PROSES PENYELESAIAN PERKARA UTANG- PIUTANG ANTARA DEBITUR DENGAN KREDITUR (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO)

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERKARA UTANG-PIUTANG ANTARA DEBITUR DENGAN KREDITUR (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO)

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN PERKARA WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

TINJAUAN YURIDIS PROSES PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

PROSES PENYELESAIAN PERKARA HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN KEPERCAYAAN (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) Oleh : Sulistya Dwi Nugroho C

SKRIPSI PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN UTANG PIUTANG ANTARA DEBITUR DENGAN KOPERASI SERBA USAHA SARI JAYA

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN UTANG PIUTANG ANTARA DEBITUR DENGAN KOPERASI SERBA USAHA SARI JAYA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA HAK ATAS TANAH YANG DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT DI BANK (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA KREDIT MACET. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klaten) NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN SEPIHAK OLEH PEMBELI TERKAIT PEMBELIAN SEPERANGKAT GAMELAN

ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN OBLIGASI NEGARA RITEL

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

AKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

TINJAUAN HUKUM MENGENAI JUAL BELI RUMAH DENGAN OPER KREDIT (Studi Kasus Putusan Nomor : 71/Pdt.G/2012/PN.Skh) Oleh : NOVICHA RAHMAWATI NIM.

Oleh: GALIH PRIYONO C

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

POLA PENYELESAIAN CESSIE DALAM KEGIATAN PERBANKAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG UBUD

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

Aspek Hukum Perjanjian Sewa Beli

PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG NON-KONTRAKTUAL DENGAN JAMINAN BENDA BERGERAK (Studi Perlindungan Hukum yang Proporsional bagi Para Pihak)

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMAKAIAN ARUS LISTRIK PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG WONOGIRI

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN

PROSES PENYELESAIAN PERKARA HAK ATAS TANAH YANG DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT DI BANK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

PELAKSANAAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL-BELI SMARTPHONE MELALUI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT ADIRA QUANTUM CABANG DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

PROSES PENYELESAIAN PERKARA WANPRESTASI TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PADA PT BPR. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

PENYELESAIAN SENGKETA HAK ATAS TANAH YANG DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT DI BANK

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENETAPAN BUNGA TINGGI DAN ASAS KEPATUTAN DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk kredit atau pinjaman.

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

Transkripsi:

PROSES PENYELESAIAN PERKARA UTANG- PIUTANG ANTARA DEBITUR DENGAN KREDITUR (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: NADYA SHOVWATUSH SHOBAH C100130282 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 i

PROSES PENYELESAIAN PERKARA UTANG-PIUTANG ANTARA DEBITUR DENGAN KREDITUR (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO) ABSTRAK Kegiatan pinjam-meminjam uang atau istilah yang lebih dikenal sebagai utangpiutang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan bermasyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat utama dalam pembayaran. Peristiwa yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian utang-piutang seringkali utang yang wajib dibayarkan tidak berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan. Debitur dapat dianggap telah melakukan wanprestasi terhadap perjanjian utangpiutang yang disepakati tersebut. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian perkara utang-piutang antara debitur dengan kreditur. Metode penelitian menggunakan metode pendekatan normatif yang bersifat deskriptif. Adapun jenis data terdiri dari data sekunder dan data primer. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, studi lapangan dan wawancara. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan metode analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa wanprestasi yang dilakukan oleh debitur menimbulkan suatu tanggung jawab hukum yang harus diterimanya yaitu debitur dituntut untuk membayar ganti rugi atas tidak terpenuhinya prestasi debitur tersebut. Majelis Hakim telah memperoleh fakta-fakta hukum dan menyimpulkan bahwa terbukti telah terjadi peristiwa wanprestasi atas perjanjian utang-piutang, sehingga Majelis Hakim dalam perkara ini telah menjatuhkan putusan yang menyatakan menurut hukum Tergugat mempunyai hutang kepada Penggugat; menyatakan menurut hukum Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi; menghukum Tergugat untuk melunasi seluruh hutang beserta membayar bunganya. Kata Kunci: perjanjian utang-piutang, wanprestasi, tanggung jawab hukum ABSTRACT Borrowing or borrowing activities that are better known as debts have been made for a long time in the lives of people who have known money as a major means of payment. Events that occur in the execution of debt-settlement agreements often owed the obligation to be paid does not run smoothly in accordance with what has been promised. The Borrower may be deemed to have defaulted on the agreed loan agreements. This study aims to find out how the settlement of debts matters between the debtor and the creditor. Research methods use normative approaches that are descriptive. The data type consists of secondary data and primary data. Technique of collecting data using library study, field study and interview. After data is collected then analyzed by qualitative data analysis method. Based on the results of the study and discussion it can be concluded that the defaults made by the debtor raises a legal liability that must be accepted ie the debtor is required to pay compensation for the unfulfilled performance of the debtor. The Judicial Council has obtained legal facts and concludes that there has been a prolonged occurrence of default on the loan agreements, so the Assembly of Judges in this matter has sent a verdict stating that according to the law Defendant has a debt to the Plaintiff; Declare under the law Defendants have committed acts of torture; Punish the Defendant to settle the entire debt and pay the interest. Keywords: debt-receivable agreements, defaults, legal liability 1

