A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan yang di survey oleh Organisation for Economic

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran konstektual lainya. Menurut Slidia (2009) menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai pelajaran wajib dikuasai dan dipahami dengan baik oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. .id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah dalam kehiupan sehari-hari. Misalnya dapat berhitung,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan komunikasi siswa dapat mendiskusikan pendapat-pendapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan demi meningkatnya kualitas pendidikan. Objek yang menjadi

Alamat Korespondensi : 1) Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkan ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Hadi, (2005:3) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

Kata kunci: komunikasi matematis, perbedaan gender, faktor penyebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana

BAB I PENDAHULUAN. seiring berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu pesat,

YUNICA ANGGRAENI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 1, Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan. Pendidikan adalah segala kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145),

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan Quen of Secience yang artinya adalah ratunya dari segala ilmu pengetahuan. Matematika mempunyai hakikat dalam penggunaannya dan disandingkannya dengan ilmu lain. hakikat metematika berarti berbicara apa itu matematika sebenarnya, apakah matematika itu ilmu deduktif, ilmu induktif, simbul-simbul, ilmu abstrak, dan sebainya. (Ruseffendi, 2006, h. 260). Karena mempunyai hakikat yang begitu banyak maka matematika merupakan ilmu pasti yang berguna dan digunakan. Matematika diartikan oleh Johnson dan Rising sebagai pola berfikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logik, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat.(suherman, 2003, h.19). Berbagai penilaian terhadap matematika muncul, sebagai contoh adalah PISA, Indonesia telah sendiri telah berpartisifasi dalam Programme for International Student Assesment (PISA) ini bahkan sejak tahun 2000 dimana PISA pertama kali dilaksanakan. PISA merupakan sekala penilaian internasional yang fokus di bidang membaca (reading literacy), matematika (mathematical literacy) serta sains (sciencetific literacy). Adapun tujuan dari PISA tersebut adalah mengetahui sejauh manakah kemampuan siswa

2 (anak berumur 15 tahun) bisa menerapkan pengetahuan yang meraka pelajari disekolah. Indonesia memang sudah terlibat sejak awal, walaupun begitu hasil yang dicapai dalam penyelenggaraan PISA tersebut belum begitu memuaskan pasalnya menutut (Organisation for Economic and Development atau Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi) OECD (dalam Ariadi, 2012) menyatakan bahwa : Indonesia menepati ranking 39 dari 41 negara untuk bidang matematika, dengan rekor 367 yang jauh dibawah skor rata rata negara OECD, yaitu 500 serta pencapaian dalam bidang matematika siswa dalam PISA 2003 masih belum memuaskan, yaitu ranking 38 dari 40 negara; dengan skor 361 OECD 2004. Namun pada PISA 2006, skor matematika siswa indonesia naik secara signifikan dari 361 menjadi 391, namun indonesia masih berada di ranking bawah, yaitu posisi ke 50 dari 57 negara OECD 2007. Serta pada PISA 2009, skor matematika siswa Indonesia turun menjadi 371 dan Indonesia berada di posisi 61 dari 65 negara OECD 2010. Apabila kita melihat lebih detail level yang dicapai oleh siswa Indonesia dalam PISA matematika maka kita akan mendapatkan hasil yang tidak kalah mencengangkan daripada sekedar ranking Indonesia, Aryadi (2012) menyatakan bahwa : Dari hasil PISA matematika 2009, diperoleh hasil bahwa hampir setengan dari siswa Indonesia (yaitu 43,5%) tidak mampu menyelesaikan soal PISA paling sederhana (the most basic PISA tasks). Sekitar sepertiga siswa Indonesia (yaitu 33,1%) hanya bisa mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal konstektual diberikan secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal diberikan secara tepat. Hanya 0,1% siswa indonesia yang mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut keterampilan berpikir dan penalaran.

