Spektrum Sipil, ISSN Vol. 4, No. 2 : 25-34, September 2017

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

BAB III LANDASAN TEORI

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA AKIBAT BEBAN STATIK

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

PENGARUH PELUBANGAN PADA BADAN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN LENTUR

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

ANALISA DAN PENGUJIAN KEKUATAN BALOK BETON BERTULANG BERLUBANG PENAMPANG PERSEGI TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Dosen Pembimbing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan yaitu Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil Siku

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

Letak Utilitas. Bukaan Pada Balok. Mengurangi tinggi bersih Lantai 11/7/2013. Metode Perencanaan Strut and Tie Model

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau


Struktur Beton Bertulang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

ABSTRAK. : kolom, sengkang, spiral, rectangular, kuat tekan

Tata Cara Pengujian Beton 1. Pengujian Desak

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG TULANGAN GANDA ABSTRAK

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

Transkripsi:

Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 1 Vol. 4, No. 2 : 25-34, September 2017 PERILAKU LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN BUKAAN BADAN PADA BERBAGAI VARIASI RASIO TULANGAN (Flexural Behaviour of Reinforced Concrete Beam with Web-Opening under Reinforcement Ratio Variations) Moh. Zaenuddin*, Akmaluddin**, Ni Nyoman Kencanawati** 1a*) Moh. Zaenuddin, 1b**) Akmaluddin, 1c**) Ni Nyoman Kencanawati 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana, Universitas Mataram a) mzain.karza64@gmail.com, b) akmaluddin@unram.ac.id, c) akmaluddin@unram.ac.id Abstrak Adanya lubang pada badan balok untuk keperluan wadah instalasi mechanical dan electrical seperti instalasi AC sentral, listrik, supply air, pembuangan air kotor pada bangunan bertingkat akan mengurangi kekakuan dari struktur balok beton tersebut. Penentuan titik lubang menjadi permasalahan. Untuk itu yang menarik perhatian dalam menentukan rasio tulangan pada balok beton lubang. Pengaruh beban maksimum dan gaya geser yang tidak aman dan dapat diterapkan rasio tulangan pada balok beton lubang yang aman sesuai fungsi tulangan. Pembuatan titik lubang pada balok, maka distribusi kekuatan dan kekakuan (EI) balok tidak merata, perlu diteliti dalam beban ultimit (P u ) pada balok, perilaku balok beton lubang dengan tiga variasi rasio rendah,sedang,tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kapasitas beban maksimum, perilaku lentur, perbandingan nilai uji lentur secara analitis dan secara uji laboratorium. Penelitian dimulai dengan pengujian material penyusun beton seperti pasir, kerikil, air dan semen. Uji pendahuluan ini meliputi uji material dan rancangan campuran beton. Pengujian ini terdiri dari pemeriksaan agregat kasar, halus, air dan semen. Rancangan campuran beton dilaksanakan dengan kuat rencana f c = 40 MPa mengikuti aturan SNI 03-3449-2002. Uji karakteristik baja tulangan juga dilakukan untuk meyakinkan mutu baja adalah f y = 400 MPa. Pengujian ini merupakan pengujian kuat tarik tulangan D13 yang akan digunakan sebagai tulangan memanjang dan tulangan geser yang menggunakan tulangan D10. Pengujian dilaksanakan untuk mengetahui tegangan leleh dan modulus elastisitas baja. Setelah uji pendahulan, pembuatan spesimen berupa balok beton dilaksanakan dengan ukuran penampang 150 mm x 300 mm dan panjang 3 meter. Semua balok diuji dengan menggunakan mesin penguji kapasitas 25 ton. Balok beton bukaan badan (web-opening) diletakkan pada dua perletakan sederhana dengan bentang 275 cm. Dua beban tersebut ditempatkan secara simetris sepanjang bentang balok. Jarak antar beban tersebut 91,67 cm. Selama pengujian, retakretak yang terjadi dimonitor dan lendutan dicatat dengan alat LVDT pada tengah bentang. Berdasarkan hasil pengujian dan hasil analisis data yang sudah dilakukan maka didapat kekuatan balok yaitu pada saat beban ultimit (Pu). Kuat lentur ultimit balok dengan nilai momen ultimit (Mu) paling besar terjadi pada balok beton lubang tengah (BBLT) rasio tinggi sebesar 76,237 kn.m. Angka ini lebih besar 53,838 kn.m dari momen ultimit balok beton normal (BBN), atau naik sebesar 41,604 %. Rasio perbandingan momen ultimit paling besar terjadi pada balok beton lubang tengah (BBLT) dengan rasio tulangan rendah sebesar 2,109. Pada beban ultimit (Pu), lendutan ( u) paling besar terjadi pada balok beton lubang tengah (BBLT) tulangan rendah sebesar 28,370 mm. Momen leleh terbesar terjadi pada balok BBLT tulangan sedang dengan nilai 27.542 kn.m sedangkan momen ultimit terbesar pada BBLT tulangan tinggi sebesar 45.82 kn.m. Lendutan terbesar yang terjadi pada saat beban leleh terjadi pada BBN sebesar 19.835 mm sedang terkecil pada BBLKK sebesar 7.1 mm. Pada saat beban ultimit, lendutan terbesar 28.370 mm diterima oleh BBLT dan terkecil pada BBLKK sebesar 9.88 mm. Daktilitas terbesar terjadi pada benda uji BBLT sebesar 1.909 sedang yang terkecil dialami benda uji BBN sebesar 1.221. Kata Kunci: Perilaku lentur, balok beton, bukaan badan, rasio tulangan. PENDAHULUAN Beton bertulang adalah komposisi dari dua material yaitu beton dan baja tulangan yang menjadi satu kesatuan lekatan yang memungkinkan kedua bahan tersebut saling bekerja sama secara struktural. Kerjasama kedua material ini masing-masing melaksanakan fungsi maksimalnya dalam struktur beton bertulang yaitu beton menahan tegangan tekan dan baja tulangan menahan tegangan tarik. * Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Mataram Jl. Majapahit 62 Mataram ** Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Mataram Jl. Majapahit 62 Mataram

