UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1961 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Bentuk: UNDANG-UNDANG. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1961 (3/1961) Tanggal: 25 PEBRUARI 1961 (JAKARTA)

KONPENSI 106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR KONPERENSI UMUM ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

K131. Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Komponen Kebutuhan Hidup Layak

K98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K120 HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR-KANTOR

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 138 MENGENAI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

K27 PEMBERIAN TANDA BERAT PADA BARANG-BARANG BESAR YANG DIANGKUT DENGAN KAPAL

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981

KONVENSI MENGENAI PENGUPAHAN BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K14. Konvensi Istirahat Mingguan (Industri), 1921

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA

KONVENSI MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

KONVENSI MENGENAI PENERAPAN PRINSIP PRINSIP HAK UNTUK BERORGANISASI DAN BERUNDING BERSAMA

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

Indeks: PERBURUHAN INTERNASIONAL. KONPENSI NO. 98.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

K171 Konvensi Kerja Malam, 1990

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K159 Konvensi Rehabilitasi Vokasional dan Lapangan Kerja (Difabel), 1990

KONVENSI MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952

KONVENSI MENGENAI KERJA PAKSA ATAU KERJA WAJIB

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Organisasi Perburuhan Internasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KONVENSI ROMA 1961 KONVENSI INTERNASIONAL UNTUK PERLINDUNGAN PELAKU, PRODUSER REKAMAN DAN BADAN-BADAN PENYIARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1962 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK BANK PEMBANGUNAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K176. Tahun 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan di Tambang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1967 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU 1/1951, PERNYATAAN BERLAKUNYA UNDANG UNDANG KERJA TAHUN 1948 NR. 12 DARI REPUBLIK INDONESIA UNTUK SELURUH INDONESIA

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1955 TENTANG BANK NEGARA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K89 Konvensi tentang Kerja Malam bagi Wanita yang dipekerjakan di Industri. (Hasil Revisi tahun 1948)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 2/1959, PENETAPAN UNDANG UNDANG DARURAT NO Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1959 (2/1959)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1948 TENTANG UNDANG-UNDANG KERJA TAHUN 1948 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Konvensi tentang Perlindungan Wanita Hamil (Disempurnakan tahun 1952) 1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1960 TENTANG PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1961 TENTANG PEMBUATAN PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1962 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI APARATUR PEMERINTAHAN NEGARA PADA TINGKAT TERTINGGI

Undang Undang No. 2 Tahun 1966 Tentang : Hygiene

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1965 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA ASURANSI KERUGIAN JASA RAHARJA

Kampanye WALHI Sulsel 1

Transkripsi:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN KONPENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NO. 106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia semenjak 12 Juli 1950 adalah Anggota dari Organisasi Perburuhan Internasional; b. bahwa konpensi Organisasi Perburuhan Internasional No. 106 mengenai istirahat Mingguan dalam perdagangan dan kantor-kantor yang telah diterima oleh wakil-wakil Anggota-anggota Organisasi Perburuhan Internasional dalam sidangnya ke empat puluh (1957) di Jenewa, dapat disetujui ; Mengingat : a. Pasal 19 Anggaran Dasar Organisasi Perburuhan Internasional; b. Pasal-pasal 11, 5 ayat (1) dan 20 ayat (1) Undang- Undang Dasar; c. Ketetapan M.P.R.S. NO. I dan II Tahun 1960; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong; MEMUTUSKAN Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERSETUJUAN KONPENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NO. 106 MENGENAI ISTIRAHAT DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR.

Pasal 1. Konpensi Organisasi Perburuhan Internasional No. 106 mengenai istirahat mingguan dalam perdagangan dan kantor-kantor yang telah diterima oleh wakil-wakil anggotaanggota Organisasi Perburuhan Internasional dalam sidangnya ke empat puluh (1957) dan yang bunyinya sebagai dilampirkan pada undang-undang ini, dengan ini disetujui. Pasal 2. Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 1961 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUKARNO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 1961 SEKRETARIS NEGARA MOHD. ICHSAN SUMBER : LN 1961 / 14

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN KONPENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NOMOR 106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR Ketika Indonesia menjadi anggota Organisasi Perburuhan Internasional pada tanggal 12 Juli 1950, Indonesia menyatakan terikat oleh empat konpensi, yang sebelumnya telah diratifisir oleh Pemerintah Belanda dan dinyatakan berlaku untuk Indonesia yaitu; a. Konpensi Nomor 19-1925 mengenai : Persamaan Perlakuan dalam hal kompensasi kecelakaan Staatsblad 1929-53. Equality Treatment (Accident Compensation). b. Konpensi Nomor 27-1929 mengenai : Pemberian tanda berat pada barang-barang yang dikirim dengan kapal Staatsblad 133-117. Marking of weight (packages transported by vessels). c. Konpensi Nomor 29-1930 mengenai: Kerja paksa Staatsblad 1933-261 (Forced Labour). d. Konpensi Nomor 45-1935 mengenai : Pekerjaan dibawah tanah bagi wanita Staatsblad 1937-219. Underground work (Women). Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia telah meratifisir dua konpensi, yaitu : a. Konpensi Nomor 98-1949 mengenai Berlakunya dasar-dasar dari pada hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama (Lembaran Negara tahun 1956 Nomor 42). Right to organise and collective bargaining. b. Konpensi Nomor 100-1951 mengenai : Pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya (Lembaran Negara tahun 1957 Nomor 171). Equal remuneration. c. Konpensi ketiga yang sekarang kita hendak ratifisir, yaitu Konpensi Nomor 106, mengandung pokok-pokok sebagai berikut : dalam perusahaan perdagangan dan kantor-kantor, semua buruh berhak atas istirahat mingguan terus-menerus selama tidak kurang dari 24 jam dalam tiap jangka waktu tujuh hari, tanpa pengurangan upah; pengecualian sementara diperkenankan dalam hal force majeure, pekerjaan yang sangat luar biasa mendesak dan guna menghindarkan kerugian barang yang mudah rusak. Pikiran untuk memberikan istirahat mingguan ini, adalah sesuai dengan apa yang terkandung pada pasal 27 ayat (2) Undang- undang Dasar 1945, serta telah pula dilaksanakan dalam pasal 10 ayat (3) Undang-undang Kerja 1948 yang menentukan tiap minggu harus diadakan sedikit-dikitnya satu hari istirahat, sehingga untuk melaksanakan konpensi ini, Pemerintah tidak perlu menyusun peraturan baru, tentang istirahat ini.

Dalam pada itu untuk mencegah penyalahgunaan pasal 5 ayat (a), istilah "keluarga majikan" harus ditafsirkan meliputi suami/ istri beserta keluarga dalam turunan lurus derajat pertama. Kemudian sesuai dengan filsafah negara yaitu Pancasila, maka pasal 6 ayat (4) harus diartikan, bahwa penghormatan tradisi dan kebiasaan golongan minoritas agama merupakan sifat yang khas dari bangsa Indonesia yang menghormati dan menjunjung tinggi tiap agama.

