STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

Rini Pujiarti dan J.P. Gentur Sutapa. Abstract

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG BUAH LONTAR (Borassus flabellifer Linn.) SEBAGAI ABSORBEN LIMBAH BATIK KAYU

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

Mengapa Air Sangat Penting?

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI ARANG SISA PEMBUATAN ASAP CAIR CANGKANG KELAPA SAWIT DENGAN METODE AKTIFASI KIMIA-FISIKA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan tumbuhan yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, sumber energi

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. bagus dan sehat. Kualitas air meliputi sifat air dengan segala komponen yang ada di

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

Oleh/By: Djeni Hendra ABSTRACT. This topic pertains to the experiment results of activated charcoal manufacture

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

BAB II LANDASAN TEORI

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua orang mengenal alpukat karena buah ini dapat ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI PELEPAH KELAPA (Cocus nucifera) A. Fuadi Ramdja, Mirah Halim, Jo Handi

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

ACTIVATED CARBON PRODUCTION FROM COCONUT SHELL WITH (NH 4 )HCO 3 ACTIVATOR AS AN ADSORBENT IN VIRGIN COCONUT OIL PURIFICATION ABSTRACT

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

Transkripsi:

C8 STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Veronika Yuli K. Alumni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada PENDAHULUAN Sistem agroforestry merupakan teknik pengelolaan lahan yang menjanjikan peluang yang lebih luas bagi pengelolaan lahan hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sistem agroforestry merupakan wujud pembangunan kehutanan yang memberikan penekanan yang sama pada semua aspek dari sistem sumberdaya hutan, baik itu yang berupa kayu, non kayu, jasa lingkungan maupun multi produk lainnya yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Arang merupakan salah satu produk agroforestry yang sudah dikembangkan dengan menerapkan pola keberlanjutan dari hasil pemanfaatan kayu maupun limbah kayu. Arang yang dibuat dapat berasal dari semua bagian kayu yang utuh maupun bagian lain seperti rencek, cabang, ranting dan bongkol akar yang sudah tidak digunakan. Pemanfaatan kayu menjadi arang sudah sejak dulu ada namun harga jual untuk arang masih sangat rendah. Pengembangan arang kayu menjadi arang aktif diharapkan memberikan informasi mengenai jenis-jenis arang yang potensial untuk dikembangkan menjadi arang aktif dan harapannya dapat menjadi peluang peningkatan pemanfaatan hasil hutan kayu. Arang aktif merupakan bahan padat yang berpori-pori dan umumnya diperoleh dari hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon (C). Sumber lain dari arang berasal dari nabati atau hewani antara lain serbuk gergaji, ampas tebu, tempurung, tongkol jagung dan tulang. Saat ini arang aktif telah digunakan secara luas dalam indutri kimia, makanan/minuman dan farmasi. Pembuatan arang aktif membuka peluang untuk dikembangkan dalam skala yang lebih luas mengingat potensi bahan baku, penggunaan dan potensi pasar cukup besar. Pembuatan arang aktif dari arang biasa membuka peluang bagi masyarakat terutama masyarakat pedesaan untuk meningkatkan nilai jual atau harga yang telah diperoleh sebelumnya. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan berupa arang yang merupakan produk agroforestry yang berasal dari Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, DIY. Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (completely randomized design) dengan lima kali ulangan. 180