2 Spektrum Sipil, 2(2), September 2017 Pembangunan bangunan-bangunan bertingkat baik yang sudah jadi maupun yang sedang dibangun, sering dijumpai pipa dan service duct yang dibutuhkan untuk supply air, pembuangan air kotor, instalasi AC sentral, listrik, telepon dan jaringan komputer. Instalasi pipa dan ducting mechanical dan electrical tersebut tidak jarang ditempatkan di bawah balok sehingga akan mengurangi tinggi effektif ruangan suatu bangunan. Penempatan pipa di bawah balok akan mengurangi ketinggian ruangan dan berpengaruh pada jumlah tingkat dari bangunan dimana ketinggian bangunan tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Bangunan yang tidak bertingkat, penambahan ketinggian bangunan guna instalasi pipa dan ducting ini tidak cukup berarti terhadap penambahan biaya secara keseluruhan, akan tetapi untuk bangunan bertingkat banyak, multistory building sangat berarti terhadap penambahan biaya apabila dikalikan dengan jumlah tingkat. Untuk pemasangan pipa yang berukuran kecil yang diperhitungkan tidak cukup berarti mengurangi kekuatan struktur balok beton bertulang jadi pemasangan pipa tersebut dapat diijinkan ditanarn pada balok. Tetapi jika lubang tersebut berukuran besar akan dapat mengurangi kekuatan struktur balok atau terjadi perlemahan balok, maka perlu dilakukan peninjauan desain terhadap struktur balok beton tersebut. Suatu struktur harus aman terhadap keruntuhan sehingga tidak menimbulkan bahaya dan kerugian pada pemakainya. Dikatakan aman apabila struktur tersebut rnampu menahan beban yang mungkin lebih besar dari beban rencana dengan tidak mengesarnpingkan keekonomisan dan struktur tersebut. Agar stabilitasnya terjamin, balok sebagai bagian dari system yang menahan lentur dan geser harus kuat untuk menahan tegangan tekan, tarik dan menahan tegangan geser yang terjadi. Adanya lubang pada penampang lateral balok beton bertulang untuk keperluan wadah instalasi mechanical dan electrical seperti instalasi AC sentral, listrik, supply air, pembuangan air kotor pada bangunan bertingkat akan mengurangi kekakuan dari struktur balok beton bertulang tersebut. Penentuan posisi lubang menjadi permasalahan. Untuk itu menjadi perhatian dalam menentukan rasio tulangan tunggal pada balok beton lubang tulangan tunggal. Pengaruh beban maksimum dan gaya geser yang tidak aman dan dapat diterapkan pasangan rasio tulangan tunggal pada balok beton lubang bertulangan tunggal yang aman sesuai fungsi tulangan dan yang sesuai hasil pengujian. TINJAUAN PUSTAKA Ujianto (2007) melakukan penelitian mengenai balok T beton bertulang untuk mempelajari pola retak dan jenis keruntuhan akibat pengaruh ukuran dan lokasi lubang balok beton bertulang akibat pembuatan lubang pada badan balok yang mensimulasikan beban mesin (beban siklik). Bahwa proses retak selalu diawali dengan retak lentur yang terjadi pada daerah yang mengalami momen lentur positip terbesar. Retak yang pertama terjadi ditengah bentang (mid span) balok pada sisi tarik, rata-rata saat beban mencapai 24,78% dari beban maksimum. Retak didaerah lubang terjadi setelah retak ditengah bentang akibat beban siklik atau beban statik saat first crack. Beban yang bekerja sebesar 37,13 KN. Proporsi retak atau kecepatan perambatan retak paling tinggi terjadi pada benda uji BL-01, ketika beban 16 KN panjang retakannya 24,6 cm. Eksperimen Silalahi (2008) tentang balok beton berlubang mengkaji seberapa jauh perlemahan akibat adanya lubang pada balok beton jika dibandingkan dengan kekuatan teoritis balok utuh. Melakukan pengujian balok yang ditumpu pada perletakan sendi rol dibebani oleh beban