KONPENSI (106) MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR. KONPERENSI UMUM ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL. Setelah diundang di Genewa oleh Badan Pengurus Biro Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang ke-40 pada tanggal 5 Juni 1957, dan Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul mengenai istirahat mingguan dalam perdagangan dan kantor-kantor yang termasuk soal ke-5 dari agenda sidang, dan Setelah menetapkan, bahwa usul-usul ini harus berbentuk konpensi internasional. Menerima pada tanggal 26 Juni 1957 Konpensi di bawah ini, yang dapat disebut "Konpensi Istirahat Mingguan (perdagangan dan kantor-kantor) 1957". Pasal 1. Ketentuan Konpensi ini, sejauh mana tidak dilaksanakan secara lain oleh alat penetapan upah, berdasarkan perjanjian perburuhan, putusan arbitrage atau dengan cara lain menurut praktek nasional yang sesuai dengan keadaan nasional, harus dilaksanakan dengan undang-undang atau peraturan nasional. Pasal 2. Konpensi ini berlaku terhadap semua orang, termasuk magang, yang dipekerjakan pada perusahaan, lembaga atau kantor tata- usaha, baik milik pemerintah maupun partikelir, sebagai berikut: (a) (b) perusahaan dagang; perusahaan lembaga dan kantor tata-usaha, dimana orang yang dipekerjakan terutama mengerjakan pekerjaan kantor, termasuk kantor orang yang melakukan pekerjaan bebas; (c) sejauh mana orang yang bersangkutan tidak dipekerjakan pada perusahaan tersebut pada pasal 3 dan tidak tunduk pada peraturan nasional atau ketentuan lain mengenai istirahat mingguan dalam industri, tambang, pengangkutan atau pertanian: (i) cabang perdagangan setiap perusahaan lain; (ii) cabang dari setiap perusahaan lain, dimana orang yang dipekerjakan terutama melakukan pekerjaan kantor; (iii) perusahaan campuran perdagangan dan industri. Pasal 3. 1. Konpensi ini harus berlaku pula terhadap orang-orang yang dipekerjakan pada perusahaan sebagai berikut, sebagaimana diperinci oleh anggota yang telah meratifisir Konpensi ini dalam suatu pernyataan yang menyertai ratifikasi konpensi tersebut : (a) perusahaan, lembaga dan kantor tata-usaha yang memberikan jasajasa perseorangan; (b) pos dan telekomunikasi; (c) perusahaan surat kabar; dan (d) gedung pertunjukan dan tempat hiburan umum.

2. Tiap anggota yang telah meratifisir Konpensi ini, kemudian dapat menyampaikan kepada Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional, suatu pernyataan penerimaan kewajiban Konpensi mengenai perusahaan tersebut pada ayat yang lalu, yang belum diperinci dalam pernyataan sebelumnya. 3. Tiap anggota yang telah meratifisir Konpensi ini, harus menyatakan dalam laporan tahunannya menurut pasal 22 Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional, sampai dimana ketentuan Konpensi ini telah dilaksanakan mengenai perusahaan tersebut pada ayat 1 pasal ini yang tidak diliputi oleh pernyataan yang dibuat, sesuai dengan ayat 1 atau 2 pasal ini, dan setiap kemajuan yang dicapai, dengan maksud melaksanakan Konpensi ini dengan berangsur-angsur pada perusahaan tersebut. Pasal 4. 1. Dimana perlu, peraturan yang tepat harus diadakan untuk menentukan batas yang memisahkan perusahaan terhadap mana berlaku Konpensi ini, dari perusahaan lainnya. 2. Dalam hal yang meragukan, apakah terhadap suatu perusahaan, lembaga atau kantor tata-usaha berlaku Konpensi ini, maka soal itu harus diputuskan oleh penguasa yang berwenang setelah berunding, dimana ada, dengan wakil organisasi majikan dan buruh yang bersangkutan atau dengan cara lain yang sesuai dengan undang-undang dan praktek nasional. Pasal 5. Langkah dapat diadakan oleh penguasa yang berwenang atau melalui alat yang tepat dan tiap negara untuk mengecualikan dari ketentuan ini : (a) perusahaan dimana dipekerjakan hanya anggota keluarga majikan yang bukan atau tidak dapat dianggap sebagai penerima upah; (b) orang yang memegang jabatan pimpinan tinggi. Pasal 6. 1. Semua orang, terhadap siapa Konpensi ini berlaku, kecuali jika ditentukan lain pada pasal berikut, berhak atas waktu istirahat mingguan terus-menerus selama tidak kurang dari 24 jam dalam tiap-tiap jangka waktu tujuh hari. 2. Waktu istirahat mingguan, dimana mungkin, harus diberikan pada waktu yang sama kepada semua orang yang bersangkutan dalam tiap perusahaan. 3. Waktu istirahat mingguan, dimana mungkin, harus sama dengan hari libur mingguan yang ditentukan sebagai hari istirahat menurut tradisi atau kebiasaan dari negeri atau daerah yang bersangkutan. 4. Tradisi dan kebiasaan dari golongan minoritas agama, sedapat mungkin harus dihormati.