a. faktor I : bahan baku (A) A1 = arang kayu akasia (Acacia auriculiformis A. Cunn ex Benth) A2 = arang kayu mahoni (Swietenia macrophlla King) A3 = arang kayu sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb) b. faktor II : bahan pengaktif (B) dengan konsentrasi 1,00% B1 = tanpa pengaktif B2 = NaCl B3 = HCl Metode Penelitian dan Analisis Metode penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut : 1. Tahap persiapan bahan 2. Tahap aktifasi. Arang direndam selama 24 jam dengan bahan pengaktif kemudian diaktifasi pada suhu 1000ºC selama 1 jam. 3. Tahap pengujian di laboratorium. Arang aktif dianalisa berdasarkan SNI 06-3730-1995. 4. Aplikasi arang aktif sebagai penjernih air sumur. Arang aktif kualitas terbaik digunakan sebagai penjernih pada air sumur. Analisis terhadap arang aktif mengikuti prosedur SNI 06-3730-1995. PEMBAHASAN Tabel 1. Rekapitulasi nilai rata-rata kualitas arang aktif Perlakuan Parameter Ren Ka K.V K.Ab K.FC DS.B DS.I DS.BM A1B1 79,86 2,75 15,49 4,76 79,75 12,03 553,52 142,44 A1B2 82,21* 2,22 19,12 2,89 78,00 12,94 585,42 141,67 A1B3 77,24 1.92 17,41 0,92* 81,67 14,54* 632,43* 142,07 A2B1 64,06 3,12 10,94 4,95 84,56 11,58 533,05 142,65 A2B2 73,82 2,52 11,48 3,16 85,39 14,08 622,16 143,54* A2B3 79,72 1,85* 8,59 2,03 89,38 11,34 608,20 142,38 A3B1 70,35 1,96 13,64 5,20 81,16 8,90 502,59 141,86 A3B2 71,02 1,98 13,44 5,18 81,34 11,62 571,25 141,54 A3B3 71,84 2,99 5,81* 2,50 91,69* 13,26 608,50 142,15 SNI 1995-15 25 10 ³65 ³25 ³750 ³120 Keterangan - ++ ++ ++ ++ - - ++ Keterangan : Ren K.FC Ka DS.B K.V DS.I K.Ab DS.BM * = nilai terbaik ------- = nilai terendah = Rendemen = Kadar Karbon Terikat = Kadar Air = Daya Serap Benzena = Kadar Zat Mudah Menguap = Daya Serap Iodium = Kadar Abu = Daya Serap Biru Metilen 181

Rendemen Penetapan rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase arang aktif yang dihasilkan setelah proses pengaktifan dari bahan baku arang. Rendemen arang aktif yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 64,06-82,21%. Rendemen arang aktif yang rendah disebabkan karena adanya proses pirolisis dimana senyawa seperti tar, destilat dan asam organik lainnya keluar lebih dulu. Rendemen yang rendah juga disebabkan karena masih meningkatnya laju reaksi antara karbon dan gas-gas di dalam retort dan makin banyak jumlah senyawa kadar karbon yang menguap dan terlepas. Kadar Air Pengujian kadar air dimaksudkan untuk mengetahui sifat higroskopisitas yaitu kemampuan menyerap dan melepaskan air. Kadar air arang aktif yang semakin rendah menunjukkan arang aktif tersebut semakin baik. Kadar air arang aktif yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 1,85-3,12 %. Kadar air maksimal arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-95 adalah 15 %, dengan demikian kadar air dari arang aktif yang dihasilkan semuanya memenuhi syarat. Nilai kadar air yang kecil ini disebabkan oleh banyaknya kandungan air dalam bahan yang keluar pada saat proses aktifasi dengan furnace. Menurut Pari (1996) rendahnya kadar air yang dihasilkan disebabkan karena terjadi reaksi antara air (H2O) yang terdapat pada arang aktif dengan CO (karbon monoksida) menghasilkan gas CO2 (karbon dioksida) dan H2 (hidrogen). Kadar Zat Mudah Menguap Penetapan kadar zat mudah menguap bertujuan untuk mengetahui berapa besar kandungan senyawa dari arang aktif yang mudah menguap pada pemanasan dengan suhu 950ºC selama 15 menit. Dari penelitian ini dihasilkan kadar zat mudah menguap arang aktif yang berkisar antara 5,81-19,12%. Kadar zat mudah menguap yang dihasilkan semuanya memenuhi SNI 06-3730-95 karena besarnya kurang dari 25%. Semakin rendah kadar zat mudah menguap yang dihasilkan menunjukkan bahwa arang aktif yang dihasilkan semakin baik. Kadar zat mudah menguap yang tinggi menunjukkan senyawa seperti CO, CO2, CH4 dan H2 masih banyak yang menempel pada permukaan arang aktif sehingga dapat mempengaruhi proses aplikasi arang aktif baik terhadap gas maupun larutan (Pari, 2000). Kadar Abu Penetapan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan oksida logam dalam arang aktif. Semakin kecil kadar abu yang dihasilkan maka arang aktif akan semakin baik. Dari penelitian ini dihasilkan kadar abu arang aktif berkisar antara 0,92-5,20%. Kadar abu yang dihasilkan memenuhi SNI 06-3730-95 karena kurang dari 10%. Kadar abu arang aktif yang rendah menunjukkan bahwa arang aktif tersebut kualitasnya semakin baik. Rendahnya kadar abu disebabkan oleh kontak arang aktif dengan udara 182

