukh}ari, Op. cit, hlm. 24.

40 apabila bicara dia berdusta, apabila ia berjanji dia mengingkari dan apabila berselisih dia akan bermusuhan. (H.R. Bukh}ari) 104 Asas-asas perjanjian yang dianut Islam adalah asas kebebasab berkontrak. Dalam kebebasan berkontrak, dimaksudkan kebebasan seseorang untuk membuat perjanjian apapun dan berisi apa saja sesuai dengan kepentingannya dalam batas-batas kesusilaan dan ketentuan umum syariat. 105 Kebebasan berkontrak nampak jelas dalam sabda Nabi saw, bahwa orang-orang Islam itu pada janjinya, kecuali perjanjian yang menghalalkan perkara yang haram dan mengharamkan perkara yang halal. Nabi saw, bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tarmidzi dalam bab perdamaian antara manusia. Orang Islam itu terikat dengan syarat yang mereka buat, kecuali syarat yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Isa berkata: ini adalah hadits hasan dan Shahih (H.R. Tirmidzi). 107 Kaum muslimin dibenarkan memperjanjikan perjanjian itu mengikat untuk dipenuhi dalam ketentuan halal dan haram. Lafaz syurūth adalah bentuk jama yang di idlāfahkan kepada kata ganti mereka. Kasus ini menunjukkan bahwa dia termasuk lafaz umum, sehingga hal itu berarti bahwa kaum muslimin dapat 104 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih al-bukhari, Cet-I, (Jakarta: Pustaka Sunnah, 2010), hlm. 99-100. 105 Subekti, Hukum Perjanjian, Cet-VI (Jakarta: PT. Intermasa, 1970), hlm. 13. 106 Abi> Isa Muh}ammad bin Isa bin Saurah, Sunan Tirmidzi, Jilid III (Beirut: Daar al-fikr, 1994), hlm. 73. 107 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi, Jilid II, Cet-II (Jakarta: Pustaka Azzam, 2014), hlm. 110.

41 mengisikan perjanjian apa saja ke dalam perjanjian mereka dalam batas-batas ketentuan halal dan haram, artinya dalam batas-batas ketertiban syara. 108 Pendapat yang kuat menurut Ibnu Qudamah tentang penafsiran hadis di atas adalah syarat yang menyelisihi Al-qur an dan hadis Rasulullah saw. Sedangkan perjanjian yang berkenaan dengan perkara mubah seperti tersebut dalam permasalahan tidak dipoligini tetap harus dipenuhi. 109 Ayat dan hadis tersebut jelas memerintahkan untuk memenuhi janji, aqad dan juga syarat serta apapun yang sudah menjadi kesepakatan bersama. Termasuk dalam hal ini adalah perjanjian yang ditetapkan seorang istri kepada suaminya agar tidak mempoligininya. Hadis Nabi: Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir r.a. ia mengatakan: Rasulullah saw. bersabda: Syarat-syarat yang lebih berhak dipenuhi adalah yang berhubungan dengan perkawinan. (H.R. Muslim). 111 108 Rahmani Timorita yulianti, http:journal.uii.ac.id/index.php/jei/article/viewfile/164/129. (4 Februari 2016). 109 Abu> Abdilaah Must}hafa bin al- Adawi>, Ah}kam Al-Nikah wa al-zilaf, terj. Aris Munandar dan Eko Haryono, Op., cit, hlm. 228. 110 Imam Abi Zakaria Yah}ya bin Syaraf an-nawawi Ad-Damasyqi>, Syarah Shahih Muslim, Juz IX, (Kairo:Mesir, 2008), hlm. 199. 111 Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Jilid VI, Cet-I (Jakarta: Darus Sunnah, t.th), hlm. 822.

42 Hadis ini tegas menyatakan bahwa setiap perjanjian yang bisa mengantarkan pada suatu pernikahan adalah harus ditunaikan, karena masalah nikah lebih mulia kedudukannya serta lebih berharga dari pada harta. Penetapan perjanjian dari istri agar suami tidak mempoligininya adalah termasuk ke dalam bagian ini dan suami wajib memenuhinya. 112 Perjanjian ini telah memenuhi apa yang dikatakan Nabi saw dan tidak terdapat larangan secara khusus untuk hal tersebut. Dalam pandangan al- Syaukani alasan lebih layaknya memenuhi persyaratan yang berkenaan dengan perkawinan itu adalah karena urusan perkawinan itu sesuatu yang menuntut kehatihatian dan pintu masuknya sangat sempit sehingga suami harus memenuhi perjanjian tersebut. 113 Ibnu Quda>mah mengambil hadis nabi saw, tentang akad perdamaian beliau dengan orang-orang Quraisy. Dari al-barra bin Azib, dia berkata: Nabi saw mengadakan perdamaian dengan orang-orang musyrik di hari Hudaibiyah atas tiga perjanjian: Sesungguhnya barang siapa yang datang kepada Nabi saw dari orang-orang musyrik, maka beliau harus mengembalikannya kepada mereka. Barang siapa yang datang kepada mereka dari kaum muslimin, maka mereka tidak perlu mengembalikannya kepada beliau. Beliau 112 Amir Syarifuddin, Op., cit, hlm. 146. 113 Mu amal Hamidy, Imron dan Umar Fanany, loc. cit, hlm. 2194. 114 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Op. cit, hlm. 1058