Maskimi, dkk. : Perilaku Struktur Balok Beton Berongga Bola 3 terpusat dengan lubang didaerah momen lentur terbesar, lubang didaerah kombinasi geser terbesar dan momen dan lubang dibawah beban terpusat. pengujiannya menunjukkan bahwa kekuatan balok beton dengan lubang di daerah momen lentur murni di bandingkan dengan kekuatan teoritis balok utuh tidak jauh berbeda pada ukuran lubang dalam batas-batas tertentu, dan perlemahan kekuatan balok paling besar pada lubang yang terletak pada daerah kombinasi geser dan momen lentur. Penelitiannya mengenai balok L beton bertulang berlubang dan tanpa lubang untuk mengetahui kapasitas beban maksimum dilakukan oleh Effendi, dkk. (2013). Sedangkan penelitian terhadap balok beton BLK-1 sebesar 24.000 Kg, BLK-2 sebesar 17.000 Kg, BLK-3 sebesar 23.500 Kg dari hasil pengujian Mretak hampir sama untuk semua yaitu 2500 Kg.m. Menurut perhitungan teoritis bahwa Mretak adalah 1533 Kg.m disebabkan krena retak dimulai dari retak mikro yan tidak dapat jelas dilihat dengan mata telanjang. Dapat diketahui bahwa keruntuhan balok yang berbahaya adalah keruntuhan akibat geser. Elemen balok diatas lubang tidak bersifat sebagai balok, karena hasil pengukuran regangan menunjukkan bahwa elemen tersebut mengalami tegangan tekan. Balok beton bertulang tampang persegi dengan lubang persegi akibat beban layan dan batas belum diteliti. Studi pada balok beton bertulang penampang T berlubang memanjang, dan balok beton bertulang penampang T dengan flens bawah sebagai balok kontrol. Pengujian ini untuk mengetahui perilaku dan kekuatan geser pada keadaan layan maupun batas, lendutan, pola retak, daktilitas, frekwensi alami balok persegi, balok berlubang dan balok T dengan flens bawah. Tinjauan kekakuan, daktilitas, frekwensi alami dan arah pembebanan hanya dilakukan pada arah sumbu kuat. Penelitian ini memberikan solusi yang bermanfaat untuk mempermudah pemasangan dan pengerjaan baja tulangan dan bekesting, serta pemenfaatan balok beton berlubang memanjang sebagai pengganti balok beton berpenampang I atau balok beton T dengan flens bawah sebagai balok kontrol (Supriyadi dkk., 2010). Pembatasan Baja Tulangan Untuk menjamin penampang balok beton bertulang memiliki pola keruntuhan daktail, maka penulangan dengan baja harus underreinforced. SNI 03-2847-2002 menetapkan batasan rasio baja tulangan ( ) sebagai berikut: Rasio maksimum ( maks ) = 0,75 b... (1) Rasio berimbang ( b ) = 0,85 ( ) ( )... (2) Rasio minimum ( min ) = ( )... (3) Batasan minimum ini berlaku untuk tulangan positif atau momen positif, kecuali luas baja tulangan minimum yang dipasang lebih besar daripada satu sepertiga luas yang dibutuhkan menurut analisis. Dan perkuatan kurang (underreinforced) termasuk keruntuhan tarik (tension failure) maka pembatasan rasio baja tulangannya berlaku adalah min < < maks.