1. PENDAHULUAN Kegiatan pinjam-meminjam uang atau istilah yang lebih dikenal sebagai utang-piutang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan bermasyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat utama dalam pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan pinjam meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan kegiatan ekonominya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. 1 Perjanjian utang-piutang uang termasuk dalam jenis perjanjian pinjammeminjam, hal ini telah diatur dan ditentukan dalam Pasal 1754 KUHPerdata yang secara jelas menyebutkan bahwa, Perjanjian Pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah terntentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. 2 Pengertian perjanjian utang piutang disini merupakan perjanjian antara pihak yang satu (kreditur) dengan pihak lainnya yang dalam hal ini adalah pihak yang menerima pinjaman uang tersebut (debitur) dan objek yang diperjanjikan pada umumnya adalah uang. Dimana uang yang dipinjam itu akan dikembalikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yang diperjanjikannya. 3 Pada dasarnya, perjanjian utang-piutang merupakan persetujuan yang berbentuk bebas. Tetapi walaupun berbentuk bebas, terdapat juga pengecualian khusus mengenai besarannya bunga yang diperjanjikan. Khusus mengenai besarannya bunga yang diperjanjikan mesti dinyatakan secara tertulis (Pasal 1767 ayat 2 KUHPerdata). 4 Perjanjian utang-piutang terdapat unsur pokok yang ada didalamnya yaitu sebuah rasa kepercayaan dari pihak kreditur sebagai pemberi utang terhadap debitur sebagai penerima utang. Kepercayaan tersebut timbul karena dipenuhi segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit (utang) oleh debitur. 1 M Bahsan, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal 1. 2 Gatot Supramono, 2013, Perjanjian Utang Piutang, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Hal 9. 3 Ibid., 4 M Yahya Harahap, Op.Cit., Hal 302. 2

Makna dari kepercayaan tersebut adalah adanya keyakinan dari kreditor bahwa utang yang diberikan akan sungguh-sungguh diterima kembali dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. 5 Namun peristiwa yang banyak terjadi dalam pelaksanaan perjanjian utangpiutang seringkali utang yang wajib dibayarkan tidak berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan. Dalam keadaan yang sedemikian rupa maka debitur dapat dianggap telah melakukan wanprestasi terhadap perjanjian utangpiutang yang disepakati tersebut. Wanprestasi merupakan suatu peristiwa atau keadaan dimana debitur tidak memenuhi kewajiban prestasi perikatannya dengan baik. 6 Sedangkan menurut pendapat M Yahya Harahap, pengertian wanprestasi merupakan pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut yang selayaknya diperjanjikan. 7 Wanprestasi diatur pada Pasal 1238 KUHPerdata yang menyatakan bahwa Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Namun untuk dapat dinyatakan debitur wanprestasi, maka harus melalui Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Dengan demikian proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam perjanjian utang-piutang, langkah yang harus dilakukan adalah kreditur mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri atas dasar bahwa debitur telah melakukan wanprestasi terhadap perjanjian utang-piutang. Jika amar Putusan Pengadilan menyatakan bahwa debitur telah melakukan wanprestasi. 8 Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini (1) Bagaimana tanggung jawab hukumnya apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi dalam perjanjian utang-piutang? (2) Bagaimana Hakim dalam menentukan pembuktian 5 Putu Vera Widyantari, 2014, Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Perbankan Dengan Jaminan Tanah Yang Belum Bersertifikat Sebelum Proses Pendaftaran Jaminan Tanah Selesai Ditinjau Dari Undang-Undang No 4 Tahun 1996 (Tesis Tidak Diterbitkan), Denpasar: Universitas Udayana Denpasar, Hal 1. 6 J. Satrio, 2012, Wanprestasi Menurut KUHPerdata, Doktrin, Dan Yurisprudensi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, Hal 2. 7 M Yahya Harahap, Op.Cit., Hal 60. 8 Langkah-Langkah Penyelesaian Kredit Macet, Diakses dari www.hukumonline.com, pada tanggal 20 April 2015, Pukul 14.30 WIB. 3