pada saat aktifasi sehingga terjadi proses pembakaran lebih lanjut dimana arang aktif yang terbentuk berubah menjadi abu. Kadar abu yang besar dapat mengurangi kemampuan arang aktif untuk menyerap gas dan larutan karena kandungan mineral (oksida logam) yang terdapat dalam abu akan menyebar dalam kisi-kisi arang aktif sehingga menutup pori arang aktif. Kadar Karbon Terikat Penentuan kadar karbon terikat arang aktif ini bertujuan untuk mengetahui kandungan karbon murni yang terikat setelah proses karbonisasi. Kadar karbon terikat arang aktif yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 78,00-91,69%. Kadar abu yang dihasilkan memenuhi SNI 06-3730-95 karena lebih besar dari 65%. Kadar karbon yang tinggi menggambarkan tingkat kemurnian arang aktif yang dihasilkan. Tingginya kadar karbon terikat arang aktif yang dihasilkan kemungkinan dipengaruhi oleh rendahnya kadar zat menguap dan kadar abu yang dihasilkan. Daya Serap Terhadap Benzena Penetapan daya serap arang aktif terhadap benzena bertujuan untuk mengetahui berapa besar kemampuan arang aktif yang dihasilkan untuk menyerap gas yang bersifat non polar dengan ukuran molekul kurang lebih 6 Amstrong. Daya serap arang aktif yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 8,90-14,54 %. Daya serap arang aktif terhadap benzena yang dihasilkan tidak memenuhi SNI 06-3730-95 karena kurang dari 25%. Daya serap arang aktif terhadap benzena yang semakin tinggi menunjukkan bahwa arang aktif tersebut semakin baik. Rendahnya daya serap arang aktif terhadap benzena pada penelitian ini disebabkan oleh pori-pori yang terbentuk pada permukaan arang aktif masih banyak mengandung senyawa non karbon sehingga gas atau uap yang dapat diserap menjadi lebih sedikit. Daya Serap Terhadap Iodium Penetapan daya serap arang aktif terhadap iodium bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang aktif yang dihasilkan untuk menyerap larutan berwarna dengan ukuran molekul 10 Amstrong. Daya serap arang aktif yang semakin tinggi menunjukkan bahwa arang aktif yang dihasilkan semakin baik. Daya serap arang aktif yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 502,59-632,43 mg/g. Daya serap arang aktif terhadap iodium yang dihasilkan tidak memenuhi SNI 06-3730-95 karena daya serap yang dihasilkan kurang dari 750 mg/g. Besarnya daya serap terhadap iodium merupakan indikasi volume daya tampung pori arang aktif. Jumlah pori menentukan proporsional terhadap jumlah luas permukaan dalam partikel karbon. Rendahnya daya serap arang aktif yang dihasilkan pada penelitian ini disebabkan oleh masih terdapatnya senyawa hidrokarbon yang tertinggal pada permukaan arang sehingga permukaannya menjadi aktif. Kemungkinan lain adalah ikatan 183

