HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Kulon Progo yang memiliki 8 pedukuhan yaitu, dukuh

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

Unnes Journal of Public Health

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh AHMAD SYAKUR BANAFIF PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

PENGARUH KONSELING APOTEKER TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI DI KAMPUNG MEKAR SARI KABUPATEN TANGERANG

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

BAB I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian non-experiment

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN UMUM DENGAN KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT X BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Nur aeni, Anjar Mahardian K, Githa Fungie G. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

Sarah Youna Moniung Rolly Rondonuwu Yolanda B. Bataha

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN DIIT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIANTAN HILIR PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. 1

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSU SUNDARI MEDAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR KEPATUHAN DIIT LANJUT USIA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA MARGOSARI PENGASIH KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Motivasi dan Faktor Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Banjarbaru Tahun 2017

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA BANJAREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

INTISARI PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIIT HIPERTENSI DAN TINGKAT STRES DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PERUMNAS II KECAMATAN PONTIANAK BARAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI DALAM PENCEGAHAN STROKE di PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN PONOROGO

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

PENGARUH PENGGUNAAN NIFEDIPIN PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA DAN PEMBESARAN GINGIVA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Oleh : FAIQOH HARDIYANTI

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

Transkripsi:

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Drajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh : SHOLEHAH AWALI NOORHIDAYAH 20120320133 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH YOGYAKARTA 2016 i

ii

1 Correlation Between Patient Compliance about Taking Medication and The Blood Pressure of Hypertensive Patients In The Village Salamrejo Hubungan KepatuhanMinumObatAntiihipertensiTerhadapTekananDarahP adapasienhipertensi di DesaSalamrejo SholehahAwaliNoorhidayah 1, AmbarRelawati, S.Kep., Ns., M.Kep 2 1 Mahasiwi Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, 2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY ABSTRACT Background : Antihypertensive drugs can control blood pressure of hypertensive patients. Blood pressure can be controlled either by dutifully taking antihypertensive medication. Objective : This study aimed to determine the relationship of adherence about taking antihypertensive medication to blood pressure in hypertensive patients in the Village Salamrejo. Methods: This study is correlational with cross sectional design. A sample of 104 respondents who are patients already recorded in Puskesmas Sentolo II who lived in the village of Salamrejo with total sampling technique. Analysis of the correlation hypothesis using Kolmogorov Smirnov test with results that not normally distributed and the subsequent test using Spearman (rho).instrument medication adherence modifying of Morisky Medication adherence Scale (MMAS - 8) and questionnaire from the Journal of Management and Pharmacy Practice. Results: The majority of the population in the village Salamrejo dutifully taking medication antihypertensive there are 82 respondents(78.8 %). The systolic blood pressure in the susceptible 120-139 mmhg amount 55 respondents (52.9 %). Diastolic blood pressure in the susceptible 90-99 mmhg amount 37 respondents (35.6 %). The results showed that there is a significant relationship between antihypertensive medication adherence with systolic blood pressure in hypertensive patients with p value = 0.001 (< 0.05) with the closeness of the correlation about (- 0.432). Artifacts significant association between antihypertensive medication adherence with diastolic blood pressure in hypertensive patients with p value = 0.001 (< 0.05) with the closeness of the correlation about (-0.507). Conclusion :There is a relationship between antihypertensive medication adherence in hypertensive patient to blood pressure both systolic and diastolic blood pressure. Key words :Adherence, Taking Medication, Hypertension, Blood Pressure.

2 INTISARI Latar Belakang : Obat antihipertensi dapat mengontrol tekanan darah pasien hipertensi. Tekanan darah dapat terkontrol salah satunya dengan patuh mengkonsumsi obat antihipertensi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Desa Salamrejo. Metode penelitian : Penelitian ini bersifat korelasional dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 104 responden yang merupakan pasien yang sudah tercatat di Puskesmas Sentolo II yang tinggal di Desa Salamrejo dengan tehnik total sampling. Analisis hipotesis korelasi menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan hasil tidak terdistribusi normal selanjutnya mengunakan uji Spearman (rho). Instrument kepatuhan minum obat memodifikasi dari Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) kuesioner dari Journal of Management and Pharmacy Practice. Hasil Penelitian : Mayoritas penduduk Desa Salamrejo yang menderita hipertensi patuh minum obat antihipertensi yaitu 82 responden (78,8%). Tekanan darah sistolik dalam rentan 120 139 mmhg yaitu 55 responden (52,9%). Tekanan darah diastolik dalam rentan 90 99 mmhg yaitu 37 responden (35,6%). Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi dengan p= 0,001 (<0,05) dengan keeratan korelasi sedang (-0,432). Tedapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi dengan p=0,001 (<0,05) dengan keeratan korelasi sedang (-0,507). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi baik tekanan darah sistolik maupun diastolik. Kata Kunci : Kepatuhan Minum Obat, Hipertensi, Obat Antihipertensi.

