Laksmi Irianti dan Eddy Purwanto 2. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (TETES TEBU) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN GLENIUM

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB I PENDAHULUAN. beton (concrete). Beton merupakan bahan gabungan dari material-material

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN SIKAMENT LN

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND POZZOLAN

PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

ANALISA AGREGAT KASAR SEBAGAI VARIABEL BAHAN CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN METODE SNI DAN ACI (Studi Kasus Beton Mutu K-300)

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB I PENDAHULUAN I 1

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

Berat Tertahan (gram)

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. dibentuk dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

BAB V HASIL PEMBAHASAN

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

STUDI BETON BERKEKUATAN TINGGI (HIGH PERFORMANCE CONCRETE) DENGAN MIX DESIGN MENGGUNAKAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR PADANG PANJANG PENGGANTI SEMEN UNTUK BETON NORMAL

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

ANALISIS KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN BAHAN TAMBAH ABU SEKAM PADI DAN BESTMITTEL. Tugas Akhir

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

OPTIMASI PENAMBAHAN ADMIXTURE LSC309 DAN RHEOMAC SF100-MB-SF PADA BETON MUTU TINGGI

III. METODE PENELITIAN. Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

STUDI KUAT TEKAN BETON BERAGREGAT RAMAH LINGKUNGAN

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON TERHADAP KUAT TARIK BELAH. DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

Studi Lanjut Mengenai Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Beton Cara Dreux Gorrise

PENGARUH PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DALAM CAMPURAN BETON DITINJAU TERHADAP KUAT TARIK LENTUR DAN MODULUS ELASTISITAS

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Persiapan : - Studi literatur - Survey ke Ready Mix CV. Jati Kencana Beton

BAB IV METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARI BERBAGAI QUARRY PADA PRODUKSI BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

Pengaruh Pemanfaat Tailing Batu Apung... H. Surya Hadi 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang

BAB 4 RANCANG PROPORSI CAMPURAN BETON

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA

ANALISA AGREGAT KASAR SEBAGAI VARIABEL BAHAN CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN METODE SNI DAN ACI (Studi Kasus Beton Mutu K-275)

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

STUDI PENGARUH SERAT POLYPROPYLENE (PP) TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

PENGARUH ADITIF SIKACIM TERHADAP CAMPURAN BETON K 350 DITINJAU DARI KUAT TEKAN BETON

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

PERILAKU MEKANIK BETON BERONGGA MENGGUNAKAN AIR LAUT

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON NON AGREGAT KASAR SEMEN PCC DENGAN SIKAMENT LN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI BETON NON-PASIR DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR DAN TARIK BELAH

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGGUNAAN ACCELERATOR PADA BETON ABU KETEL SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT LAJU PENGERASAN 1 (The use of accelerator in Kettle-ash concrete as the effort of hardening accelerate) Laksmi Irianti dan Eddy Purwanto 2 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek variasi dosis accelerator sebanyak 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat air yang ditambahkan pada campuran beton mutu tinggi yang menggunakan abu ketel sebanyak 10% dari berat semen terhadap laju peningkatan kuat tekan dan kuat tarik beton. Penelitian ini menggunakan 120 buah sampel benda uji silinder berukuran diameter 10 cm dan tinggi 20 cm dengan umur pengujian 3,7,14 dan 28 hari. Perancangan campuran (mix design) menggunakan metode ACI 2.1.1.4R-93, Pembuatan, perawatan dan pengujian benda uji dilakukan berdasarkan standar ASTM. Hasil penelitian menunjukkan, seiring meningkatnya persentase accelerator yang ditambahkan kedalam adukan beton :(1) Nilai slump semakin besar. (2) Waktu pengikatan awal dan akhir beton semakin cepat. (3) Walaupun tidak signifikan, nilai kuat tekan, dan kuat tarik beton yang diperoleh menjadi lebih besar dan yang maksimum didapat dari persentase penambahan accelerator sebesar 20 %. THE USE OF ACCELERATOR IN KETTLE-ASH CONCRETE AS THE EFFORT OF HARDENING ACCELERATE Laksmi Irianti and Eddy Purwanto 2 Abstract This research is to know the effect various of accelerator at 0%, 5%, 15% and 20% from weight of water which is added in to mix of high concrete that use kettle ash 10% of weight of cement towards the accelerate of compressive strength, tensile strength. This research used 120 cylinder specimen with diameter of 10 cm and length 20 cm at age of test 3, 7, 14 dan 28 days. The mix design used ACI method 2.1.1.4 R-93, and maintenance and testing of specimen base on ASTM standard. The result of research shows that the increase percentage of accelerator which added in to mix of concrete as (1)The value of slump became higher. (2)The initial and final setting time were faster. (3)Although not significant the value of compressive and tensile strengh of concrete were higher, and that the maximum value was found from additional accelerator 20%. 1) Dibiayai oleh Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung

1. PENDAHULUAN Abu ketel merupakan limbah dari industri kelapa sawit, yang diperoleh dari pembakaran cangkang kelapa sawit didalam ketel pembakaran dengan suhu yang tinggi. Abu ketel dapat digunakan untuk bahan tambahan dalam campuran beton, hal ini karena abu ketel mempunyai kandungan Silica Oxide (SiO 2 ) cukup banyak, dimana Silica oxide ini berperan penting dalam pembentukan Calcium Silica Oxide (CSH) yang berfungsi sebagai perekat setelah bereaksi dengan Calcium Hydrat (CH) yang merupakan sisi lemah dari Beton. Laju pengerasan beton dengan penambahan abu ketel semakin lambat sehingga setelah beton berumur 28 hari proses hidrasi belum berakhir yang menyebabkan kekuatan beton masih terus meningkat setelah 28 hari, sehingga perlu ditambahkan accelerator agar beton lebih cepat mengalami proses hidrasi. Pada penelitian ini dicoba dengan menambah accelerator sampai 20% dari berat air, dengan harapan kekuatan beton pada umur 3-28 hari dapat mencapai kekuatan maksimum. Menurut Dodson, accelerator ini mengandung kalsium klorida (CaCl 2 ) dimana kalsium klorida akan mengubah reaksi yang komplek antara semen portland dan air. Kalsium klorida dapat dipandang sebagai katalis (segala sesuatu yang mengubah kecepatan reaksi tetapi bukan mengubah bagian dari reaksi itu) pada hidrasi semen portland. Kalsium sebagian digunakan selama hidrasi, diperkirakan bereaksi dengan trikalsium aluminat membentuk kalsium klorominat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek variasi dosis accelerator pada campuran beton mutu tinggi yang menggunakan abu ketel terhadap laju peningkatan kuat tekan dan kuat tarik beton mutu tinggi dengan abu ketel yang telah diberi accelerator. 2. METODE PENELITIAN Metode Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung, yang meliputi pengujian bahan dasar, rencana campuran, pembuatan benda uji, pengujian dan analisa hasil. Pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus dan agregat kasar meliputi: 1. Pengujian kadar lumpur (ASTM C 33 93) 2. Pengujian analisis saringan (ASTM C 33-93) 3. Pengujian kadar air (ASTM C 566-89) 4. Pengujian berat jenis dan penyerapan air (ASTM C 128-93) 5. Pengujian kandungan zat organik pada pasir (ASTM C 40 92) 6. Pengujian Los Angeles (ASTM C.131 89) Pengujian terhadap abu ketel dan semen, menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Rencana campuran pada penelitian ini dilakukan berdasarkan metode ACI.2.1.1 4 R 93 (American Concrete Institute), dengan nilai kuat tekan rencana sebesar 60 Mpa. Abu ketel yang digunakan sebagai pengganti sejumlah semen adalah 10 % dari berat semen dan accelerator yang digunakan pada campuran sebesar 0 %, 5 %, 10 %, 15 %, dan 20 % dari berat air serta superplasticizer sebesar 1,5% dari berat semen. Laksmi Irianti Penggunaan Accelerator pada 47