3 Melihat pernyataan di atas apakah yang menjadi masalah turun naiknya kemampuan siswa dalam pemecahan soal yang disediakan oleh PISA, mengapa peringkat Indonesia kurang selalu memuaskan, ternyata jawabannya adalah soal yang diberikan oleh PISA berupa soal soal yang berkaitan dengan kehidupan nyata. PISA mengacu bahwa matematika bukanlah ilmu yang terisolir dari kehidupan manusia melaikan metematika merupakan pemegang peran penting dalam kehidupan manusia. Maka menurut Frudamental (dalam Aryadi, 2012) suatu ilmu pengetahuan akan bermakna bagi pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah realistik. Sehubungan dengan itu guru dituntut untuk membuat siswa dapat dengan mudah memahami matematika baik secara nyata maupun secara penerapan, seorang guru dituntut untuk mempunyai komunikasi yang baik dalam menyampaikan masalah serta solusi. Oleh karenanya matematika bisa disampaikan oleh guru kepada siswa harus menggunakan metode metode yang baik agar matapelajaran bisa terkomunikasikan dengan baik. Tidak hanya guru terhadap siswa namun juga terhadap sesama siswa. Karena dalam suasana pembelajaran di sekolah terkhususkan di kelas, berbagi pengetahuan tidak hanya disampaikan dari guru ke siswa akan tetapi dari siswa ke siswa lainnya. Komunikasi : transmisi informasi, gagasan emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol simbol, kata kata, gambar, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. (Mulyana, 2003, h.26). Dengan kata lain komunikasi

4 diperlukan dalam konsep pembelajaran, maka dari itu para ahli dibidang komunikasi banyak yang mengajukan model model komunikasi seperti model komunikasi Lasswell dan model komunikasi Schramm. Akan tetapi kebanyakan sekolah para guru hanya banyak menggunakan arah komunikasi satu arah. Menurut Armanto (dalam Herman, 2003) pembelajaran konvensional bercirikan, berpusat pada guru, guru menjelaskan matematika menggunakan metode ceramah (chalk-andtalk), siswa pasif, pertanyaan dari siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas kelas yang dilakukan hanyalah mencatat dan menyalin. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif dan pembelajaran merupakan hal yang membosankan bagi siswa. Sehingga dapat menurunkan motivasi belajar dan inisiatif siswa untuk bertanya dan mengemukakan idenya. Namun, sekarang telah banyak ditemukan atau dikemukakan beberapa metode yang mendorong siswa lebih aktif dalam berkomunikasi berbagai arah kemudian proses belajar mengajar dapat meningkatkan kesadaran bahwa matematika bukanlah hal yang jauh dari kehidupan nyata, maka konsep Pendidikan Matematika Realistik (PMR) lah yang mendasari pencapaian tersebut. Konsep Pendidikan Matematika Realistik (PMR) ini murid dengan pembelajaran konstektual (Contextual Teaching and Learning) yaitu yang membantu siswa mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

5 yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruksifisme (contrucvism), bertanya (quesioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modelling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assesmen). Suatu model pembelajaran dikatakan mendapatakan respon yang baik dari siswa bisa dilihat dari hasil belajarnya atau dengan mengetahui sikap siswa terhadap konsep atau model yang diterapkan saat pembelajaran. Kenapa harus mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang kita ajarkan karna menurut Acmad Syamsudin (dalam Nur aeni, 2013) menyebutkan bahwa : Seorang guru harus mempelajari sikap siswa pada suatu pembelajaran yang baik dan menyenangkan sehingga seorang guru dapat melakukan pembelajaran yang menyeluruh dan memulai tahap yang berbeda sehingga pembelajaran yang disampaikan dapat diikuti dan diserap dengan baikoleh seluruh siswa yang memiliki sikap yang berbeda antara satu dan yang lainya. Maka dari itu sesuai dengan banyak penjelasan diatas dibutuhkan penelitian terkait efektip atau tidaknya model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) terhadap meningkatnya komunikasi matematis siswa.

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditemukan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Pada umumnya komunikasi siswa masih rendah maka dari itu diperlukan upaya untuk peningkatan komunikasi siswa terutama pada komunikasi matematis. 2. Dalam rendahnya komunikasi matematis siswa kemungkinan ada indikasi bahwa model pembelajaran berdampak kepada tidak meningkatnya kemampuan komunikasi matematis siswa, maka untuk menjawab pertanyaan tersebut maka diperlukanlah penelitian terkait metode yang tepat untuk meningkatkan komunikasi matematis siswa, diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) apakah lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran konvensional. C. Batasan Masalah Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Model yang digunakan adalah model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR). 2. Sikap siswa yang dibatasi adalah terhadap pembelajaran matematika.

