BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis. penggunaan keempat keterampilan berbahasa tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. gerak-gerik badaniah yang nyata (Keraf, 1993: 2). Dengan bahasa, setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ruang yang tidak hanya mengantarkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. tulisan. Keterampilan dan kemampuan berbahasa sangat berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas utama seorang pendidik adalah menyelenggarakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis ini tidak semua orang menyukai, apalagi menguasai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. makna kata-kata secara individul akan dapat diketahui. diharapkan dapat melatih kreatifitas dan keterampilan siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memproduksi yaitu menghasilkan

Mengingat pentingnya bahasa tersebut, maka dalam dunia pendidikan perlu. mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia pun

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. akhlak mulia, serta keterampilan. Salah satu aspek yang dibutuhkan dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Inti dari pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan

tetapi tidak akan menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. pembelajaran merupakan tercapainya perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang dalam mengaktuslisasikan dirinya sepenuhnya dan selengkapnya

garis awal atau start sampai dengan finish atau rencana dan pengaturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses ketercapaian ilmu dari berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkembang. Kemudian proses pembelajaran dapat dilakukan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperhatikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir Tarigan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat evolutif, antisipatif, dan terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk membentuk kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. edu-katif tergambarkan dengan adanya interaksi yang terjadi antar guru dengan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN. A. Pembelajaran Memproduksi Teks Ulasan Berdasarkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan atau kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. beratkan pada keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

dalam sebuah penelitian. Dari keempat keterampilan berbahasa membaca merupakan kegiatan penting dalam pembelajaran. Membaca merupakan seni atau art

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas X SMK Medikacom Kota Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipungkiri, karena pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Namun pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kegiatan pembelajaran yang terjadi. Seperti halnya seorang tenaga

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan sehingga akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, kita dapat berkomunikasi dengan cara yang hampir tanpa batas. Menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writting) merupakan empat keterampilan berbahasa yang harus ditingkatkan kemampuannya. Selain meningkatkan keempat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh pengguna bahasa, sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan tentu kita pun harus memperhatikan kesalahan yang dilakukan dalam penggunaan keempat keterampilan berbahasa tersebut. Kesalahan dalam berbahasa tentu sering kita temui bahkan kita alami sebagai pengguna bahasa. Khususnya dalam menulis, kesalahan yang disadari ataupun tidak disadari tentu perlu diperbaiki agar makna yang terkandung dapat tersampaikan dengan baik pada pembaca. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meminimalisir kesalahan dalam menulis adalah dengan menyunting. Kegiatan menyunting yaitu kegiatan menganalisis atau menemukan dan memperbaiki kesalahan yang ada dalam teks siap cetak. seperti yang diungkapkan Mulyasa (2013:13) sebagai berikut, Rendahnya mutu pendidikan membutuhkan penanganan yang menyeluruh, karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan suatu bangsa. Pendidikan yang diselenggarakan di setiap satuan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, bahkan yang dilakukan di lembaga-lembaga nonformal dan informal seharusnya 1

2 dapat menjadi landasan bagi pembentukan pribadi peserta didik, dan masyarakat pada umumnya. Menarik kesimpulan dari pendapat Mulyasa di atas bahwa rendahnya pengetahuan akan mempengaruhi pembentukan pribadi serta kebiasaan yang sering dilakukan. Maka dari itu, jika kesalahan yang anak lakukan tidak diperbaiki akan menjadi kesalahan yang membudaya dikemudian hari. Tugas pendidik adalah untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh siswa, salah satunya yakni kesalahan dalam menulis. Bukan hanya tugas pendidik dalam mengarahkan terhadap hal yang lebih baik, tentu semua pihak berperan penting dalam mengedukasi anak agar menjadi pribadi yang cermat. Dengan pembelajaran menyunting sebuah tulisan akan membuat siswa mengetahui serta mampu memperbaiki kesalahan dalam sebuah tulisan. Diungkapkan oleh Putrayasa (2010:81) Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pemakaiannya, sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Putrayasa dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kaidah yang berlaku. Kaidah bahasa yang dimaksud salah satunya adalah penggunaan kaidah struktur kalimat efektif. Semakin baik struktur kalimat yang digunakan oleh penulis atau pembicara akan semakin mudah menyampaikan pesan yang dimaksud kepada lawan tutur. Dalam kurikulum 2013 terdapat beberapa teks yang harus disunting baik dalam aspek ejaan, diksi ataupun struktur kalimat. Salah satu teks yang harus siswa

