BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat, tiap tahun, tiap bulan, bahkan tiap hari berkembang dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dimana para siswa

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses 04/06/2014) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II STRATEGU GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda seperti siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. Jenis-jenis aktivitas menurut Diedrich dalam Sardiman (2004 : 101) adalah sebagai berikut 1) Visual Activites, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.2) Oral Activites, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, dan diskusi.3) Listening Activites, misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing Activites, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing Activites, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor Activites, misalnya percobaan membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak.7) Mental Activites, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional Activites, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.

2 Untuk dapat menanamkan ilmu pada siswa dalam kegiatan belajar dibutuhkan aktivitas yang dibangkitkan oleh guru. Ada 2 (dua) macam aktivitas, yaitu off task dan on task. Off task adalah aktivitas siswa yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran sedangkan, on task adalah aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran seperti memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud aktivitas belajar pada penelitian ini adalah segala kegiatan belajar sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang relevan dengan mengajar yang berlangsung. 2. Belajar Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya (Putra, 2004 : 10). Djamarah & Zain (2002 : 4) berpendapat bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya aktivitas belajar. Walaupun, pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Sardiman (2004 : 95) mengemukakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar tanpa ada aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berhasil dengan baik. Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan

3 mendengarkan dan mencatat. Dalam proses pembelajaran, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berfikir dan berbuat. Belajar boleh dikatakan juga suatu proses interaksi antara diri manusia (idego-superego) dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera yang ikut berperan (Sardiman, 2004 : 22). Dengan demikian definisi konseptual belajar dalam penelitian ini adalah proses interaksi dalam diri seseorang dengan lingkungannya yang melahirkan suatu pengalaman untuk memperoleh suatu perubahan setelah melakukan aktivitas belajar. 3. Hasil Belajar Istilah belajar dan pembelajaran yang dapat dijumpai dalam kepustakaan asing yaitu learning & instruction. Istilah learning seperti dikemukakan oleh Fontana (1981 : 147) dalam Putra (2005 : 2) adalah proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil pengalaman. Definisi tersebut memusatkan perhatian pada 3 hal: 1) bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku individu, 2) bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman, dan 3) bahwa perubahan itu terjadi pada perilaku individu yang mungkin. Di lain pihak istilah instruction seperti dikemukakan oleh Romszowski (1981 : 4) dalam Putra (2005 : 2) merujuk pada proses pengajaran berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang dalam banyak hal

4 dapat direncanakan sebelumnya (free planned). Karena dari sifat proses tersebut, maka proses belajar yang terjadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks pengalaman yang memang sebagian besar telah dirancang. Perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan sengaja, mengenai bagaimana proses belajar (proses perubahan perilaku) terjadi telah banyak diteorikan para ahli psikologi ( Putra; 2005:2). Hasil belajar ialah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Kegiatan yang dimaksud disini terutama kegiatan yang terjadi di sekolah walaupun hasil belajar dapat pula diperoleh dari kegiatan belajar yang tidak diprogram oleh sekolah. Hasil belajar dibedakan menjadi 3 macam yaitu hasil belajar kognitif, afektif, dan proses. Kognitif berhubungan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa. Afektif berhubungan dengan pengembangan perasaan dan sikap siswa. Proses berhubungan dengan cara siswa pada waktu mengembangkan kedua hasil belajar tersebut. Ketiganya saling terkait. Pada hakekatnya penilai berupaya untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan yang meliputi kemajuan dalam proses berfikir, kemajuan dan keterampilan menggunakan panca indera dan kemajuan dalam pembinaan moral dan kepribadian ( Putra, 2005:2). Keberhasilan suatu proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa, terutama aktivitas dari siswa sebagai sentral dan subyek belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud antara lain, memperhatikan,

5 bertanya, mengajukan pendapat, menjawab pertanyaan guru, mencatat, dan mengerjakan tugas atau latihan soal Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya dengan indikator berupa peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. 4. Proses Belajar Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dalam kegiatan belajar baik di kelas, di sekolah maupun diluar sekolah. Apa yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran merupakan apa yang diperolehnya. Pengalaman tersebut dipengaruhi pula oleh beberapa faktor seperti kualitas interaksi antara siswa, bahan ajar, dan guru serta karakteristik siswa pada waktu mendapatkan pengalaman tersebut ( Putra, 2005:35). Proses pembelajaran harus memungkinkan terjadinya proses belajar yang memang harus memungkinkan perolehan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain makin kecil ke-menceng-an hasil belajar dari proses belajar, proses pembelajaran itu semakin berhasil. Sebaliknya, makin jauh hasil belajar dari proses belajar, proses pembelajaran melukiskan bahwa proses pembelajaran semakin tidak berhasil ( Putra, 2005 : 35). Dapat disimpulkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran yang mendidik adalah berupa perubahan tingkah laku pada peserta didik yang meliputi ranah psikomotor, afektif dan kognektif.

6 5. Pengertian Matematika Mata Pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar (SD) untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Secara umum Gagne dan Brigs melukiskan pembelajaran sebagai upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar (Gredler, 1991 : 205), secara lebih terinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal (Gredler, 1991 : 205). Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Corey bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Oleh karena itu, pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru yang mengajar matematika. 6. Model-model Pembelajaran 1). Model Simulasi Model simulasi termasuk prosedur pembelajaran yang terstruktur karena baik tujuan, prosedur, dan karakter pemerannya telah ditentukan lebih dahulu. Para

7 siswa sebagai pemeran dituntut untuk melakukan kegiatan secara sungguhsungguh. Dengan demikian ia dapat menghayati karakter yang diperankan. 2). Model Ekspositori Edwin Fenton (2006:16) menggunakan konsep ekspositori sebagai bentuk pembelajaran yang menitikberatkan pada peranan guru dalam penyampaian pesan/materi. Dalam model ini yang terpenting adalah expose atau pengkajian materi oleh guru sebagai komunikator. Wujud dari model ini yang sudah sangat dikenal umum adalah metode ceramah atau lecture method. Model Ekspositori sangat tepat digunakan dalam menghadapi kelas besar (lebih dari 40 orang). 3). Model Investigasi Kelompok Dalam model ini siswa dibimbing untuk dapat merumuskan masalah, dan memecahkannya secara berkelompok. Melalui kegiatan kelompok tersebut diharapkan terbentuk suatu situasi dimana setiap anggota berbagi ide untuk mencapai kesepakatan. Dengan demikian didalam kelas tercipta suasana miniatur demokrasi. 4. Pembelajaran Kooperatif 1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995:47) dalam Isjoni (2009:33) mengemukakan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-

8 kelompok kecil yang berjumlah empat sampai enam orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Anita Lie (2000:208) dalam Isjoni (2009:33) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Sedang Djahiri. K (2004:201) dalam Isjoni (2009:33) menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memperoleh pengetahuan baru sendiri. 2). Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993:18). Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995:47), yaitu :

9 1) Penghargaan kelompok 2) Pertanggungjawaban individu 3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan 3). Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994:47). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000:22), yaitu : 1) Hasil belajar akademik 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu 3) Pengembangan keterampilan sosial 4). Keterampilan Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan.

10 Keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut (Lungdren, 1994:197) : 1) Keterampilan kooperatif tingkat awal 2) Keterampilan tingkat menengah 3) Keterampilan tingkat mahir 5). Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Langkah langkah pembelajaran adalah : Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, Fase 2 : Menyajikan informasi, Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar, Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar, Fase 5 : Evaluasi, Fase 6 : Memberikan penghargaan 5. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut : Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kooperatif stad dengan langkah-langkah yang tepat maka akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 2 Harapan Rejo Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah.