BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap perusahaan yang telah go public dan melakukan penjualan saham tentu ingin mencapai nilai perusahaan yang maksimal. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga dan jumlah saham yang diperdagangkan serta besarnya skala bursa saham tempat mereka mencatat dan memperjualbelikan saham (listing). New York Stock Exchange (NYSE) menjadi salah satu bursa saham paling bergengsi di dunia yang hanya diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan besar dengan kapitalisasi pasar dan hasil bisnis yang memiliki perkembangan signifikan sehingga tidak semua perusahaan dapat terdaftar di bursa ini. Namun, di saat perusahaan asing non-as seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dapat terdaftar di NYSE berarti mereka telah dipandang kredibel, memiliki bisnis yang potensial, dan cukup diminati di dunia internasional. Telkom yang bergerak di bidang informasi dan telekomunikasi menjadi satu-satunya BUMN Indonesia yang hingga saat ini masih listing di NYSE sejak melakukan penawaran saham perdana publik tanggal 14 November 1995. Keputusan Telkom untuk listing di NYSE saat itu didasari oleh kondisi perdagangan saham di Indonesia yang belum ditunjang oleh infrastruktur yang baik dan regulasi bursa yang memudahkan investor asing. Selain itu, Telkom percaya bahwa dengan listing di NYSE mereka dapat meningkatkan kepercayaan calon investor terhadap kredibilitas perusahaan terutama bagi mereka yang berdomisili di Amerika serikat. Telkom sebagai emiten NYSE harus mematuhi regulasi dari bursa dan Lembaga Sekuritas Amerika (U.S. SEC) yang terkenal ketat terutama dari segi pemenuhan informasi dan pembuatan laporan untuk shareholders. Laporan untuk NYSE harus dibuat ke dalam format khusus yang telah disyaratkan dan diunggah ke sebuah sistem Electronic Data-Gathering, 115
Analysis, and Retrieval (EDGAR). Selain itu, Telkom juga harus mengeluarkan biaya ekstra yang cukup besar sebagai syarat untuk tetap listing di NYSE. Telkom menyadari bahwa jumlah shareholders asing yang memiliki saham publik perusahaan sangat besar. Hal tersebut terlihat dari data kepemilikan saham publik Telkom yang 80% dimiliki oleh pihak asing. Telkom menganggap keberadaan shareholders asing sangat penting karena mereka telah menopang perkembangan bisnis perusahaan melalui investasi yang dilakukan. Keputusan shareholders untuk menjual, membeli, mempertahankan dan meningkatkan jumlah kepemilikan sahamnya akan berpengaruh terhadap modal dan reputasi Telkom di mata publik. Oleh karena itu, Telkom berupaya sebaik mungkin untuk mengelola hubungan komunikasi perusahaan dengan shareholders asing melalui manajemen komunikasi yang sesuai. Manajemen komunikasi menjadi salah satu dasar perusahaan dalam mengelola shareholders. Telkom membentuk unit khusus bernama Investor Relations (IR) dalam upaya melakukan manajemen komunikasi dengan mempertimbangkan shareholders (asing dan domestik) dan regulasi yang berlaku di bursa tempat Telkom listing yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan NYSE. Investor Relations bertanggung jawab atas kesiapan penyajian informasi pada proses interrelasi antara perusahaan dan shareholders serta menjamin terpeliharanya mekanisme umpan balik yang sistematis agar manajemen mampu merespon dinamika shareholders secara efektif. Unit IR terdiri dari tiga sub unit, yaitu: Reporting & Compliance yang fokus pada usaha pemenuhan regulasi bursa melalui pembuatan laporan yang disyaratkan, Shareholders Relations yang secara langsung melakukan komunikasi dua arah dengan shareholders, dan Management Advisory sebagai sub unit pendukung kegiatan Unit IR secara menyeluruh. Dalam konteks NYSE, fokus ketiga sub unit ini adalah menjaga dan memastikan agar Telkom selalu mematuhi dan melaksanakan regulasi dari NYSE dan U.S. SEC. Peneliti memaknai manajemen komunikasi Unit Investor Relations Telkom sebagai proses pengelolaan komunikasi dan informasi yang dilakukan 116