3 perbaiki adalah teks negosiasi. Kosasih (2014:93-94) mengatakan bahwa kaidah kebahasaan dalam teks negosiasi ditandai dengan beberapa keberadaan kalimat berita, kalimat tanya, kalimat permohonan, kalimat bersyarat dll. Mengacu pada hal yang diungkapkan oleh Kosasih maka dapat disimpulkan bahwa kaidah kebahasaan yang terdiri dari beberapa jenis kalimat tersebut haruslah mengacu pada kaidah struktur klimat efektif. Semakin efektif kaidah kebahasaan dalam sebuah teks maka akan semakin jelas pesan yang ingin disampaikan oleh si penutur. Pada dasarnya seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Tiap-tiap kelas memiliki kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran. Maka dari itu, dalam penelitian ini penulis memilih metode pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran menyunting sebuah teks negosiasi yang berfokus pada kaidah struktur kalimat efektif. Metode pembelajaran discovery learning menuntun siswa dalam menemukan sesuatu, seiring dengan pembelajaran menyunting yang menugaskan siswa menganalisis kesalahan lalu memperbaikinya. Kesalahan yang difokuskan

4 dalam penelitian ini adalah kesalahan kaidah struktur kalimat efektif dalam teks negosiasi. Dari latar belakang yang telah diungkapkan penulis diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning bagi siswa kelas X SMAN 1 Soreang tahun pelajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan penulis, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terdapat dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Terutama dalam pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning. Identifikasi masalah yang dikemukakan yaitu sebagai berikut. 1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyunting sebuah teks bacaan menjadi pencapaian penulis. 2) Salah satu keterampilan menyunting teks bacaan yang perlu dikuasai siswa adalah menyunting kaidah struktur kalimat efektif. 3) Penggunaan metode pembelajaran yang kurang kreatif dapat membuat siswa mudah bosan dan tidak tertarik dengan materi yang disajikan. Ketiga identifikasi masalah di atas merupakan masalah yang ditemukan peneliti sehingga peneliti menemukan judul penelitian. Identifikasi masalah ini akan menjadi acuan dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

5 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikembangkan. Maka penulis merumuskan masalah sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah, sebagai berikut. 1) Seberapa mampukah penulis melaksanakan pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning bagi siswa kelas X SMAN 1 Soreang? 2) Seberapa mampukah siswa kelas X SMAN 1 Soreang menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning? 3) Seberapa efektifkah metode discovery learning digunakan dalam pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif bagi siswa kelas X SMAN 1 Soreang? 1.4 Batasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti membuat batasan masalah sebagai berikut. 1) Kemampuan penulis yang diukur terbatas pada perencanaan yang meliputi penyusunan perangkat pembelajaran (RPP, silabus, LKS, evaluasi dan bahan ajar) pelaksanaan dan penilaian pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif dengan

6 menggunakan metode discovery learning bagi siswa kelas X SMAN 1 Soreang. 2) Kemampuan siswa kelas X SMAN 1 Soreang yang diukur adalah keterampilan menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning. Kaidah struktur kalimat efektif yang akan disunting adalah struktur kehematan yang mencakup pengulangan subjek, penggunaan hiponim dan penggunaan kata depan dari dan daripada. 3) Ketercapaian metode pembelajaran metode discovery learning diukur dari kemajuan pengetahuan siswa dari pretest ke postest dalam pembelajaran menyunting teks negosiasi. 1.5 Tujuan Penelitian Peneliti menyampaikan tujuan yang akan menjadi pencapaian yang harus dicapai oleh peneliti setelah melaksanakan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1) untuk mengetahui kemampuan penulis dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning pada siswa kelas X SMAN 1 Soreang;

7 2) untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X SMAN 1 Soreang dalam menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning; 3) untuk mengetahui keefektifan metode discovery learning digunakan dalam pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif pada siswa kelas X SMAN 1 Soreang. 1.6 Manfaat Penelitian Segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia tentu diharapkan memiliki manfaat bagi dirinya atau bagi lingkungan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan ini, tentu harus memberikan manfaat. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagi penulis, penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam melakukan praktik penelitian pembelajaran bahasa dalam keterampilan menulis. Selain itu, dengan penelitian ini penulis dapat meningkatkan kreatifitas dan kompetensi dalam mengajar. Dari hasil penelitian ini pula dapat mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa saat pembelajaran menyunting sebuah teks. Penulis pun diberi pengetahuan lebih mengenai penggunaan metode discovery learning dalam pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif pada siswa kelas X SMAN 1 Soreang. 2) Bagi guru pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode untuk pembelajaran

8 bahasa Indonesia. Serta sebagai referensi dalam pengajaran menyunting teks negosiasi di dalam kelas. 3) Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memotivasi siswa untuk terus berlatih menulis dengan baik dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap kalimat yang kurang efektif dalam sebuah teks. Serta dengan metode pembelajaran yang bervariasi dapat memancing minat siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia. 1.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan deskripsi mengenai keadaan atau kondisi awal dari permasalahan penelitian sampai dengan akhir setelah diberikannya perlakuan dalam penelitian. Dalam kerangka pemikiran peneliti menceritakan secara singkat untuk menggambarkan kronologis penelitian. Kerangka dapat mencakup rencana penelitian secara singkat mengenai judul penelitian Pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning bagi siswa kelas X SMAN 1 Soreang tahun pelajaran 2015/2016.

9 Bagan 1.1 Kondisi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kondisi Awal Guru kurang kreatif dan inovatif. Siswa kurang tertarik dan cepat bosan. Tindakan Guru menggunakan metode pembelajaran discovery learning. Pembelajaran yang aktif dan kreatif Kondisi Akhir Menggunakan metode pembelajaran baru berhasil dilaksanakan. Meningkatakan kemampuan siswa dalam menyunting teks negosiasi. Pembelajaran Menyunting Teks Negosiasi Berfokus pada Kaidah Struktur Kalimat Efektif Dengan Menggunakan Metode Discovery Learning bagi Siswa Kelas X SMAN 1 Soreang Tahun Pelajaran 2015/2016

10 Kerangka pemikiran diatas dapat dideskripsikan sebagai berikut. Pada kondisi awal pembelajaran menyunting teks negosiasi siswa merasa bosan dan tidak tertarik pada materi yang disajikan karena pemilihan metode pembelajaran yang kurang kreatif dan efektif. Setelah diberi tindakan siswa menjadi aktif dan kreatif di dalam kelas karena guru menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Di dalam kondisi akhir terlihat hasil akhirnya yaitu, siswa mampu menyunting teks negosiasi berfokus pada kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning. 1.8 Asumsi dan Hipotesis atau Pertanyaan Peneliti 1) Asumsi Dalam penelitian ini penulis, mempunyai asumsi sebagai berikut: a. Penulis telah lulus perkuliahan MKDK (Mata Kuliah Dasar Keguruan) di antaranya Penulis beranggapan telah mampu mengajarkan bahasa dan satra Indonesia telah mengikuti perkuliahan Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) di antaranya: Pendidikan Pancasila, Penglingsosbudtek, Intermediate English For Education, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan; Mata Kuliah Keahlian (MKK) di antaranya: Teori Sastra Indonesia, Teori dan Praktik Menyimak, Teori dan Praktik Komunikasi Lisan; Mata Kuliah Berkarya (MKB) di antaranya: Analisis Kesulitan Membaca, SBM Bahasa dan Sastra Indonesia, Penelitian Pendidikan; Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB) di antaranya: Pengantar Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Profesi Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran; Mata

11 Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) di antaranya: PPL I (Microteaching), KPB dan peneliti telah lulus PPL 2 sehingga peneliti mampu melaksanakan penelitian langsung di dalam kelas. b. Siswa kelas X telah menguasai struktur serta kaidah kebahasaan teks negosiasi. Sehingga penulis beranggapan bahwa siswa kelas X mampu menyuntig teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif. c. Metode pembelajaran yang memunculkan keaktifan dan kekreatifitasan siswa salah satunya adalah metode pembelajaran discovery learning. Di dalam langkah-langkah pembelajaran siswa berperan aktif dalam menganalisis, menemukan dan memperbaiki teks negosiasi yang diberikan baik secara kelompok atau perorangan. Sesuai dengan pernyataan Suryosubroto (2002:193) Discovery adalah proses mental siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan sebagainya. 2) Hipotesis Dalam penelitian ini, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: a. Penulis mampu melaksanakan pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning bagi siswa kelas X SMAN 1 Soreang tahun pelajaran 2015/2016.