atas perkara utang-piutang antara debitur dengan kreditur? (3) Bagaimana pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan atas perkara utang-piutang antara debitur dengan kreditur dan bagaimana akibat hukum terhadap putusan hakim tersebut? Tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) Untuk mengetahui tanggung jawab hukum apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi dalam perjanjian utang-piutang. (2) Hakim dalam menentukan pembuktian atas perkara utangpiutang antara debitur dengan kreditur. (3) Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan atas perkara utang-piutang antara debitur dengan kreditur dan bagaimana akibat hukum terhadap putusan hakim tersebut. Sedangkan manfaat yang diharapkan dapat diambil yaitu (1) Dapat memberikan pengetahuan dan penambahan wawasan bagi pribadi penulis, khususnya agar penulis lebih memahami dengan baik mengenai perkembangan hukum yang mengatur tentang proses penyelesaian perkara utang-piutang antara debitur dengan kreditur. (2) Dapat memberikan pengetahuan, penambahan wawasan kepada masyarakat luas dan khususnya dapat memberikan informasi dan pengetahuan hukum mengenai perkembangan hukum yang mengatur tentang proses penyelesaian perkara utang-piutang antara debitur dengan kreditur. 2. METODE Secara metodologis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian menggunakan metode normatif. Karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga Negara yang berwenang atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah /norma merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. 9 Jenis kajian dalam penelitian ini bersifat Deskriptif. Penelititan deskriptif ini pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu obyek tertentu. 10 Yang dalam penelitian ini, penulis 9 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal 118. 10 Bambang Sunggono, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal 35. 4

akan mendeskripsikan mengenai perkembangan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara utang-piutang antara debitur dengan kreditur. Data-data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: Data sekunder yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data secara Kualitatif. Dengan menganalisis data sekunder yang dihubungkan data primer, kemudian dilakukan pengumpulan dan penyusunan data secara sistematis serta menguraikannya dengan kalimat yang teratur sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tanggung Jawab Hukum Apabila Salah Satu Pihak Melakukan Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang-Piutang Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor: 45/Pdt.G/2012/PN.Skh, pada intinya Tergugat dinyatakan telah melakukan wanprestasi yaitu tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar hutangnya. Tergugat mempunyai hutang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS kepada Penggugat sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah). Menurut Pasal 1883 KUHPerdata, wanprestasi seorang debitur salah satu diantaranya yaitu Debitur tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya. Oleh karena itu perbuatan Tergugat yang tidak membayar hutangnya tersebut, Tergugat dianggap telah melakukan wanprestasi. Karena masuk sebagaimana kriteria yang telah dijelaskan dalam Pasal 1883 KUHPerdata yaitu Debitur tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, maka debitur harus bertanggung jawab. Terhadap wanprestasi yang dilakukan oleh debitur menimbulkan suatu tanggung jawab hukum yang harus diterimanya yaitu debitur dituntut untuk membayar ganti rugi atas tidak terpenuhinya prestasi debitur tersebut. Yang menurut Pasal 1243 KUHPerdata, pengertian ganti rugi perdata lebih menitikberatkan pada ganti kerugian karena tidak terpenuhinya suatu perikatan, 5

yakni kewajiban debitur untuk mengganti kerugian kreditur akibat kelalaian pihak debitur yang melakukan wanprestasi. Ganti kerugian tersebut meliputi: a) Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan; b) Ganti kerugian atas kesalahan Tergugat (debitur); c) Bunga atau keuntungan yang diharapkan. Atas wanprestasi yang dilakukan Tergugat, maka dalam putusannya Tergugat dijatuhi hukuman harus bertanggung jawab untuk melunasi hutang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) kepada Penggugat sekaligus dan seketika serta menghukum Tergugat untuk membayar bunga kepada Penggugat sebesar 6% per tahun dari jumlah hutang pokok Rp 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dihitung sejak putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap. 3.2 Hakim Dalam Menentukan Pembuktian Atas Sengketa Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang-Piutang Antara Debitur Dengan Kreditur Penggugat Telah mengajukan gugatan secara tertulis yang didaftarkan pada Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sukoharjo, dengan mengajukan dalil gugatan yang pada intinya: Bahwa antara Penggugat dan Tergugat menjalin hubungan perjanjian utang-piutang yaitu Tergugat minta kepada Penggugat untuk disediakan kertas serta mencetak LKS (Lembar kerja siswa) miliknya, maka sejak 6 Juni 2009 sampai dengan 12 Agustus 2009 Proyek LKS Tergugat telah dikerjakan oleh Penggugat yang sampai sekarang belum terbayar lunas atau masih berhutang sebesar Rp 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) yaitu biaya pembelian kertas dan ongkos cetak. Dalam hal ini Tergugat telah menyampaikan jawaban/bantahan, yaitu yang pada intinya sebagai berikut: Tergugat tetap menolak seluruh dalil-dalil yang disampaikan Penggugat dalam gugatan, Penggugat dalam mengerjakan proyek LKS (Lembar Kerja Sekolah) tersebut telah melewati jatuh tempo, sehingga Tergugat mengirimkan hasil pekerjaan Penggugat tersebut kepada pemilik proyek menjadi terlambat. Oleh karena melewati jatuh tempo, maka pemilik proyek mengembalikan semua hasil pekerjaan tersebut kepada tergugat dan pemilik 6

proyek tidak mau membayar kepada Tergugat. Dengan tidak dibayarnya proyek tersebut, maka tergugat menanggung beban kerugian. Dengan demikian, berdasarkan gugatan Penggugat dan jawaban Tergugat yang telah didalilkan setelah dihubungkan dengan alat-alat bukti yang diajukan dalam persidangan, baik berupa bukti tertulis maupun bukti saksi. Maka ditemukan fakta-fakta hukum sebagai berikut: 1) Benar, antara Penggugat dengan Tergugat terjadi hubungan perjanjian utang-piutang, serta dikuatkan dengan bukti P-4 yang berupa Foto copy Surat Pernyataan dari Tergugat tertanggal 31 Januari 2012 yang menyatakan akan membayar hutangnya pada Penggugat. 2) Benar, Tergugat belum membayar hutang kepada Penggugat sebesar Rp 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah). Hal tersebut telah diperkuat keterangan saksi yang bernama G Simon Hariyanto yang pada intinya menyatakan Penggugat telah menagih hutang di tempatnya Tergugat sejak Tahun 2010 dan sampai sekarang gugatan ini diajukan, utang tesebut belum dibayar. Dari fakta-fakta hukum tersebut sehingga dapat diambil Kesimpulan Pembuktian yaitu terbukti telah terjadi peristiwa Perbuatan Wanprestasi sebagaimana sesuai dalam Pasal 1243 KUHPerdata yang dilakukan oleh Tergugat. Antara Penggugat dengan Tergugat terjadi hubungan perjanjian utang-piutang. Akan tetapi sampai saat ini Tergugat belum membayar hutangnya kepada Penggugat sebesar Rp 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah). 3.3 Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Atas Perkara Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang-Piutang Antara Debitur dengan Kreditur Serta Akibat Hukum Atas Putusan Tersebut Berdasarkan pada pemeriksaan persidangan tersebut diperoleh Fakta- Fakta Hukum dan Hakim telah memperoleh kesimpulan tentang hasil pembuktian yang pada intinya Penggugat mampu membuktikan dalil-dalil gugatannya. Maka selanjutnya Hakim akan memberikan pertimbanganpertimbangan hukumnya yang akan dijadikan pedoman dalam menjatuhkan putusan sebagaimana yang tertuang dalam Putusan Nomor: 45/Pdt.G/2012/PN.Skh 7

Bahwa yang menjadi pokok persengketaan antara Penggugat dengan Tergugat bahwa dinyatakan Tergugat belum melunasi pembayaran uang sejumlah Rp. 350.000.000,- ( Tiga ratus lima puluh juta rupiah ) atas kegiatan mencetak buku-buku LKS untuk beberapa mata pelajaran sekolah yang dilakukan oleh Penggugat. Oleh karena Tergugat belum melakukan pembayaran atas biaya cetak buku-buku LKS sebesar Rp. 350.000.000,- (Tiga ratus lima puluh juta rupiah), maka biaya cetak tersebut berubah menjadi suatu hutang bagi pihak Tergugat yang merupakan suatu piutang bagi pihak Penggugat, jadi hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat bukan berawal dari perjanjian hutang piutang tetapi tetap awalnya merupakan suatu hubungan hukum berupa kesepakatan kerja sama dalam mencetak buku LKS. Oleh karena antara Penggugat dengan Tergugat telah terjadi hubungan hukum, berarti bahwa hak yang berpiutang itu dijamin oleh hukum atau undangundang, sehingga apabila tuntutan itu tidak dipenuhi secara suka rela, maka si berpiutang dapat menuntutnya di depan hakim. Bahwa dari kesepakatan kerja sama atau proyek yang telah menimbulkan suatu hubungan hukum tersebut yang akhirnya terdapat suatu yang dapat dituntut oleh pihak lain yang merupakan kewajiban bagi pihak lainnya untuk memenuhi tuntutan tersebut dan sesuatu yang dapat dituntut tersebut yang dinamakan prestasi. Mengenai prestasi bagi pihak Penggugat seperti telah dipertimbangkan di atas bahwa telah ditemukan fakta hukum yaitu Penggugat telah mencetak bukubuku LKS untuk beberapa mata pelajaran sekolah sesuai dengan kesepakatan kerja sama atau proyek percetakan tersebut, sehingga dengan demikian pihak Penggugat telah melaksanakan prestasi atau kewajibannya. Selanjutnya mengenai prestasi bagi pihak Tergugat, seperti telah dinyatakan di atas bahwa telah terbukti sampai saat ini Tergugat belum membayar kepada Penggugat atas uang biaya cetak buku-buku LKS beberapa mata pelajaran untuk sekolah dengan nilai sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah), sehingga dengan demikian telah terbukti pihak Tergugat belum melaksanakan prestasi dalam usaha kerja sama atau proyek tersebut. Oleh karena 8

telah terbukti pihak Tergugat belum melaksanakan prestasinya, maka pihak Tergugat dinyatakan telah melakukan wanprestasi. Karena telah dinyatakan di atas bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi karena sampai saat ini belum membayar hutang kepada Penggugat tersebut, dari perbuatan Tergugat menimbulkan suatu tanggung jawab hukum untuk mengganti kerugian hutang Penggugat. Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, dengan ini Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut: 1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian; 2) Menyatakan menurut hukum Tergugat mempunyai hutang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS kepada Penggugat sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah); 3) Menyatakan menurut hukum Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi; 4) Menghukum Tergugat untuk melunasi hutang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) kepada Penggugat sekaligus dan seketika; 5) Menghukum Tergugat untuk membayar bunga kepada Penggugat sebesar 6% per tahun dari hutang yang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dihitung sejak putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap; 6) Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara. 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pertama, Tanggung Jawab Hukum Apabila Salah Satu Pihak Melakukan Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang-Piutang. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor: 45/Pdt.G/2012/PN.Skh, pada intinya Tergugat dinyatakan telah melakukan wanprestasi yaitu tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar hutangnya. Tergugat mempunyai hutang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS kepada Penggugat sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah). 9

Atas wanprestasi yang dilakukan Tergugat, maka dalam putusannya Tergugat dijatuhi hukuman harus bertanggung jawab untuk melunasi hutang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) kepada Penggugat sekaligus dan seketika serta menghukum Tergugat untuk membayar bunga kepada Penggugat sebesar 6% per tahun dari jumlah hutang pokok Rp 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dihitung sejak putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap. Kedua, Hakim Dalam Menentukan Pembuktian Atas Sengketa Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang-Piutang Antara Debitur Dengan Kreditur. Berdasarkan gugatan Penggugat dan jawaban Tergugat yang telah didalilkan setelah dihubungkan dengan alat-alat bukti yang diajukan dalam persidangan, baik berupa bukti tertulis maupun bukti saksi. Maka ditemukan fakta-fakta hukum sebagai berikut: 1) Benar, antara Penggugat dengan Tergugat terjadi hubungan perjanjian utang-piutang, serta dikuatkan dengan bukti P-4 yang berupa Foto copy Surat Pernyataan dari Tergugat tertanggal 31 Januari 2012 yang menyatakan akan membayar hutangnya pada Penggugat. 2) Benar, Tergugat belum membayar hutang kepada Penggugat sebesar Rp 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah). Hal tersebut telah diperkuat keterangan saksi yang bernama G Simon Hariyanto yang pada intinya menyatakan Penggugat telah menagih hutang di tempatnya Tergugat sejak Tahun 2010 dan sampai sekarang gugatan ini diajukan, utang tesebut belum dibayar. Dari fakta-fakta hukum tersebut sehingga dapat diambil Kesimpulan Pembuktian yaitu terbukti telah terjadi peristiwa Perbuatan Wanprestasi sebagaimana sesuai dalam Pasal 1243 KUHPerdata yang dilakukan oleh Tergugat. Antara Penggugat dengan Tergugat terjadi hubungan perjanjian utang-piutang. Akan tetapi sampai saat ini Tergugat belum membayar hutangnya kepada Penggugat sebesar Rp 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah). Ketiga, Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Atas Perkara Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang-Piutang Antara Debitur dengan Kreditur Serta Akibat Hukum Atas Putusan Tersebut. Mengenai prestasi bagi pihak Tergugat, seperti 10