3 PENDAHULUAN Hipertensi adalah tekanan darah tinggi diatas batas normal tekanan darah seseorang dan diukur paling tidak ada tiga kesempatan yang berbeda.hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukan prevalensi berperan dalam menurunkan angka kejadiaan komplikasi yang bisa terjadi akibat tidak stabilnya tekanan darah pasien. Komplikasi yang bisa terjadi akibat penyakit hipertensi salah satunya adalah stroke dengan hipertensi di Indonesia yang didapat prevalensi pasien yang memiliki melalui pengukuran pada usia 18 tahun sebesar 26,5% dari jumlah penduduk 251.160.124 World population 2013 CIA, sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 25,7% dari jumlah penduduk 35.253 Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2013 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Obat antihipertensi terbukti dapat mengontrol tekanan darah pasien yang menderita hipertensi dalam batas stabil. Obat antihipertensi riwayat hipertensi sebanyak 95% pasien. (Burhanuddin, Wahiduddin, dan Jumriani, 2012). Keberhasilan pasien dalam pengobatan pada pasien hipertensi banyak yang mempengaruhi proses penyembuhan tersebut salah satu faktor keberhasilan penyembuhan tersebut yaitu kepatuhan pasien dalam minum obat. Pasien hipertensi dapat mengendalikan tekanan darahnya dalam keadaan stabil. Tetapi banyak pasien yang tidak patuh mengkonsumsi obatnya degan teratur, 50% pasien dengan

4 hipertensi tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi obat hipertensi dimana banyak pasien hipertensi tidak dapat mengontrol tekanan darahnya dan berujung pada kematian pasien (Morisky dan Munter, 2009). METODE Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Menurut waktunya, merupakan penelitian cross sectional karena baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 104 responden penderita hipertensi yang berada di Desa Salamrejo yang sudah terdiagnosa oleh tenaga media di Puskesmas Sentolo II dari bulan April hingga 1 Juni 2016. Variabel bebas pada penelitian ini adalah kepatuhan minum obat antihipertensi sedangkan variabel tergantung adalah tekanan darah pasien hipertensi. Variabel perancu dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jarak pelayanan kesehatan, jumlah obat yang di minum dan jenis obat yang di minum. Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov Smirnov. Kemaknaan hasil perhitungan statistik menggunakan batas kemaknaan 0,05 sehingga bila p<0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna signifikan. HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 1 Menunjukan bahwa karakteristik data demografi

5 responden pasien hipertensi di desa Salamrejo adalah sebagian besar responden berada dalam usia dewasa tengah (41-60 tahun) sebanyak 65 responden (62,5%), sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 73 orang (70,2%), sebagian besar pendidikan responden adalah tidak sekolah sebanyak 35 orang (33,7%), sebagian besar jarak pelayanan kesehatan responden adalah < 3 Km sebanyak 104 orang (100%), sebagian besar lama menderita hipertensi responden adalah 1 tahun sampai 3 tahun sebanyak 68 orang (65,4%), sebagian besar jumlah obat yang dikonsumsi responden adalah 1 Obat sebanyak 72 orang (69,2%), sebagian besar jenis obat yang dikonsumsi responden adalah Amplodipine sebanyak 57 orang (54,8%). Berdasarkan tabel 2 maka dapat dilihat bahwa kepatuhan minum obat antihipertensi dengan katagori patuh minum obat adalah 82 (29,8%). Berdasarkan tabel 3 maka dapat dilihat bahwa tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi dengan kategori prehiperensi dalam rentan nilai sistolik 120 139 mmhg sebanyak 55 (52,9%). Berdasarkan tabel 4 maka dapat dilihat bahwa tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi dengan kategori hipertensi tahap 1 dalam rentan nilai diastolik 90 99 mmhg sebanyak 37 (35,6%). Berdasarkan tabel 5 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat Antihipertensi terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi (p = 0,000) dengan keeratan korelasi sedang (-0,432) dan arah korelasi