dalam konteks internasional dan melibatkan shareholders asing dari berbagai negara. Manajemen komunikasi dimulai dengan menentukan shareholders di NYSE sebagai target sasaran. Unit IR, melalui Shareholders Relations, kemudian melakukan riset untuk mengidentifikasi dan mengetahui informasi lebih jauh mengenai shareholders tersebut. Ada dua jenis riset yang dilakukan oleh Shareholder Relations, yaitu: perception study (studi mengenai persepsi) dan targeting study untuk menentukan shareholders atau prospek investor yang dapat dijadikan sebagai target sasaran komunikasi. Telkom menggunakan data yang diperoleh dari ADR inform untuk melihat daftar shareholders asing di NYSE, mengetahui tipe investasi, fokus dan kebutuhan informasi mereka. Dari data tersebut diketahui bahwa mayoritas shareholders di NYSE berdomisili di Amerika Serikat dengan tipe investasi Growth yang fokus pada pertumbuhan perusahaan dan sangat memperhatikan informasi perihal performa bisnis seperti laba dan rugi. ADR inform juga digunakan oleh Unit IR untuk mendata Big Shareholders atau mereka yang termasuk ke dalam daftar 20 shareholders asing dengan jumlah investasi terbesar. Setelah mengenali shareholders dengan baik, masing-masing sub unit melakukan perencanaan strategis yang diperlukan untuk menciptakan hubungan sinergis antara perusahaan dan shareholders asing. Perencanaan dalam proses manajemen komunikasi juga diperlukan untuk mewujudkan program kerja yang ingin dilakukan dan hasil yang ingin dicapai. Management Advisory bertanggung jawab atas perencanaan konten dan pengelolaan website resmi IR Telkom. Reporting & Compliance merencanakan penyusunan laporan perusahaan, sedangkan Shareholders Relations mengemas informasi dari internal perusahaan untuk dikomunikasikan kepada shareholders dan bursa. Informasi untuk shareholders asing terus dikembangkan dengan fokus utama pada alasan mengapa Telkom merupakan perusahaan dengan prospek investasi yang baik. Terdapat tiga jenis informasi utama yang selalu disajikan oleh Unit IR kepada shareholders di NYSE, yaitu: 1) Informasi kegiatan bisnis dan finansial perusahaan, 2) Informasi mengenai visi, misi, arah, dan program Telkom 117
yang juga berfungsi sebagai kerangka penjelas dari data finansial yang dilaporkan, dan 3) Informasi konteks industri dan potensi perusahaan. Unit IR mencoba untuk memenuhi kebutuhan informasi shareholders asing melalui informasi yang sifatnya mandatory (telah disyaratkan oleh bursa) dan complementary (informasi tambahan agar shareholders dapat lebih memahami perusahaan). Shareholders asing juga dapat meminta informasi lain yang dibutuhkan dengan langsung menghubungi Unit IR atau menyerahkan daftar pertanyaan sebelum melakukan pertemuan sehingga Unit IR dapat memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan serta informasi yang sesuai dengan kebutuhan shareholders. Unit Investor Relations menggunakan materi cetak (Form 20-F, Laporan 6-K, dan info memo), informasi elektronik (EDGAR system, website, dan e-mail blast), pertemuan tatap muka (kunjungan investor, NDR, dan conference), dan kontak telepon untuk menyampaikan informasi kepada shareholders asing di NYSE. Telkom mengelompokkan laporan dalam format 20-F dan 6-K (untuk laporan tahunan) sebagai laporan SEC yang memang telah disyaratkan oleh NYSE dan U.S. SEC. Kedua laporan tersebut sekaligus menjadi perbedaan mendasar dalam format informasi yang disampaikan Telkom kepada shareholders mereka di BEI dan NYSE. Untuk pemanfaatan website resmi perusahaan, Unit IR mengakui update informasi melalui situs www.telkom.co.id/investor-relations belum maksimal karena tidak dilakukan secara real time. Untuk menyiasati hal tersebut, Unit IR menggunakan e-mail blast yang dapat dengan cepat menyebarkan perkembangan informasi perusahaan kepada shareholders. Peneliti melihat Unit Investor Relations Telkom hingga saat ini cenderung lebih fokus pada shareholders institusional dibandingkan dengan pemegang saham retail karena mereka melakukan investasi di Telkom dalam jumlah yang besar. Data perusahaan menunjukkan jumlah saham yang dimiliki oleh kelompok 50 besar shareholders institusional Telkom mewakili lebih dari 50% kepemilikan saham publik asing yang beredar di bursa saham. Peneliti juga menemukan perlakukan yang berbeda dalam pelayanan Unit IR Telkom kepada kelompok 20 besar shareholders yang semuanya merupakan pihak asing. Unit IR mengakui 118