43 hanya boleh memasuki wilayah Hudaibiyah hanya selama tiga hari saja dan hanya boleh membawa sarung senjata pedang, panah dan sebagainya. Ketika Abu Jahal datang kepada Nabi Saw, maka beliau mengembalikannya kepada mereka. (H.R. Bukh{a>ri). 115 Melalui hadis ini Ibnu Quda>mah melihat kemutlaqkan lafaz} pada akad hudnah tersebut. Sehingga dengan begitu masuklah perjanjian tidak dipoligini pada perjanjian tersebut yang harus dipenuhi oleh suami, karena melihat kemutlakan pada lafadz tersebut. Kemudian dari hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam bab keutamaan Fat}himah Binti Muh}ammad saw. Sesungguhnya Miswar bin Mah}ramah bercerita, bahwasanya dia pernah mendengar dari Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Bani Hisyam bin al-mughirah telah datang meminta ijin untuk menikahkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib, maka saya tidak mengijinkannya, saya tidak mengijinkannya dan tidak mengijinkannya. Sesungguhnya Fathimah adalah bagian dari diriku, sehingga akan menyakitiku apapun yang menyakitinya, sungguh saya tidak suka sekiranya mereka berbuat jelek terhadapnya. Kemudian dalam riwayat yang lain ditambahkan bahwa Rasulullah bersabda: saya tidak sedang mengharamkan yang halal dan tidak pula mengharamkan yang halal. Hanya saja, demi Allah, tidak akan pernah bersatu putri Rasulullah dengan putri musuh Allah. (H. R. Tirmidzi) 117 115 Al-Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Lathif az-zabidi, Al-Tajdid al-shahih Li Ahadits al- Jami al-shahih, t.th. terj, Cecep Syamsul Haris dan Tholib Anis, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, Op. cit, hlm. 486. 116 Isa Muh{ammad bin Isa bin Saurah, Jilid III, Op.cit, hlm. 456. 117 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Tirmidzi, Jilid III, Op. cit, hlm. 905.

44 Jika dilihat dari latar belakang hadis ini, muncul ketika Ali> bin Abi T}halib meminag putri Abu Jahal kemudian Fat}himah mengetahuinya lalu datang kepada Nabi seraya mengatakan: Kaum mu mengira kalau engkau tidak bisa marah demi membela putrimu, padahal Ali> hendak menikahi putri Abu Jahal. Mendengar penuturan Fathimah ini Nabi saw segera berdiri seraya mengatakan sebagaimana dalam hadis di atas. Latar belakang cerita ini juga diriwayatkan oleh Miswar bin Mah}ramah. 118 Tampak dari hadis ini bahwa Nabi menetapkan perjanjian kepada Ali> agar tidak memadu (poligini) Fat}himah serta tidak melakukan perbuatan yang bisa menyakiti hatinya. Sehingga ketika Ali> berniat untuk menyelisihi perjanjian ini maka Nabi segera mengingatkannya dengan hal tersebut. Beliau memaklumkan kepada manusia bahwa beliau tidak akan melepaskan perjanjian itu dan dengan sikapnya ini berarti sedang mengharamkan yang halal dan tidak pula menghalalkan yang haram. Akan tetapi ini semua adalah berkaitan dengan apa yang Ali> pilih dan wajib dia penuhi. 119 Masalah perjanjian tidak dipoligini yang di ajukan oleh istri dalam perjanjian perkawinan ini merupakan perjanjian yang mengikat kemerdekaan suami. Masalah ini dalam ensiklopedi Ijma bila istri memberikan perjanjian kepada suami untuk tidak mengeluarkan istri dari negerinya atau tidak boleh memadunya, maka suami itu harus memenuhi perjanjian tersebut, bila tidak mau memenuhi maka istri berhak 118 Imam Muslim, Op. cit, hlm. 72. 119 Abu Ishaq As-Sundawy, http://salafyitb,wordpress.com/2006/12/15/seorang-istri-bolehmensyaratkan-untuk-tidak-dipoligami-i/. (5 Februari 2016).