4 Spektrum Sipil, 2(2), September 2017 Beton bertulang terdiri dari dua material yang berbeda sifatnya, yaitu beton dan baja tulangan. Jika baja dianggab sebagai material homogen yang propertinya terdefinisi jelas, maka sebaliknya beton merupakan material yang hitrogen. Beton terdiri dari semen, mortal, dan agregat batuan, yang properti mekaniknya bervariasi dan tidak terdefinisi dengan pasti. Hanya untuk memudahkan dalam analisa perhitungan, maka umumnya beton dianggap sebagai material homogen. Perilaku keruntuhan yang dominan pada struktur balok beton pada umumnya adalah keruntuhan lentur, tentu saja itu akan terjadi jika rasio bentang (L) dan tinggi balok (h) cukup besar. Jika rasio L/h kecil. Maka digolongkan sebagai balok tinggi (deep beam), maka keruntuhan geser yang dominan. Tipikal perilaku keruntuhan balok beton bertulang di atas dua tumpuan dapat digambarkan dalam bentuk kurva hubungan beban-lendutan yang disajikan pada Gambar 1. G a m b a r 1. H u b u n g a n B e b a n - L e n d u t a n B a l o k B e t o n B e r t u l a n g METODE PENELITIAN Benda Uji Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram. Semua balok memiliki penampang 150 mm x 250 mm dengan panjang balok 3050 mm dan diletakkan pada perletakan sederhana dengan bentang bersih 2750 mm. Balok direncanakan untuk gagal memikul beban melalui kegagalan lentur (flexural mode failure). Tiga jenis pemodelan yang digunakan pada benda uji balok dengan rasio tulangan perkuatan kurang (under reinforced). Selimut beton antara tulangan dengan tepi luar beton 25 mm untuk semua permukaan. Geometri dan detail benda uji ditampilkan pada Tabel 1.

Maskimi, dkk. : Perilaku Struktur Balok Beton Berongga Bola 5 Tabel 1. Detail Benda Uji Balok Beton Rasio Seri Kode Dimensi Tipe Jumlah Tulangan Tulangan Balok (mm) Balok Balok % I BBLKK 150x250x3050 R 1 2D13 0,707 S 1 3D13 1,061 T 1 5D13 1,769 II BBLT 150x250x3050 R 1 2D13 0,707 S 1 3D13 1,061 T 1 5D13 1,769 III BBLK 150x250x3050 R 1 2D13 0,707 S 1 3D13 1,061 T 1 5D13 1,769 IV BBN 150x250x3050 S 1 3D13 1,061 Keterangan: BBLKK BBLT BBLK BBN R S T = Balok Beton Lubang Kiri Kanan = Balok beton Lubang Tengah = Balok beton lubang kiri = Balok beton normal = Rendah = Sedang = Tinggi Pengujian Spesimen Sket spesimen dengan 1 (satu) lubang tengah bentang ditampilkan pada Gambar 2. Agar menjadi lebih jelas, spesimen ini disajikan pula dalam bentuk foto seperti terlihat pada Gambar 3. ½P I ½P Strain Gauge A C I D B 916,67 mm 916,67 mm 916,67 mm Gambar 2. Setup spesimen dengan lubang di tengah bentang