7 D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional? 2. Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR)? 3. Bagaimana korelasi antara kemampuan komunikasi matematis siswa dengan sikap siswa yang menggunakan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR)? E. Tujuan Penelitian Dalam penelitian pengaruh model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa terdapat tujuan yang ingin dicapai yaitu : 1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

8 2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa terhadap metode pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR). 3. Untuk mengetahui korelasi antara kemampuan komunikasi matematis dengan sikap siswa. F. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat dilakukannya penelitian ini, diantranya : 1. Bila penelitian ini berhasil maka akan memberikan kontribusi terhadap pembelajaran matematika, terutama untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. 2. Bagi guru, supaya siswa bisa mencapai peningkatan kemampuan matematis siswa maka model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR)-lah yang tepat untuk digunakan dalam peroses belajar mengajar. 3. Bagi siswa, tentu akan mendapat pengalaman dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis dengan model yang tepat. 4. Untuk mengetahui korelasi antara kemampuan komunikasi matematis siswa dengan sikap siswa.

9 G. Definisi Oprasional Sebagai batasan pembahasan dan dengan tujuan untuk memfokuskan bahasan terkait judul penelitian, maka berikut adalah yang akan dibahas, yaitu : 1. Model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) mengacu kepada pendapat Freudamenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan aktivitas manusia. Menurut Stteefland (1991) prinsip utama dalam belajar mengajar yang berdasarkan pengajaran realistik adalah : Constructing and Concretizing Levels and Models Reflection and Special Assigment Social Context and Interaction Structuring and Interwining 2. Metode Pembelajaran Konvensional Metode konvensional dalam hal ini adalah metode pembelajaran ekspositori. Ruseffendi (2006, h. 290) mengatakan metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa (trasisional) kita pakai pada pengajaran matematika. Maka pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang amat biasa dilakukan oleh guru saat melakukan proses belajar mengajar dikelas, selain itu proses dengan menggunakan metode ini lebih terpokus keguru bukan kemurid.

10 Menurut SMSG (dalam Ruseffendi, 2006) tidak ada metode yang bukan metode ekspositori menunjukkan lebih efektif, kecuali metode ekspositori. 3. Kemampuan Komunikasi Matematis Merupakan salah satu kemampuan matematika yang dalam proses penelaahanya bisa ditinjau dari dua aspek yaitu komunikasi lisan (talking) berupa pengungkap melalui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama berlangsungnya proses pembelajaran dan komunikasi tulisan (writing) berupa kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan masalah. H. Struktur Organisasi Skripsi Adapun struktur organisasi dalam skripsi ini adalah : 1. Bab I Pendahuluan, yaitu : a. Latar Belakang Masalah (analisis dan sinestesis terhadap variabel variabel penelitian, landasan teori yang mendasarinya harus sampai melahirkan kerangka/paradigma penelitian, asusmsi dan hipotesis) b. Identifikasi Masalah c. Rumusan Masalah d. Batasan Masalah e. Tujuan Penelitian

11 f. Manfaat Penelitian g. Definisi Oprasional h. Struktur Organisasi Skripsi 2. Bab II Kajian Teoretis, yaitu sebagai berikut : a. Kajian Teori ( mengenali variabel yang diteliti ) b. Kerangka Pemikiran c. Analisis dan pengembangan materi pelajaran yang diteliti meliputi Keluasaan dan kedalaman materi Karakteristik materi Bahan dan media Strategi pembelajaran Sistem evaluasi 3. Bab III Metode Penelitian Dimana dalam penelitian ini mengambil penelitian kuantitatif, yaitu dengan struktur sebagai berikut : a. Model Penelitian b. Desain Penelitian c. Populasi dan Sampel d. Instrumen Penelitian, melibatkan perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran. e. Rancangan Analisis Data, melibakan analisis data tes dan analisis data non tes.

12 4. Bab IV Penelitian dan pembahasan a. Deskripsi hasil dan temuan penelitian b. Pembahasan penelitian 5. Bab V Simpulan dan Saran a. Simpulan b. Saran.