45 memfasakh (membatalkan) nikahnya. 120 Pendapat ini di ambil dari pendapatnya Umar bin Khat}tab, Mua wiyah, Sa ad bin Abi> Waqas}h dan Amr bin al- As}h dari kalangan para sahabat dan tidak diketahui ada yang menentangnya pada zaman mereka, maka hal ini merupakan Ijma. 121 Menurut Sayyid Sabiq sebenarnya perjanjian tidak dipoligini tersebut mempunyai manfaat dan maksud tersendiri. Karena perjanjian tersebut tidak melarang tujuan dari pernikahan itu sendiri, maka perjanjian tersebut menjadi lazim dan harus dipenuhi sebagaimana istri yang mengajukan perjanjian pada suami agar menambahkan mahar untuk istri. 122 Ibnu Quda>mah mengatakan, perjanjian yang diajukan istri ini termasuk akad, dan yang dikehendaki tujuan akad adalah ketika perjanjian itu merupakan maslahah bagi perempuan. Maka suami tidak boleh mundur dan dilarang mengkhianatinya. Karena perjanjian yang termasuk maslahah bagi orang yang melakukan akad, juga termasuk maslahah untuk akad nikahnya. 123 Dalam permasalahan ini Ibnu Quda>mah mencontohkan seperti batas waktu pinjam meminjam barang yang harus 120 Ahmad Sahal Machfudz dan Musthafa Bisri, Persepakatan Ulama Dalam Hukum Islam: Ensiklopedi Ijma, Cet-II (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), hlm. 542. 121 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid II (Beirut: Daar al-fikr, 1992), hlm. 45. 122 Ibid, hlm. 45. 123 Ibid, hlm. 45

46 dikembalikan tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian. Ibnu Quda>mah menilai apabila perjanjian tersebut bermanfaat maka harus dipenuhi suami. 124 Masalah ini diperkuat lagi dengan pendapatnya Ibnu Taimi>yah. Beliau mengemukakan pendapatnya bahwa pendapat yang mewajibkan memenuhi perjanjian ini lebih unggul, dengan alasan dalil-dalil yang telah disebutkan di atas. Hal ini ditegaskan lagi dengan adanya komentar Ibnu Taimi>yah terhadap pendapat yang menggugurkan perjanjian tersebut. 125 Diantaranya, pendapat Umar bin Khat}tab merupakan Ijma, karena tidak diketahui adanya perbedaan pada masa Umar. Qaul Sahabat ini merupakan dasar atau dalil disyari atkan perjanjian yang diajuakn istri tersebut. Pemahaman Ibnu Taimi>yah seperti ini merupakan pemahaman dari hadis yang menyatakan bahwa setiap perjanjian yang tidak terdapat dalam kitab Allah adalah bathil. 126 Menurut Ibnu Taimi>yah perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian yang tidak terdapat dalam hukum Allah dan syari at Allah, pada hal perjanjian seperti ini (perjanjian dalam perkawinan) adalah disyari atkan, yakni dari Ijma Sahabat. 127 Ibnu Rusyd mengatakan, yang menjadi penyebab terjadinya pengkhilafan di antara para ulama adalah pertentangan antara hadis yang umum kepada yang 124 Ibid, hlm. 45. 125 Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Taimiyah Al-Hurani, Kumpulan Fatwa Ibnu Taimiyah, Jilid XXVII, Cet-I (Jakarta: Pustaka Azzam, 2014), hlm. 52. 126 Ibid, hlm. 53. 127 Ibid, hlm. 54.

47 khusus. 128 Kaidah umum yang berlaku adalah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Setiap perjanjian yang tidak tercantum di dalam Al-qur an adalah tidak sah, meskipun jumlah perjanjian tersebut mencapai seratus. Sementara kaidah khusus yang berlaku adalah hadis yang diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: perjanjian yang paling berhak untuk dipenuhi adalah perjanjian yang bisa menghalalkan kemaluan (persetubuhan). Kedua hadis ini shahih, yang diriwayatkan oleh Bukh}ari dan Muslim. Menurut Ibnu Rusyd yang sudah masyhur dalam kalangan ulama ushul fikih, ialah mengedepankan kaidah yang khusus atas kaidah yang umum, yaitu kewajiban melaksanakan perjanjian yang telah ditetapkan. 129 Perbedaan pendapat ini hanya atas orang yang tidak mengakui kebenaran dalil tersebut. Sudah jelas kiranya, bahwa perjanjian untuk tidak berpoligini dalam akad nikah harus dipenuhi oleh suami apabila pihak istri menjanjikannya. 130 128 Sayyid Sabiq, Op. cit, hlm. 266. 129 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. cit, hlm. 93. 130 Ibid, hlm. 93.