6 Spektrum Sipil, 2(2), September 2017 Gambar 3. Foto spesimen dengan lubang di tengah bentang Setelah balok beton berumur 28 hari diuji dengan menggunakan mesin desak (Compression Testing Machine) dengan kapasitas 2500 Kg. Balok beton lubang di badan diletakkan pada dua perletakan sederhana dengan bentang 2750 mm. Dua beban terpusat di berikan pada balok uji yaitu pada jarak 916,67 mm dari tumpuan. Untuk mengukur regangan pada serat tekan ekstrim dan serat tarik ekstrim dipasang electrical strain gauge pada permukaan atas balok beton dan tulangan tarik ditengah bentang balok. Beban vertikal diberikan dengan sistem tekanan dari alat mesin desak (Compression Testing Machine). Nilai lendutan (defleksi), regangan tekan, regangan tarik, serta pola retak dicatat pada setiap tahap pembebanan sampai benda uji runtuh. HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Lentur Balok Perilaku balok saat diberi beban menunjukkan bahwa pada saat beban masih kecil balok relatif kuat menahan beban yang ditandai dengan kecilnya defleksi yang terjadi. Semakin beban ditingkatkan mengakibatkan retak mulai muncul pada bagian ekstrim balok beton. Retak tersebut terus merambat ke arah vertikal seiring dengan penambahan beban. Semakin lama, jumlah retak yang terjadi juga bertambah yang mana tidak hanya retak yang lama membesar dan memanjang tetapi juga muncul retak-retak baru yang bergeser dari posisi retak awal kearah luar. Pola retak yang terjadi juga merupakan ciri retak lentur yaitu arah retak yang tegak lurus sumbu penampang. Akhirnya setelah retak muncul semakin banyak maka balok kehilangan kekuatannya untuk menahan beban luar atau dikatakan balok sudah mengalami failure. Diagram Load-Deflection

Maskimi, dkk. : Perilaku Struktur Balok Beton Berongga Bola 7 Terlihat pada diagram Load-Deflection dalam pengujian di laboratorium bahwa semua benda uji memiliki perilaku struktur dan kapasitas tahanan yang tidak jauh berbeda. Juga terlihat bahwa balok solid (tanpa rongga) mempunyai kemampuan dalam menahan beban yang paling baik. Kurva yang menanjak pada awal pengujian meunjukkan slope yang merupakan kekakuan balok sebelum retak pertama terjadi. Karenanya nilai retak pertama sangat menentukan perilaku benda uji lentur. Disamping mendapatkan nilai-nilai momen retak, momen layan, momen leleh dan momen ultimit, diagram ini juga berguna untuk menentukan daktilitas balok. Untuk mengetahui perilaku balok yang mengalami beban lentur maka salah satu contoh balok spesimen digunakan untuk menjelaskannya. Balok BN dengan rasio 1.061 % diambil sebagai contoh. Gambar 4 menunjukkan hasil pengujian balok BN yang disajikan dalam grafik hubungan bebanlendutan. Nilai defleksi yang disajikan pada Gambar 4 adalah nilai bacaan defleksi maksimum ditengah bentang balok. Untuk balok ini beban diberikan secara meningkat dari 0 dengan kenaikan ±5 kn dan kecepatan beban 0,1 KN/detik. Perpotongan Garis I dan II dalam Gambar 4 diidentifikasi sebagai posisi beban dimana retak pertama kali terjadi pada benda uji yaitu sekitar 10 kn. Beban terus ditingkatkan nilainya hingga kirakira pada nilai 70 kn kurva mulai berbelok arah. Titik belok kurva ini di asumsikan sebagai perpotongan garis II dan III dalam gambar diatas, yang selanjutnya diidentifikasi sebagai posisi beban dimana regangan tulangan tarik sudah mengalami leleh. Pada kondisi ini secara visual pada benda uji balok terlihat jumlah retak yang semakin banyak. Setelah tulangan leleh kapasitas balok menahan beban mulai turun drastis seperti ditunjukkan dengan garis III yang mana beban tidak bisa meningkat lagi atau cenderung konstan dan hanya lendutan yang terus bertambah. Secara visual nampak pada benda uji balok lebar retak semakin menganga, tentu hal ini menyebabkan kekakuan balok semakin menurun drastis, sehingga kekuatan balok hilang secara drastis pula setelah nilai defleksi diatas 26 mm. Kapasitas tahanan maksimum balok ini sebesar lebih kurang 74 kn. Nilai-nilai beban yang diperoleh dari grafik tersebut diperkirakan sebagai nilai bebanbeban eksperimen berturut-turut beban retak pertama (P cr ), beban leleh (P y ) dan beban ultimit (P u ) sebesar 10 kn, 70 kn dan 74 kn.