6 negative (-) yang mana arahnya menjunjukan berlawanan arah, semakin besar nilai satu variable maka semakin kecil nilai variable lainnya. Berdasarkan tabel 6 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat (p=0,000) dengan keeratan korelasi sedang (-0,507) dan arah korelasi negative (-) yang mana arahnya menjunjukan berlawanan arah, semakin besar nilai satu variable maka semakin kecil nilai variable lainnya. hubungan antara kepatuhan minum obat Antihipertensi terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi

7 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Jarak Pelayanan Kesehatan, Lama Menderita Hiperetensi, Jumlah Obat yang dikonsumsi, Jenis Obat yang dikonsumsi pada Pasien Hipertensi di desa Salamrejo, Kulon Progo. (N = 104) Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%) a. Usia Responden 1) Dewasa Awal 2) Dewasa Tengah 3) Lanjut Usia b. Jenis Kelamin 1) Laki-laki 2) Perempuan c. Pendidikan Terakhir 1) Tidak Sekolah 2) SD 3) SMP 4) SMA 5) Perguruan Tinggi d. Jarak Pelayanan Kesehatan 1) < 3 Km 2) > 3Km e. Lama Menderita Hipertensi 1) 1 tahun 3 tahun 2) 4 tahun 6 tahun 3) 7 tahun 9 tahun 4) 10 tahun 12 tahun 5) 10 tahun 15 tahun f. Jumlah Obat yang dikonsumsi 1) 1 Obat 2) 2 Obat g. Jenis Obat yang dikonsumsi 1) Amplodipine 2) Captropile 3) Amplodipine dan Captropile 4 65 35 31 73 35 29 6 30 4 104 0 68 18 2 12 4 72 32 57 16 31 3,8 62,5 33,7 29,8 70,2 33,7 27,9 5,8 28,8 3,8 100 0 65,4 17,3 1,9 11,5 3,8 69,2 30,8 54,8 15,4 29,8 Total 104 100 Sumber : (Data primer, 2016)

8 Tabel 2. Distribusi dan Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ( N = 104 ) Kepatuhan Minum Obat Frekuensi Presentase (%) Tidak Patuh Minum Obat Patuh Minum Obat Sumber: (Data Primer, 2016) 22 82 Tabel 3. Distribusi dan Frekuensi Tekanan Darah Sistolik pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ( N = 104) Normal (< 120 mmhg) Prehipertensi (120 139 mmhg) Hipertensi tahap 1 (140 159 mmhg) Hipertensi tahap 2 (> 160 mmhg) Sumber: (Data Primer, 2016) 21,2 78,8 Frekuensi Presentase (%) 0 0 55 52,9 32 30,8 17 16,3 Tabel 4. Distribusi dan Frekuensi Tekanan Darah Diastolik pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo ( N = 104) Frekuensi Presentase (%) Normal (< 80 mmhg) Prehipertensi (80 89 mmhg) Hipertensi tahap 1 (90 99 mmhg) Hipertensi tahap 2 (> 100 mmhg) Sumber: (Data Primer, 2016) 15 23 37 29 14,4 22,1 35,6 27,9 Tabel 5. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi terhadap Tekanan Darah Sistolik pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo Tekanan Darah Sistolik Kepatuhan Minum Obat Sumber (Data Primer, 2016) r p n -0,432 0,000 104 Tabel 6. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi terhadap Tekanan Darah Diastolik pada Pasien Hipertensi di Desa Salamrejo (N = 104) Tekanan Darah Diastolik Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Sumber: (Data Primer, 2016) R p n -0,507 0,001 104