Pasal 7. 1. Dimana sifat pekerjaan, sifat pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan, jumlah penduduk yang dilayani atau jumlah orang yang bekerja ada sedemikian rupa, sehingga ketentuan pasal 6 tidak dapat dilaksanakan, maka langkah dapat diadakan oleh penguasa yang berwenang atau melalui alat yang tepat dalam tiap negara untuk melaksanakan skema khusus istirahat mingguan yang tepat untuk orang-orang dari golongan tertentu atau perusahaan dari jenis tertentu yang diliputi oleh Konpensi ini, dengan memperhatikan segala kepentingan sosial dan pertimbangan ekonomi yang sewajarnya. 2. Semua orang, terhadap siapa berlaku skema khusus demikian, mengenai jangka waktu tujuh hari, berhak atas waktu istirahat yang lamanya sekurang-kurangnya sama dengan jangka waktu sebagai ditetapkan pada pasal 6. 3. Terhadap orang yang bekerja dalam cabang perusahaan yang tunduk pada skema khusus, cabang mana jika berdiri sendiri tunduk pada ketentuan pasal 6, berlaku ketentuan pasal itu. 4. Setiap langkah mengenai pelaksanaan ketentuan ayat 1, 2 dan 3 pasal ini harus diadakan dalam perundingan dengan wakil organisasi majikan dan buruh yang representatip, jika ada. Pasal 8. 1. Pengecualian sementara, seluruhnya atau sebagian (termasuk penundaan atau pengurangan waktu istirahat) dari ketentuan pasal 6 dan 7 dapat diberikan dalam tiap negara oleh penguasa yang berwenang atau secara lain yang disetujui olehnya sesuai dengan undang-undang dan praktek nasional. a. dalam hal kecelakaan yang terjadi atau mengancam, dalam keadaan "force majeure" atau pekerjaan mendesak pada gedung dan alat-alat, tetapi sekedar perlu untuk menghindarkan gangguan hebat dalam pekerjaan biasa di perusahaan; b. dalam hal ada pekerjaan yang sangat luar biasa mendesaknya disebabkan keadaan khusus, hingga majikan biasanya tidak dapat diharapkan bertindak lain; c. guna menghindarkan kerugian barang yang mudah rusak. 2. Dalam menentukan keadaan dimana pengecualian sementara diberikan sesuai dengan ketentuan sub (b) dan (c) pada ayat yang lalu, wakil organisasi majikan dan buruh yang bersangkutan dimana ada, harus diajak berunding. 3. Dimana pengecualian sementara diadakan sesuai dengan ketentuan pasal itu, maka orang-orang yang bersangkutan harus diberikan istirahat pengganti, yang lamanya sekurang-kurangnya sama dengan jangka waktu yang ditetapkan pada pasal 6.