Sebelum pembuatan benda uji, bahan bahan yang akan digunakan dalam campuran ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan yang direncanakan, adapun tahapan dalam pembuatan benda uji. Dibuat benda uji silinder dengan 5 type campuran yaitu dengan variasi accelerator 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, setiap type dibuat 24 buah sampel masingmasing 12 buah untuk pengujian kuat tekan dan modulus elastisitas, 12 buah untuk pengujian kuat tarik, jumlah benda uji silinder sebanyak 120 buah, yang diuji pada umur 28 hari perawatan. 2.1 Pengujian Setting Time (Waktu Pengikatan) Pengujian waktu pengikatan dilakukan pada masing masing type campuran yang sesuai dengan ASTM C 403 92 dengan urutan pekerjaan sebagai berikut : 1. Memisahkan mortar dari adukan beton dengan cara menyaring beton menggunakan saringan no.4 kedalaman wadah yang tidak menyerap. 2. Setelah diadakan pengadukan, mortar dimasukan kedalam wadah yang telah disiapkan dengan tinggi paling sedikit 5,5 in (140 mm). 3. Mengukur temperatur udara saat mulai dan selesai dilakukan pengujian, kemudian dicatat. 4. Membuang air yang ada pada permukaan mortar dengan menggunakan pipet jika terdapat air. 5. Melakukan uji penetrasi dengan menurunkan jarum penetrasi terhadap mortar uji, sampai kedalaman 1 1/16 in, dengan lama waktu sampai mencapai penetrasi 1 in sebaiknya 10 2 detik. 6. Pengujian dilakukan pada saat 3 atau 4 jam setelah kontak awal antara semen dan air. Mencatat gaya perlawanan penetrasi dan lama waktu yang telah dilalui setelah kontak awal antara air dan semen pada saat pengujian. 7. Melakukan pengujian lagi dengan selang waktu sekitar setengah jam setelah pengujian sebelumnya hingga tercapai waktu pengikatan awal dan pengikatan akhir, dengan catatan jarak lubang pengujian dalam satu sampel dengan pengujian yang lain tidak kurang dari dua kali diameter jarum penetrasi dan tidak lebih kecil dari 1/2 in. Sedangkan jarak lubang pengujian dengan pinggir wadah tidak lebih kecil dari 1in. 2.2 Pengujian Kuat Tekan Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 3, 7, 14, dan 28 hari pengujian ini menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine) dengan kapasitas 100 ton. Sebelum diuji, benda uji silinder ditimbang terlebih dahulu, kemudian pada permukaan atas sampel dilakukan capping menggunakan belerang, agar permukaan yang akan dibebani menjadi rata, sehingga beban dapat tersebar merata pada seluruh permukaan. Adapun pengujian kuat tekan dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Meletakkan silinder beton tegak (berdiri) pada plat bawah. 2. Kemudian dilakukan pembebanan (tekan) dengan kecepatan 250 Kg/detik. 3. Beban maksimum dicatat ketika silinder beton pecah. 2.3 Pengujian Kuat Tarik Beton Pengujian kuat tarik dilakukan pada umur beton 3, 7, 14 dan 28 hari, yaitu dengan cara benda uji diletakkan mendatar dengan bagian atas dan bawah benda uji dilapisi triplek, dengan tebal 5 mm, lebar 50 mm dan panjang 20 mm, dengan maksud agar beban terpusat yang diberikan menjadi beban merata sepanjang silider. Kemudian dilakukan Laksmi Irianti Penggunaan Accelerator pada 48