9 PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden a. Usia Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mayoritas usia responden berada pada dewasa tengah yaitu pada rentan usia 41 60 tahun sebanyak 65 responden (62,5%). Usia dewasa tengah secara fisiologis mengalami degenerasi pada hormon dan organ. Pada perempuan, semakin bertambahnya usia, hormon estrogen semakin berkurang, sehingga pelindung pada pembuluh darah semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Violita, Thaha, dan Dwinata (2015) yang menyatakan sebagian besar responden berada pada rentan usia 60 tahun yaitu sebanyak 56 orang (41,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sarampang, Tjitrosantoso, dan Citraningtyas (2014) menyatakan bahwa resiko terkena hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. b. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan dengan usia 41 60 tahun yang berjumlah 73 orang (70,2%). Semakin bertambahnya usia, hormon estrogen yang dimililki perempuan tidak mampu menghasilkan High-Density Lipoprotein (HDL) dalam jumlah banyak, sehingga beresiko terkena arteriskerosis akibat meningkatnya Low-Density Lipoprotein (LDL). Perempuan yang sudah memasuki menopause hormon estrogen yang berperan dalam melindungi pembuluh darah sudah rusak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

10 dilakukan Smantummkul (2014) yang menyatakan bahwa perempuan mengalami perubahan hormonal (menopause) yaitu terjadinya penurunan perbandingan estrogen dan anderogen yang menyebabkan peningkatan pelepasan rennin, sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah. c. Pendidikan Terakhir Berdasarkan hasil penelitian dapatkan mayoritas responden tidak bersekolah dengan jumlah responden 35 orang (33,7%). Pada penelitian ini tingkat pendidikan responden tidak melatar belakangi responden terhadap kepatuhan dalam pengobatan atau mengontrol tekanan darah. Dalam penelitian ini responden sudah memiliki kesadaran untuk menjaga tekanan darah agar tetap stabil, responden mau memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan karena tidak ingin penyakit hipertensi menjadi semakin parah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rasajati, Raharjo, dan Ningrum (2015) responden yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah sama-sama ingin sembuh dari penyakit sehingga tingkat pendidikan tidak mempengaruhikepatuhan melakukanpengobatan. Natoatmodjo (2010) perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran. d. Jarak Pelayanan Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian mayoritas jarak pelayanan kesehatan responden adalah < 3 Km dengan jumlah responden 104 orang (100%). Jarak rumah responden

11 dengan pelayanan kesehatan Puskesmas Sentolo II sangat hipertensi lebih dari satu tahun sehingga telah mengerti akan terjangkau, hal ini membuat pentingnya mengkonsumsi obat responden tidak susah untuk menempuh jarak untuk melakukan pengobatan dan mengontrol tekanan darah secara rutin. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasajati, Raharjo, dan Ningrum (2015) bahwa jarak rumah yang dekat dengan pelayanan kesehatan membuat responden lebih mudah untuk berobat sehingga lebih rutin minum obat sesuai dengan anjuran dokter. e. Lama Menderita Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian mayoritas lama menderita hipertensi responden adalah 1 3 tahun menderita hipertensi dengan jumlah responden sebanyak 68 responden (65,4%). Responden dalam penelitian ini sudah mengalami secara rutin dan mengontrol tekanan darah ke puskesmas setiap 10 hari sekali. Responden juga memungkinkan telah mengetahui risiko yang terjadi jika tidak patuh dalam mengkonsumsi obat serta komplikasi yang dapat terjadi. Lama menderita hipertensi responden dalam penelitian ini sama dengan responden dalam penelitian Violita, Thaha, dan dwinata (2015) bahwa lama menderita hipertensi responden, sebagian besar telah menderita hipertensi selama 1 3 tahun yaitu sebanyak 63 orang (47,0%). f. Jumlah Obat yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas jumlah obat yang dikonsumsi adalah 1 jenis obat

12 setiap harinya dengan jumlah responden sebanyak 72 orang (69,2%). Konsumsi obat yang banyak digunakan responden pada penelitian ini satu jenis obat dikarnakan lama menderita hipertensi 1 sampai 3 tahun. Obat yang digunakan sebagai terapi utama jenis diuretik adalah Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE- Inhibitor), Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), dan Calcium Channel Blocker (CCB). Dimana pengobatan awal menderita hipertensi dimulai dengan 1 jenis obat antihipertensi (monoterapi). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Violita, Thaha dan Dwinata (2015) menyatakan bahwa mayoritas responden menggunakan jenis terapi antihipertensi tunggal atau mengkonsumsi 1 jenis obat tiap harinya yaitu sebanyak 113 orang (84,3%). g. Jenis Obat yang dikonsumsi Berdasarkan hasil penelitian mayoritas jenis obat yang dikonsumsi oleh responden adalah obat amplodipine 57 responden (54,8%). Pada penelitian ini lebih banyak dikonsumsi obat amplodipine karena kaptropile kurang efektif dalam menurunkan tekanan darah dan responden mengeluhkan batuk saat mengkonsumsi kaptropile. Hal ini sejalan dengan Smantummkul (2014) menyatakan bahwa golongan obat yang antihipertensi yang paling banyak digunakan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014 adalah peresepan obat golongan Diuretik, golongan ACEI dan golongan CCB yaitu Amplodipine.