Pasal 9. Sekedar upah diatur dengan undang-undang dan peraturan atau tunduk kepada pengawasan penguasa-administrasi, maka tidak boleh ada pengurangan upah dari orang-orang yang diliputi oleh Konpensi ini, sebagai akibat pelaksanaan tindakan yang diambil sesuai dengan Konpensi tersebut. Pasal 10. 1. Langkah yang tepat harus diadakan untuk menjamin penyelenggaraan yang sewajarnya dari ketentuan atau peraturan mengenai istirahat mingguan, dengan jalan pengawasan yang cukup atau dengan cara lain. 2. Dimana sesuai dengan cara pelaksanaan ketentuan Konpensi ini langkah seperlunya berupa hukuman harus diadakan untuk menjamin pelaksanaan ketentuan tersebut. Pasal 11. Tiap anggota yang meratifisir Konpensi ini harus memasukkan dalam laporan tahunannya menurut pasal 22 Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional a. daftar golongan orang-orang dan jenis perusahaan yang tunduk pada skema khusus istirahat mingguan, sebagai diatur pada pasal 7, dan b. keterangan mengenai keadaan dimana pengecualian sementara dapat diberikan sesuai dengan ketentuan pasal 8. Pasal 12. Tidak satupun dari ketentuan Konpensi ini dapat mempengaruhi undangundang, putusan, kebiasaan atau perjanjian yang menjamin syarat yang lebih menguntungkan buruh yang bersangkutan dari yang ditetapkan dalam Konpensi ini. Pasal 13. Ketentuan Konpensi ini dapat ditunda dalam tiap Negara oleh Pemerintah dalam keadaan perang atau keadaan darurat lain yang berupa ancaman kepada keselamatan nasional. Pasal 14. Surat ratifikasi Konpensi ini harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pasal 15. 1. Konpensi ini hanya akan mengikat anggota Organisasi Perburuhan Internasonal yang ratifikasinya telah didaftarkan pada Direktur Jenderal. 2. Konpensi ini akan berlaku duabelas bulan sesudah tanggal ratifikasi oleh dua anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal. 3. Selanjutnya Konpensi ini akan mulai berlaku untuk setiap anggota, duabelas bulan sesudah tanggal ratifikasi anggota tersebut didaftarkan.

Pasal 16. 1. Setelah lewat waktu 10 tahun terhitung dari tanggal Konpensi ini mulai berlaku, anggota yang telah meratifisir Konpensi ini, dapat membatalkan dengan menyampaikan suatu keterangan kepada Direktur Jenderal Biro Organisasi Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pembatalan demikian baru berlaku, satu tahun sesudah tanggal mendaftarkannya. 2. Dalam tahun berikutnya setelah lewat 10 tahun seperti termaksud pada ayat (1), tiap anggota yang telah meratifisir Konpensi ini dan tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan yang tercantum pada pasal ini akan terikat 10 tahun lagi dan sesudah itu, dapat membatalkan Konpensi ini pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa 10 tahun menurut ketentuan yang tercantum pada pasal ini. Pasal 17. 1. Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional harus memberitahukan kepada segenap anggota Organisasi Perburuhan Internasional tentang pendaftaran semua ratifikasi dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh anggota Organisasi, 2. Pada waktu memberitahukan kepada anggota Organisasi tentang pendaftaran dari ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal harus memperingatkan anggota Organisasi, tanggal mulai berlakunya Konpensi ini. Pasal 18. Direktur jenderal Biro Perburuhan Internasional harus menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk didaftarkan sesuai dengan pasal 102 dari piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, hal ikhwal mengenai semua ratifikasi, keterangan dan pembatalan yang didaftarkannya menurut ketentuan pasal tersebut di atas. Pasal 19. Pada waktu yang dipandang perlu, Badan Pengurus Biro Perburuhan Internasional harus menyerahkan kepada Konperensi Umum, laporan mengenai pelaksanaan Konpensi ini dan harus mempelajari apakah peninjauan kembali Konpensi ini seluruhnya atau sebagian perlu ditempatkan dalam agenda Konperensi. Pasal 20. 1. Jika Konperensi menerima Konpensi baru yang merubah sebagian atau seluruhnya Konpensi ini kecuali jika Konpensi baru menentukan lain maka : a. dengan menyimpang dari ketentuan pasal 16 ratifikasi Konpensi baru oleh anggota berarti pembatalan Konpensi ini pada saat itu juga karena hukum jika dan pada waktu Konpensi baru itu mulai berlaku; b. mulai pada tanggal Konpensi baru berlaku, Konpensi ini tidak dapat diratifisir lagi oleh anggota-anggota.

2. Bagaimanapun juga, Konpensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi yang asli bagi anggota yang telah meratifisir tetapi belum meratifisir Konpensi-konpensi baru. Pasal 21. Naskah Konpensi ini dalam bahasa Inggeris dan Perancis kedua-duanya adalah resmi. SUMBER : LTN No. 215