bahwa kelompok tersebut masih menjadi prioritas pelayanan perusahaan sehingga level spokesperson yang diutus untuk menghadapi mereka berbeda dengan shareholders lain. Unit IR akan mengusahakan jajaran top manajemen perusahaan seperti CFO atau direksi untuk hadir dalam pertemuan. Tipe pertemuan pun dilakukan dengan lebih privat, dalam skala kecil, dan waktu yang lebih fleksibel. Selain itu, kegiatan komunikasi Unit IR Telkom dengan shareholders asing belum secara khusus didesain dengan mempertimbangkan faktor perbedaan budaya masing-masing shareholder. Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh belum berkembangnya pemahaman bahwa shareholders merupakan kelompok yang heterogen. Terlebih lagi mayoritas shareholders asing yang ditangani oleh Telkom selama ini berasal dari Amerika dan Inggris dengan karakter yang tidak jauh berbeda. Di dalam dunia Investor Relations Telkom, komunikasi antarbudaya dileburkan ke dalam komunikasi bisnis yang telah berlaku secara internasional. Unit IR mengungkapkan bahwa hal tersebut dilakukan demi memperoleh pemahaman yang lebih luas atas suatu hal. Namun, Unit IR Telkom pada dasarnya cukup terbuka dengan berbagai feedback yang diberikan oleh shareholders asing atas kepuasan mereka terhadap pelayanan perusahaan. Selama ini shareholders cenderung untuk menyampaikan secara langsung berbagai kritik atau saran mengenai pelayanan Unit IR. Unit IR pun menanggapi hal tersebut dengan positif dan segera berupaya melengkapi berbagai informasi yang dimiliki dan memperbaiki pelayanan yang diberikan. Manajemen komunikasi tidak hanya memaksa Telkom untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan shareholders asing, tetapi juga menyadari dan mempertimbangkan kemungkinkan adanya perbedaanperbedaan dalam konteks budaya. Manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR Telkom dalam mengelola shareholders asing di NYSE secara teknis telah dilakukan melaui tahapan-tahapan yang terstruktur dan terencana. Masing-masing sub unit juga saling berkoordinasi satu dengan yang lain untuk menjaga agar perusahaan tetap comply terhadap regulasi di NYSE. Namun, masih ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh Unit IR dalam mengelola shareholders asing 119
khususnya dari segi kegiatan komunikasi. Ketika Unit IR telah mampu melakukan manajemen komunikasi yang efektif secara maksimal, mereka diharapkan mampu menjadi wakil Telkom dalam menjalin komunikasi dengan shareholders asing maupun calon investor dan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap perusahaan. B. Saran Saran yang peneliti berikan didasari oleh pertimbangan terhadap tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi Unit Investor Relations Telkom di kemudian hari jika tidak memaksimalkan manajemen komunikasi yang telah dilakukan. Pertama, peneliti meyakini bahwa keputusan Unit IR untuk memberikan prioritas pelayanan kepada shareholders berdasarkan jumlah kepemilikan saham dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang telah disepakati oleh internal perusahaan. Namun, perlu ditekankan bahwa setiap shareholder memiliki hak untuk memperoleh informasi yang sama meskipun jumlah kepemilikan saham atas perusahaan berbeda. Informasi seputar investasi, nilai-nilai positif perusahaan, dan prospek Telkom di masa depan sangat penting untuk disampaikan kepada shareholders asing. Informasi tersebut sebaiknya dikemas berdasarkan tipe investasi shareholders yang telah diketahui. Sehingga ketika Unit IR berkomunikasi dengan shareholders, mereka dapat memaksimalkan upaya untuk memenuhi kebutuhan informasi shareholders melalui penyampaian konten yang sesuai