antara hidrogen dan karbon belum terlepas sempurna sehingga memperluas permukaan yang aktif. Daya Serap Terhadap Biru Metilen Penetapan daya serap arang aktif terhadap biru metilen bertujuan untuk mengetahui berapa besar kemampuan arang aktif yang dihasilkan untuk menyerap larutan berwarna dengan ukuran molekul 15 Amstrong. Daya serap arang aktif yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 141,54-143,53 mg/g. Daya serap arang aktif terhadap biru metilen yang dihasilkan semuanya memenuhi SNI 06-3730-95 karena daya serap yang dihasilkan lebih dari 120 mg/g. Besarnya daya serap biru metilen yang dihasilkan disebabkan oleh senyawa hidrokarbon yang keluar pada saat aktifasi. Daya serap biru metilen yang tinggi menunjukkan bahwa ikatan antara atom C dan H sudah terlepas sehingga tidak terjadi proses pergeseran pelat karbon kristalit yang dapat membuka pori yang baru. Aplikasi Arang Aktif Sebagai Penjernih Air Sumur Penjernihan air dilakukan untuk mengurangi kotoran bahan organik, partikel atau gabungan antara bau, warna dan rasa. Arang aktif terbaik diperoleh dari arang akasia dengan pengaktif HCl. Hasil aplikasi arang aktif terbaik pada penjernihan air sumur disajikan pada Tabel 2 Tabel 2. Hasil analisis air sumur No Parameter Satuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Warna Kekeruhan ph Besi (Fe) Mangan (Mn) Seng (Zn) Pt-Co NTU Standar Air Minum Peraturan Menkes RI No.416/Menkes/ Per/IX/90 maks 15,0 maks 5,0 6,5-9,0 maks 0,3 maks 0,1 maks 5,0 Hasil Uji A B Perubahan 31,26 61,98 6,50 4,50 2,82 3,40 9,00 0,08-90,98% -94,51% - 98,22% - - Keterangan : Hasil analisis setelah perlakuan dengan arang aktif memenuhi Standar Air Minum Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/90 A : Air sumur mula-mula B : Air sumur setelah diperlakukan dengan arang aktif Hasil analisis tersebut menyatakan bahwa untuk parameter fisik, air sumur menjadi jernih. Air yang dijernihkan dengan arang aktif dari arang akasia dengan bahan pengaktif HCl mengalami penurunan warna sebesar 90,98% dari warna semula, penurunan kekeruhan sebesar 94,51 % dari kekeruhan semula serta mengalami kenaikan ph dari 6,5 menjadi 9,0. Nilai ph ini masih memenuhi syarat air minum berdasarkan Permenkes (1990) yaitu berada pada kisaran ph antara 6,5-9,0. Parameter kimia 184

anorganik yang dianalisa untuk arang aktif sebagai penjernih air sumur antara lain adalah kadar Besi (Fe), kadar Mangan (Mn) dan Kadar Zeng (Zn). Kadar Besi (Fe) mengalami penurunan sebesar 98,22%. Air sumur setelah dijernihkan dengan arang aktif dari arang akasia dengan bahan pengaktif HCl secara keseluruhan memberikan nilai yang memenuhi persyaratan sebagai air minum berdasarkan standar air minum menurut Peraturan Menkes RI No.416/Menkes/Per/IX/90Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan arang akasia sebagai bahan baku arang aktif dan penambahan bahan pengaktif dapat meningkatkan kualitas arang aktif yang dihasilkan. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Arang aktif dari arang akasia, mahoni dan sonokeling dengan bahan pengaktif NaCl dan HCl dapat digunakan sebagai bahan baku arang aktif yang sebagian besar memenuhi SNI 06-3730-1995, karakteristik arang aktif yang tidak memenuhi standar hanya pada daya serap arang aktif terhadap benzena dan daya serap terhadap iodium. 2. Dari hasil penelitian ini didapatkan rendemen dari arang menjadi arang aktif sebesar 64,06-82,21%, kadar air 1,85-3,12%, kadar zat mudah menguap 5,81-19,12%, kadar abu 0,92-2,03 %, kadar karbon terikat 78,00-91,69%, daya serap benzena 8,90-14,54%, daya serap iodium 502,59-632,43 mg/g dan daya serap terhadap biru metilen 141,54-143,54 mg/g. 3. Penggunaan bahan arang dan bahan pengaktif sebagai faktor tunggal serta interaksi antara bahan arang dan bahan pengaktif sangat berpengaruh terhadap kualitas arang aktif yang dihasilkan. 4. Kualitas arang aktif terbaik dihasilkan dari arang akasia (Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth) dengan bahan pengaktif HCl. 5. Aplikasi arang aktif terbaik sebagai bahan penjernih air sumur menghasilkan penurunan warna sebesar 90,98%, penurunan kekeruhan sebesar 94,51 %, penurunan kadar besi (Fe) sebesar 98,22% serta kenaikan ph dari 6,5 menjadi 9,0. Kualitas air sumur yang dihasilkan memenuhi standar air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/90. 185

DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor : 416 Menkes/Per/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. ----------------. 1995. Arang Aktif Teknis. Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Pari, G. 1996. Kualitas Arang Aktif 5 Jenis Kayu. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 14(2) : 60-68. ----------. 2000. Pembuatan Arang Aktif dari Batubara. Buletin Penelitian Hasil Hutan. 17 (4): 220-230. 186