pembebanan seperti pada uji tekan dengan kecepatan pembebanan 250 kg /dtk. Pada saat benda uji terbelah beban maksimum dicatat (ASTM C.496 90). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengujian Kelecakan (SlumpTest) Setelah adukan beton tercampur dengan merata, dilakukan pengujian kelecakan (slump test) dengan menggunakan kerucut Abrams untuk mengetahui tingkat kemudahan pekerjaan atau kelecakan dari adukan tersebut. Hasil pengujian slump untuk masingmasing tipe campuran dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Hasil Pengujian Slump Type Campuran % Accelerator % Abu Ketel Nilai Slump (mm) BAK 0 10 15 BAKA 5 5 10 17.5 BAKA 10 10 10 20 BAKA 15 15 10 22.5 BAKA 20 20 10 25 Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa nilai slump semakin bertambah seiring kenaikan persentase accelerator, hal ini disebabkan karena accelerator digunakan sebagai bahan tambahan yang penggunaannya tidak mengurangi jumlah air, sehingga terdapat penambahan jumlah zat cair dalam adukan, selain itu juga accelerator yang digunakan memiliki sifat plasticizing yang dapat meningkatkan kelecakan adukan. 3.2 Waktu Pengikatan (Setting Time) Beton Percobaan waktu pengikatan ini adalah untuk mengetahui waktu ikat awal dan waktu ikat akhir beton. Pembuatan benda uji menggunakan adukan beton yang telah dibuat sebelumnya. Setelah dilakukan pengujian didapat hasil seperti pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Waktu Pengikatan Awal dan Akhir Beton Tipe Campuran Waktu Pengikatan Awal (menit) Waktu Pengikatan Akhir (menit) BAK 400 698 BAKA 5 257 579 BAKA 10 214 424 BAKA 15 187 314 BAKA 20 151 263 Dari Tabel 3.2 tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar persentase penambahan accelerator yang ditambahkan pada adukan beton abu ketel akan mempercepat waktu ikatan awal dan juga mempercepat waktu ikatan akhir beton hal ini sesuai dengan semakin banyak menggunakan accelerator akan semakin banyak pula kalsium klorida yang terkandung yang juga akan merpercepat pengerasan pada beton dengan kata lain bahwa laju pengerasan pada beton semakin cepat. Laksmi Irianti Penggunaan Accelerator pada 49

3.3 Kuat Tekan Beton Pada pengujian kuat tekan beton didapat data beban maksimum (P) pada saat benda uji runtuh, selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan yang ada Hasil pengujian kuat tekan beton untuk masing-masing tipe campuran dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kuat Tekan Beton Tipe Campuran BAK BAKA 5 BAKA 10 BAKA 15 Umur 3 hari 23,551 24,201 24,361 26,832 26,533 25,426 29,261 29,131 28,632 31,076 30,773 30,459 24,038 26,264 29,008 30,769 Kuat Tekan Beton, f c (Mpa) Umur7 hari 27,970 27,948 27,697 28,202 29,709 29,530 31,553 31,499 32,216 33,692 34,439 35,612 27,872 29,147 31,756 34,581 Umur1 4 hari 36,712 36,250 36,831 37,932 37,292 37,436 38,652 38,522 40,315 41,322 41,467 41,286 36,598 37,553 39,163 41,358 Umur2 8 hari 41,558 41,104 40,856 42,199 41,902 41,588 43,869 42,910 42,562 51,218 49,518 44,298 41,173 41,896 43,114 48,342 BAKA 20 32,730 32,981 33,187 32,966 39,036 40,082 40,654 39,924 47,143 46,934 46,502 46,863 58,889 55,623 54,502 56,338 Dari Tabel 3.3 dapat dibuat grafik hubungan kuat tekan beton dengan persentase penambahan accelerator, yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 60 Kuat Tekan Beto (Mpa) 50 40 30 20 10 3 Hari 7 Hari 14 Hari 0 28 Hari 0% 5% 10% 15% 20% Persentase Penambahan Accelerator (% ) Gambar 3.1 Grafik Hubungan Kuat Tekan Beton dengan Persentase Penambahan Accelerator Laksmi Irianti Penggunaan Accelerator pada 50