dengan minat dan penggunaan media yang tepat. Dengan demikian, Unit IR hendaknya selalu berupaya memberikan pelayanan yang maksimal untuk setiap shareholder demi melahirkan kepuasan dan kepercayaan mereka terhadap perusahaan. Dibandingkan dengan hanya fokus pada jumlah kepemilikan saham, akan lebih baik jika Unit IR juga mulai fokus pada shareholders yang benar-benar dapat mendukung dan berkontribusi dalam pertumbuhan Telkom. Kelompok ini merujuk pada shareholders yang melakukan investasi jangka panjang (long-term). Telkom dapat merencanakan kegiatan komunikasi yang efektif dan prospek perusahaan di masa depan karena 120
shareholders tipe ini cenderung memiliki kepedulian yang lebih terhadap stabilitas pertumbuhan perusahaan. Kedua, Unit Investor Relations Telkom sebaiknya tidak menganggap semua shareholders memiliki tujuan yang sama karena latar belakang, pertimbangan dan strategi investasi mereka sangat beragam. Shareholders bukanlah kelompok yang homogen sehingga menjadi penting rasanya bagi perusahaan untuk benar-benar memahami karakter masing-masing shareholder. Komunikasi tidak hanya mengenai bagaimana Unit IR memproduksi pesan yang ingin didengar oleh shareholders, tetapi bagaimana mereka mampu mendengarkan dan memahami hal-hal yang dapat memengaruhi sasaran komunikasi. Unit IR setidaknya perlu mengetahui apa yang menjadi acuan shareholders dalam berkomunikasi, budaya yang dibawa, nilai-nilai yang dianut, dan cara mereka berhubungan dengan dunia. Meskipun telah ada standar komunikasi bisnis yang berlaku secara internasional, masing-masing shareholder tetap membawa keunikan budaya mereka. Perusahaan membutuhkan penyesuaian pola pikir yang dapat membantu memahami bahwa orang dari budaya berbeda memiliki pola komunikasi yang berbeda pula. Ada baiknya jika Unit IR memiliki panduan (guideline) sederhana yang berisi penjelasan mengenai bermacammacam budaya beserta stereotipnya. Panduan tersebut dapat disusun melalui riset tentang budaya atau dengan mengumpulkan database setiap shareholders dan melihat kecenderungan mereka saat berkomunikasi, bagaimana tipe pertanyaan yang diajukan, dan informasi yang dibutuhkan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat mengambil jenis penelitian kualitatif yang dapat memperdalam fokus dalam hal evaluasi keseluruhan kegiatan manajemen komunikasi Unit IR. Evaluasi secara menyeluruh mampu menjadi feedback yang membantu Unit IR khususnya Telkom untuk terus berbenah diri dan lebih profesional lagi ke depannya. Adapun penelitian ini masih dapat dijadikan acuan oleh penelitian selanjutnya terlebih ketika ingin memahami gambaran utuh perihal tahapan-tahapan dalam manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Unit IR dalam mengelola shareholders asing di 121
bursa Amerika seperti NYSE. Penelitian selanjutnya masih dapat memanfaatkan teori-teori maupun konsep PR sebagai pengantar masuk ke bahasan Investor Relations. Namun, akan lebih baik jika penelitian selanjutnya juga ditunjang oleh pemahaman peneliti yang baik terhadap bidang Investor Relations dan sumbersumber bacaan (buku, jurnal, artikel) atau referensi mengenai IR yang beragam. Pada akhirnya, peneliti meyakini bahwa setiap perusahaan, termasuk Telkom, akan memerlukan komunikator yang memiliki pemahaman luas atas latar belakang budaya target sasaran tertentu. Pemahaman tersebut akan mempermudah komunikator dalam melihat kebutuhan shareholders dan membantu menentukan bentuk pesan serta media yang paling efektif untuk menyampaikan informasi. Unit IR paling tidak harus benar-benar menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa yang disepakati dan digunakan dalam komunikasi bisnis di konteks internasional. Selain itu, pemahaman terhadap budaya lain dapat pula ditingkatkan melalui rasa ingin tahu yang kuat untuk memahami bagaimana cara berpikir shareholders dari berbagai negara berbeda. Dengan begitu Unit IR tidak akan kaget jika di kemudian hari menghadapi shareholders asing yang budayanya sama sekali berbeda. 122