8 Spektrum Sipil, 2(2), September 2017 Gambar 4. Kurva beban-lendutan balok BN Pengaruh Bukaan Balok Untuk mempelajari pengaruh keberadaan lubang pada badan balok yang selanjutnya disebut bukaan badan balok digunakan tipikal balok dengan rasio tulangan sedang (3D13). Alasannya adalah karena balok dengan rasio ini yang memiliki spesimen kontrol (BN) atau balok tanpa lubang. Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa balok tanpa lubang (BBN) lebih lemah baik kekuatan maupun kekakuannya dibanding salah satu balok berlubang. Hal ini difahami terjadi karena balok BBN memiliki mutu bahan yang lebih rendah dibandingkan mutu bahan balok lubang tengah (BBLT) yaitu masing masing sebesar 40 MPa dan 45 MPa. Bila kuat tekan sama maka idealnya balok BBN akan memiliki kekakuan dan kekuatan yang minimal sama atau lebih besar dibanding balok BBLT. Yang menarik dalam Gambar 5 adalah kurva BBLK hampir berimpit dengan kurva BBLT pada setiap titik hingga beban mencapai 60 kn. Hal ini disebabkan oleh kuat tekan beton balok BBLK hampir sama jika dibanding balok BBLT. Kekakuan Balok BBLK hampir sama dengan balok BBLT, kedua kurva menyimpang karena berkurangnya kekakuan balok BBLK. Balok BBLT dan balok BBLK mempunyai kekakuan yang hampir sama karena mempunyai jumlah lubang yang sama dengan letak lubang berbeda. Balok BBLKK lebih rendah kekakuannya dari balok BBLT dan balok BBLK karena mempunyai lubang lebih banyak. Gambar 5. Variasi beban-defleksi benda uji Perilaku Struktur Hasil pengujian pada seluruh benda uji ditampilkan pada Tabel 2. Momen leleh terbesar terjadi pada balok BBLT tulangan sedang dengan nilai 27.542 kn.m sedangkan momen ultimit terbesar pada BBLT tulangan tinggi sebesar 45.82 kn.m. Lendutan terbesar yang terjadi pada saat beban leleh terjadi pada BBN sebesar 19.835 mm sedang terkecil pada BBLKK sebesar 7.1 mm. Pada saat beban ultimit, lendutan terbesar 28.370 mm diterima oleh BBLT dan terkecil pada BBLKK sebesar 9.88 mm.