Dari Tabel 3.3 dan Gambar 3.1 terlihat adanya kenaikan kuat tekan pada beton abu ketel yang menggunakan accelerator dibandingkan beton abu ketel tanpa accelerator. Ini terjadi karena abu ketel dapat membuat adukan beton menjadi lebih kental dan kuat, walaupun laju pengerasan menjadi lambat. Kemudian dengan penambahan accelerator laju pengerasan beton menjadi semakin cepat, hal ini membuat kuat tekan untuk hari pengujian yang sama pada beton abu ketel yang menggunakan accelerator bisa lebih besar. Namun dapat dilihat juga bahwa peningkatan yang terjadi tidak signifikan, dan hanya pada persentase penambahan accelerator sebesar 20% yang mampu memberikan kekuatan hampir mencapai kuat tekan rencana (60 Mpa) yaitu sebesar 56,338 Mpa pada umur 28 hari. Hal ini disebabkan karena kecilnya jumlah accelerator yang ditambahkan pada adukan sehingga belum dapat mengimbangi pengaruh sifat bahan pozzolan pada abu ketel. Pada benda uji tanpa accelerator (BAK), kuat tekan yang diperoleh pada umur 28 hari hanya mencapai 41,173 Mpa atau 68,622 % dari kuat tekan rencana. Bila dibandingkan dengan hasil pada penelitian sebelumnya, pada persentase abu ketel yang sama yaitu 10 % dari berat semen, kuat tekan yang didapat mencapai 93,56 % dari kuat tekan rencana, maka hasil yang didapat pada penelitian ini jauh lebih kecil, hal ini mungkin dikarenakan perbedaan kualitas abu ketel yang digunakan, adanya penurunan kualitas, kondisi ini dipengaruhi oleh keadaan dilapangan (pabrik), mengingat rentang waktu penelitian yang cukup lama, sehingga ada kemungkinan terjadi perbedaan kualitas abu ketel yang digunakan. 3.4 Kuat Tarik Beton Pengujian kuat tarik beton dilakukan dengan memberi beban tekan pada benda uji silinder pada arah memanjang, sehingga didapat kuat tarik belah. Data yang didapat adalah beban maksimum (P) pada saat benda uji terbelah, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan kuat tarik. Hasil pengujian kuat tarik beton juga dikoreksi terlebih dahulu dengan mengacu pada faktor koreksi pada kuat tekan beton. Hasil pengujian kuat tarik beton untuk masing-masing tipe campuran dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Kuat Tarik Beton Tipe Campuran BAK BAKA 5 BAKA 10 BAKA 15 Umur 3 hari 2,393 2,420 2,423 2,687 2,688 2,699 2,814 2,890 2,412 2,691 2,870 2,907 2,981 3,076 3,050 Kuat Tarik Beton, f ct (Mpa) Umur7 hari 2,733 2,754 2,811 2,920 2,934 2,939 3,052 3,099 2,766 2,931 3,099 3,147 3,556 3,374 3,473 Umur1 4 hari 3,567 3,569 3,599 3,628 3,658 3,768 3,875 3,913 3,578 3,685 3,942 4,038 4,039 4,161 4,087 Umur2 8 hari 3,938 3,961 3,978 4,015 4,120 4,159 4,206 4,226 3,959 4,098 4,239 4,285 4,325 4,327 4,330 Laksmi Irianti Penggunaan Accelerator pada 51