12 b. Siswa kelas X SMAN 1 Soreang mampu mengikuti pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning. c. Metode discovery learning efektif digunakan dalam pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada kaidah struktur kalimat efektif bagi siswa kelas X SMAN 1 Soreang. 1.9 Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan atau salah penafsiran terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian. Istilah-istilah dalam judul penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran adalah suatu proses menyampaikan dan menerima informasi serta tolak ukur kemampuan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. 2) Menyunting adalah sebuah kegiatan menganalisis atau menemukan serta memperbaiki kesalahan yang terkandung dalam sebuah teks yang siap cetak, agar tidak terjadi kesalah pahaman. 3) Teks negosiasi merupakan teks dialog interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda. 4) Kaidah struktur kalimat efektif merupakan kalimat yang strukturnya mencakup kalimat umum, kalimat paralel dan kalimat periodik. Selain itu kalimat efektif

13 harus mengandung ciri-ciri kalimat efektif yakni kesatuan, kehematan, penekanan dan kevariasian. 5) Metode discovery learning adalah metode pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan ide dan kreativitas siswa melalui kegiatan dan langkahlangkah kegiatannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning adalah pembelajaran yang melatih siswa untuk kreatif dan kritis menghadapi teks yang disajikan, serta dalam kegiatan pembelajaran dapat melatih siswa dalam menerapkan wawasan dan keterampilannya dalam menemukan dan memperbaiki kesalahan berbahasa. Kegiatan ini jika menjadi kebiasaan (habbit) dapat meningkatkan aspek kebahasaan setiap siswa dan meningkatkan sikap kritis dalam dirinya. 1.10 Struktur Organisasi Skripsi Dalam penyusunan skripsi yang berjudul pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning ini, penulis memaparkan dalam 5 bab dengan ketentuan sebagai berikut: BAB I Dalam bab ini penulis memaparkan pendahuluan yang didalamnya berisi tentang latar belakang pelaksanaan penelitian. Selain itu penulis memaparkan perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, kerangka pemikiran

14 sampai dengan definisi operasional yang menyampaikan definisi setiap variabel yang digunakan oleh penulis. Dalam bab ini diharapkan pembaca dapat tergambarkan mengenai penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis. Dengan tersusunnya bab ini menjadi awalan dari langkah berikutnya yang akan dilaksanakan peneliti dalam melaksankan penelitian. Penulis menyampaikan secara terperinci alasan dan sebab dilakukannya penelitian yang berjudul pembelajaran menyunting teks negosiasi berfokus pada penggunaan kaidah struktur kalimat efektif dengan menggunakan metode discovery learning. Daam bab ini penulis hanya memperkenalkan masalah yang muncul dalam penelitian. BAB II Pada bab II berisikan tentang kajian teori dari berbagai sumber yang meyakinkan serta analisis pengembangan materi pelajaran yang diteliti. Di dalam bab ini penulis mengemukakan pendapat serta memberikan kutipan dari berbagai sumber terpercaya untuk menguatkan teorinya. Penulis menyusun dan merancang penyampaian teori dengan efektif agar tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Dalam bab ini penulis melakukan studi pustaka terhadap setiiap variabel yang disajikan. Penulis berharap dengan berbagai sumber yang digunakan dari para ahli akan membantu penulis dalam menyampaikan materi dengan baik. Selain itu, dalam bab ini penulis mendapatkan banyak informasi dan wawasan akan objek penelitian yang sedang dilaksanakan.

15 BAB III Bab III di dalamnya berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian. Dalam komponen-komponen yang disajikan penulis menyampaikan persiapan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Komponenkomponen yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Metode penelitian 2) Desain Penelitian 3) Partisipan 4) Instrumen penelitian 5) Prosedur penelitian 6) Rancangan analisis data Berdasarkan komponen di atas, penulis menggambarkan rencana dan persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian di lapangan. Sehingga data akan diperoleh dan dapat diolah pada bab selanjutnya. Dalam bab ini instrumen penelitian menjadi hal yang penting dalam pengumpulan data (data collection). Selain untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam instrumen penelitian terdapat penilaian terhadap pelaksanaan penelitian oleh penulis yang dilakukan oleh guru mata pelajaran di tempet penelitian. BAB IV Pada bab IV penulis menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua hal utama yaitu:

16 1) Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pernyataan penelitian, hipotesis tujuan penelitian, dan 2) Pembahasan atau analisis temuan. Dalam pengolahan atau analisis data penulis melakukan perhitungan secara statistika. Penulis mengolah data agar mendapatkan hasil yang kongkrit dari penelitian yang dilakukan. Setelah hasil didapatkan maka penulis dapat menyimpulkan keberhasilan penelitian yang dilakukan. BAB V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Penulis menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Dalam bab ini penulis berharap pembaca dapat memaknai serta memanfaatkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan penulis. Selain itu penulis memberikan saran terkait penelitian yang dilakukan. Saran yang diberikan diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, pengajar, peserta didik maupun kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.