13 h. Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi pengobatan 0% dan yang tidak patuh melakukan pengobatan 100%. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar patuh minum obat yaitu sebanyak 82 responden (78,8%). Kepatuhan dalam penelitian ini dapat dilihat dari kondisi jarak rumah responden yang dekat dengan pelayanan kesehatan serta responden yang rutin datang ke pelayanan kesehatan, seperti puskesmas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rasajati, Raharjo, Ningrum (2015) yang menyatakan dalam penelitiannya responden yang jarak rumahnya dekat terhadap pelayanan kesehatan yang patuh melakukan pengobatan sebanyak 52,4% sedangkan yang tidak patuh sebanyak 47,6%, hal ini berbanding dengan jarak rumah responden yang jauh dari pelayanan kesehatan yang patuh melakukan i. Tekanan Darah Berdasarkan hasil penelitian tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi di Desa Salamrejo adalah dalam rentang 120 139 mmhg sebanyak 55 responden (52,9%). Sedangkan untuk tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi di Desa Salamrejo adalah dalam dalam rentan 90 99 mmhg sebanyak 37 responden (35,6%). Hal ini dikarenakan responden dalam penelitian ini dapat menjaga tekanan darah tersebut dengan aktivitas fisik setiap harinya. Aktivitas yang dilakukan responden seperti berjalan kaki atau menggunakan sepeda untuk menempuh ke tempat tujuannya. Jarak rumah responden yang tidak jauh dan mudah dijangkau dengan menggunakan

14 sepeda atau berjalan kaki membuat aliran darah dapat mengalir ke seluruh tubuh dengan baik. Dimana hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Herawati (2013) yang mengatakan bahwa seseorang yang tidak aktif secara fisik atau tidak melakukan olahraga memiliki menunjukan hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah sistolik dengan kekuatan korelasi sedang dan arah hubungan negatif. Hasil uji korelasi antara variabel kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah diastolik didapatkan nilai resiko hipertensi sebanyak 30% - signifikansi (pvalue = 0,001) dan 50%. j. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Hasil uji normalitas mengguanakan Kolmogorov Smirnov menunjukan hasil tidak terdistribusi normal. Hasil uji korelasi antara variabel kepatuhan minum obat antihipertensi dengan variabel tekanan darah sistolik didapatkan nilai signifikan (pvalue = 0,001) dan (nilai r = - 0, 432). Hal ini (nilai r = - 0, 507). Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat anatihipertensi dengan tekanan darah diastolik dengan kekuatan korelasi sedang dan arah hubungan negatif.kekuatan korelasi antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden sedang. Kepatuhan responden sangat diperlukan pada penelitian ini untuk mencapai keberhasilan dalam terapi minum obat. Dalam penelitian ini, kepatuhan minum obat antihipertensi

15 responden dapat diketahui dari data kunjungan di Puskesmas Sentolo II serta obat yang diberikan oleh puskesmas dengan tanggal terakhir responden datang ke puskesmas, responden diberikan obat untuk dihabiskan dalam waktu 10 hari setelah obat habis dalam waktu 10 hari responden diharapkan datang untuk mengecek atau mengontrol rutin ke puskesmas serta mengambil obat antihipertensi sesuai dosis dan kondisi pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mursiany, Ermawati, dan Oktaviani (2013) yang menjelaskan bahwa kepatuhan pasien hipertensi juga terlihat dalam waktu kontrol pasien hipertensi. Semakin sering mereka melakukan kontrol maka semakin patuh. Pada penelitian ini, kepatuhan minum obat antihipertensi adalah 78,8% menyatakan patuh minum obat antihipertensi. Pada penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik dengan hasil patuh minum obat antihipertensi (78,8%) dan tidak patuh minum obat antihipertensi (21,2%), sedangkan, tekanan darah sistolik dalam rentan 120-139 sebanyak 52,9% dan tekanan darah diastolik dalam rentan 90 99 mmhg sebanyak 35,6% dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat anti hipertensi dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hairunisa (2014) terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan minum obat dengan