Tipe Campuran BAKA 20 Kuat Tarik Beton, f ct (Mpa) Umur Umur7 Rata- Umur1 Rata- Umur2 Rata- 3 hari hari rata 4 hari rata 8 hari rata 3,093 3,489 4,062 4,338 3,241 3,835 4,242 4,421 3,271 3,261 3,915 3,934 4,371 4,361 5,368 5,056 3,271 4,052 4,470 5,380 Dari Tabel 3.6 dapat dibuat grafik hubungan kuat tarik beton dengan persentase penambahan accelerator, yang terlihat pada Gambar 3.4 6 Kuat Tarik Beton (Mpa) 5 4 3 2 1 0 0% 5% 10% 15% 20% Persentase Penambahan accelerator (% ) 3 Hari 7 Hari 14 Hari 28 Hari Gambar 3.2 Grafik Hubungan Kuat Tarik Beton dengan Persentase Penambahan Accelerator Dari Tabel 3.4 dan Gambar 3.2 terlihat juga adanya kenaikan nilai kuat tarik pada beton abu ketel yang menggunakan accelerator dibandingkan beton abu ketel tanpa accelerator. Namun sama dengan kuat tekan, kenaikan nilai kuat tarik belah ini tidak signifikan, tetapi masih berada antara 9% - 15 % dari nilai kuat tekan, yang berarti masih sesuai dengan teori. 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium dan analisa hasil, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Semakin besar jumlah accelerator yang ditambahkan kedalam adukan semakin besar nilai slump yang didapat. Hal ini dikarenakan penambahan accelerator tidak mengurangi jumlah air dalam adukan, serta adanya sifat plasticizing didalam accelerator yang dapat menambah kelecakan adukan. 2. Semakin besar persentase accelerator yang ditambahkan pada adukan semakin cepat pula waktu pengikatan awal dan akhir beton. Hal ini sesuai dengan fungsi accelerator yaitu mempercepat laju pengerasan. Laksmi Irianti Penggunaan Accelerator pada 52

3. Penggunaan abu ketel terbukti mampu meningkatkan kekuatan beton dengan menciptakan adukan beton yang lebih kental dan kuat, kemudian dengan penambahan accelerator laju pengerasan beton menjadi lebih cepat, sehingga beton mampu mencapai kekuatan yang lebih besar untuk hari pengujian yang sama bila dibandingkan dengan beton abu ketel tanpa accelerator. 4. Secara umum semakin besar persentase accelerator yang ditambahkan pada adukan nilai kuat tekan yang didapat menjadi lebih besar. Namun peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Bila dibandingkan dengan beton abu ketel tanpa accelerator (BAK), kuat tekan pada beton abu ketel yang menggunakan accelerator (BAKA) lebih besar, yaitu mencapai 36,832 % untuk BAKA-20. 5. Kuat tarik beton abu ketel dengan accelerator secara umum juga lebih besar seiring dengan peningkatan persentase accelerator. Bila dibandingkan dengan beton abu ketel tanpa accelerator (BAK), kuat tarik pada beton abu ketel yang menggunakan accelerator (BAKA) lebih besar, yaitu mencapai 27,709 % untuk BAKA-20. 4.2 Saran 1. Secara umum penggunaan accelerator dapat membantu mempercepat pengerasan, sehingga kekuatan yang lebih besar lebih cepat didapatkan, namun kadar/persentase yang optimum ataupun ekonomis masih perlu diteliti lagi, khususnya untuk beton abu ketel mutu tinggi. 2. Karena pada beton mutu tinggi rasio air semennya kecil dan penggunaan accelerator tergantung dari jumlah air, perlu kiranya dilakukan penelitian untuk persentase penambahan accelerator diatas 20 %. 3. Perlu juga dilihat apakah kekuatan beton abu ketel dengan penambahan accelerator diatas 28 hari (56 hari) akan terus meningkat DAFTAR PUSTAKA Annual Book of ASTM Standart. 1994. Concrete and Aggregates. American Society for Testing and Materials. Philadelphia. Diphohusodo, Istimawan. 1996. Struktur Beton Bertulang. PT. Gramedia Pustaka Utama. Dodson, V. Concrete Admixture. Struktur Enggenering series. Irianti, Laksmi. Pengaruh Abu Ketel Sebagai Bahan Tambahan Dalam Desain Beton Mutu Tinggi. Jurnal Penelitian Rekayasa Sipil dan Perencanaan, No 2, Juni 1999. SK SNI T-15-1991-03. 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.Departemen Pekerjaan Umum. Yayasan LPMB. Bandung. Troxell, George Earl, Harmer E. Davis. 1956. Composition and Properties of Concrete. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York. Wahyudi, L. dan Syahril A.Rahim. 1999. Struktur Beton Bertulang Standar Baru SNI T- 15-1991-03. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Laksmi Irianti Penggunaan Accelerator pada 53