Maskimi, dkk. : Perilaku Struktur Balok Beton Berongga Bola 9 Daktilitas pada balok beton bertulang didefinisikan sebagai perbandingan suatu parameter deformasi struktur pada saat runtuh terhadap parameter deformasi struktur pada saat tulangan tarik terluar penampang mengalami leleh pertama. Pada Tabel 2 terlihat bahwa daktilitas balok adalah rasio antara lendutan maksimum saat beban ultimit dan beban leleh. Tampak dari tabel bahwa daktilitas terbesar terjadi pada benda uji BBLT sebesar 1.909 sedang yang terkecil dialami benda uji BBN sebesar 1.221. Tabel 2. Hasil Pengujian Benda Uji Balok Kode Rasio Tulangan Momen Leleh M y(exp) Momen Ultimit M u(th) Lendutan Leleh y(exp) Lendutan Ultimit u(exp) Daktilitas Balok BBN BBLKK BBLK BBLT BBLKK BBLK BBLT BBLKK BBLK BBLT (%) 1.061 0.707 1.769 (kn.m) (kn.m) 27.542 28.576 21.891 30.761 25.282 31.100 27.542 31.096 19.198 18.78 19.998 11.177 11.177 15.426 21.102 21.060 21.060 44.730 45.567 45.820 (mm) 19.835 12.88 10.07 15.23 15.37 9.33 14.86 7.1 7.24 10.5 (mm) 24.210 17.540 14.850 27.470 19.440 12.360 28.370 9.880 10.670 15.050 u/ y 1.221 1.362 1.475 1.804 1.265 1.325 1.909 1.392 1.474 1.433 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengujian dan hasil analisis data yang sudah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembuatan titik lubang di ketiga letak pada badan balok yang disebut sebagai web-opening dengan ketiga rasio tulangan (rendah, sedang, tinggi) berpengaruh terhadap kekuatan dan kekakuan balok. Berdasarkan hasil pengujian dan hasil analisis data yang sudah dilakukan maka didapat kekuatan balok yaitu pada saat beban ultimit (Pu). Kuat lentur ultimit balok dengan nilai momen ultimit (Mu) paling besar terjadi pada balok beton lubang tengah (BBLT) rasio tinggi sebesar 76,237 kn.m. Angka ini lebih besar 53,838 kn.m dari momen ultimit balok beton normal (BBN), atau naik sebesar 41,604 %. Rasio perbandingan momen ultimit paling besar terjadi pada balok beton lubang tengah (BBLT) dengan rasio tulangan rendah sebesar 2,109. Pada beban ultimit (Pu), lendutan ( u) paling besar terjadi pada balok beton lubang tengah (BBLT) tulangan rendah sebesar 28,370 mm. Momen leleh terbesar terjadi pada balok BBLT tulangan sedang dengan nilai 27.542 kn.m sedangkan momen ultimit terbesar pada BBLT tulangan tinggi sebesar 45.82 kn.m. Lendutan terbesar yang terjadi pada saat beban leleh terjadi pada BBN sebesar 19.835 mm sedang terkecil pada BBLKK sebesar 7.1 mm. Pada saat beban ultimit, lendutan terbesar 28.370 mm diterima oleh BBLT dan terkecil pada BBLKK sebesar 9.88 mm. Daktilitas terbesar terjadi pada benda uji BBLT sebesar 1.909 sedang yang terkecil dialami benda uji BBN sebesar 1.221.

10 Spektrum Sipil, 2(2), September 2017 Saran Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka dapat disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan membuat variasi rasio tulangan yang optimum dengan variasi rasio tulangan yang berbeda-beda untuk menghasilkan kuat lentur yang optimum. Diperlukan alat untuk mendeteksi keretakan pada balok beton lubang supaya lebih dini deketahui dan diamati untuk mendapatkan data-data yang representatif. DAFTAR PUSTAKA ASTM, 2005, " American Society for Testing and Materials ", USA Dipohusodo, I, 1996," Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 ", Departemen Pekerjaan Umum RI, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Nawy, E.G., 2010 " Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar ", Vol. 4, Terjemahan B. Suryoatmono, PT Refika Aditama Bandung. SNI 03-2847-2002, " Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ", Standar Nasional Indonesia, Departemen Kimpraswil, Jakarta. SNI 03-2847-2012, " Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ", Departemen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jakarta.