16 tekanan darah terkontrol. Responden yang patuh minum obat hasil tekanan darah terkontrol 17 orang (23,0%), sedangkan responden yang tidak patuh minum obat tekanan darah terkontrol 0 orang (0,0%), untuk responden yang patuh minum obat tekanan darah tidak terkontrol 8 orang (10,8%), dan untuk responden yang tidak patuh minum obat tekanan darah tidak terkonrol 49 orang (66,2%). Hal ini menunjukan bahwa tekanan darah tidak dikontrol lebih banyak dijumpai pada penderita hipertensi dengan kepatuhan minum obat yang rendah. SIMPULAN DAN SARAN 1. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah sistolik pasien hipertensi di Desa Salamrejo dengan hasil p value = 0,001 (<0,05). 2. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap tekanan darah diastolik pasien hipertensi di Desa Salamrejo dengan hasil p value = 0,001 (<0,05). Untuk lebih meningkatkan kepatuhan minum obat khususnya obat antihipertensi untuk mencegah komplikasi yang bisa terjadi akibat tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak terkontrol karena kurangnya kedasaran penderita hipertensi untuk selalu mengontrol tekanan darah rutin, merubah pola hidup sehat dan tetap patuh dalam mengkonsumsi obat antihipertensi.

17 DAFTAR PUSTAKA Burhanuddin. M, Wahiduddin, Jumriani, (2013). Faktor resiko kejadian stroke pada dewasa awal (18-40 tahun) dikota Makassar tahun 2010-2012. Diaskes 8 juli 2015 : http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/1 23456789/5426/MUTMAINNA%20B_FAKT OR%20%RISIKO%20KEJADIAN_140613.pd f?sequence=1 Hairunisa. (2014). Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat dan Diet Dengan Tekanan Darah Terkontrol Pada Penderita Hipertensi Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas I Kecamatan Pontianak Barat. Diaskes pada tanggal 15 juni 2016 di http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/ view/6337/6514 Smantummkul, C. (2014). Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Pada Tahun 2014. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diaskes pada tanggal 16 Juni di http://eprints.ums.ac.id/32110/9/naskah%20 PUBLIKASI.pdf Violita, F., Leida, I., Thaha, Dwinata, I. (2015). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Segiri. Diaskes di Internet pada tanggal 15 juni 201 di http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files /disk1/360/--fajrinviol-17972-1-jurnalf-).pdf Morisky, D. & Munter, P. (2009). New medication adherence scale versus pharmacy fill rates in senior with hypetention. American jurnal of Managed Care. 15(1) 59-66. Mursiany, A., Ermawati, N., Oktaviani, N. (2013). Gambaran Penggunaan Obat dan Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Pada Penyakit Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan Tahun 2013. Diaskes diinternet pada tanggal 11 Juni 2016 di http://download.portalgaruda.org/article.php?ar ticle=351647&val=1322&title=gambaran %20PENGGUNAAN%20OBAT%20DAN%20 KEPATUHAN%20MENGKONSUMSI%20O BAT%20%20PADA%20PENYAKIT%20HIP ERTENSI%20DI%20INSTALASI%20RAWA T%20JALAN%20RSUD%20KRATON%20K ABUPATEN%20PEKALONGAN%20TAHU N%202013 Natoatmodjo, P.D.S. (2010). Metodologi Peneloitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013.Jakarta. Rasajati, Q.P., Raharjo, B.B., Ningrum, D.N.A. (2015). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Diaskes diinternet pada tanggal 5 juni 2016 di http://journal.unnes.ac.id/artikel_sju/pdf/ujph /6339/4758 Sarampang Y.T, Tjitrosantoso H.M, dancitraningtyas G. (2014).Hubungan Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Obat Golongan ACE Inhibitor dengan Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan Terapi Hipertensi di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi, diaskes darihttp://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/phar macon/article/viewfile/5421/4928(diaskes 29 Mei 2015)