telah dinyatakan di atas bahwa telah terbukti sampai saat ini Tergugat belum membayar kepada Penggugat atas uang biaya cetak buku-buku LKS beberapa mata pelajaran untuk sekolah dengan nilai sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah), sehingga dengan demikian telah terbukti pihak Tergugat belum melaksanakan prestasi dalam usaha kerja sama atau proyek tersebut. Oleh karena telah terbukti pihak Tergugat belum melaksanakan prestasinya, maka pihak Tergugat dinyatakan telah melakukan wanprestasi. Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah diambil, dengan ini Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut: 1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian; 2) Menyatakan menurut hukum Tergugat mempunyai hutang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS kepada Penggugat sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah); 3) Menyatakan menurut hukum Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi; 4) Menghukum Tergugat untuk melunasi hutang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) kepada Penggugat sekaligus dan seketika; 5) Menghukum Tergugat untuk membayar bunga kepada Penggugat sebesar 6% per tahun dari hutang yang berupa kekurangan pembelian kertas dan ongkos cetak LKS sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dihitung sejak putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap; 6) Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara. 4.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat menyampaikan beberapa saran yaitu antara lain: Pertama, untuk Penggugat, sebaiknya lebih berhati-hati dalam melakukan hubungan hukum kerjasama dengan pihak lain. Kreditur harus bisa menilai kemampuan pihak yang akan bekerjasama tersebut. Agar dalam pelaksanaan kerjasama tersebut tidak ada yang mengingkari prestasinya masing-masing pihak atau wanprestasi. 11

Kedua, untuk Tergugat diharapkan dalam setiap melakukan perjanjian kerjasama agar selalu beriktikad baik dalam menjalankannya perjanjian tersebut. jangan sampai melakukan ingkar janjia (wanprestasi). Ketiga, untuk Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo yang memeriksa dan mengadili perkara gugatan wanprestasi, diharapkan harus cermat dan teliti dalam memeriksa perkara tersebut. Sehingga dalam proses pembuktian dipersidangan Majelis Hakim dapat melihat apakah Penggugat bisa membuktikan dalil gugatannya atau tidak. Jika memang Penggugat tidak dapat membuktikan dalil gugatannya maka Majelis Hakim tidak akan mengabulkan gugatan yang diajukan oleh Penggugat. Keempat, Untuk masyarakat secara umum diharapkan untuk selalu bijaksana dan bertanggung jawab dalam setiap melakukan suatu hubungan hukum dengan pihak lain. Agar tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan akibat perbuatan ingkar janji dalam suatu hubungan hukum tersebut. PERSANTUNAN Karya ini saya persembahkan kepada orang-orang tercinta penulis antara lain: Orangtua penulis tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan bantuan secara materiil maupun moril kepada penulis, Kakak-kakakku dan adikadikku, seluruh keluarga, teman-teman serta sahabat-sahabatku yang telah memberikan semangat dan doa. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin dan Asikin, Zainal, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dimyati, Khudzaifah dan Wardiono, Kelik, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas Hukum UMS. Gatot Supramono, 2013, Perjanjian Utang Piutang, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. J. Moleong, Lexy, 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. 12

M Bahsan, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sunggono, Bambang, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Satrio, J, 2012, Wanprestasi Menurut KUHPerdata, Doktrin, Dan Yurisprudensi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Widyantari, Putu Vera, 2014, Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Perbankan Dengan Jaminan Tanah Yang Belum Bersertifikat Sebelum Proses Pendaftaran Jaminan Tanah Selesai Ditinjau Dari Undang-Undang No 4 Tahun 1996 (Tesis Tidak Diterbitkan), Denpasar: Universitas Udayana Denpasar. Langkah-Langkah Penyelesaian Kredit Macet, Diakses dari www.hukumonline.com, pada tanggal 20 April 2015, Pukul 14.30 WIB. 13