BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan metabolisme tubuh, atau hanya sekadar untuk menyenangkan perut.

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengenali apa saja terdapat di daerah itu. Keberagaman kebudayaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pergaulan dengan sesamanya (gregoriousness). Individu yang terhimpun dalam masyarakat (society) merupakan sistem

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka yang panjang dalam Skripsi H. Siagian (Telaah Pemanfaatan Berbagai Jenis

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia, terdiri dari berbagai suku. Tiap suku memiliki

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tubuh seseorang, sehingga dapat terjadi kurang gizi dan gizi lebih,

I. PENDAHULUAN. Pangan yang memiliki protein hewani antara lain daging, telur, susu, ikan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. daerah di negara ini memiliki adat istiadat dan tradisi masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kegiatan sehari-hari. Kesehatan telah menjadi suatu kajian ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, namun juga digunakan untuk kepentingan sosial seperti agama, adat istiadat dan lain sebagainya. Batak Angkola merupakan salah satu Etnis Batak yang ada di Sumatera Utara, etnis Batak Angkola berada di kabupaten Tapanuli Selatan, yang mana kabupaten ini sebelumnya terdiri dari beberapa daerah kecamatan yang saat ini sudah menjadi kabupaten pemekaran, yakni: (1).Kabupaten Mandailing Natal berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat. Pada kabupaten ini mayoritas masyarakatnya adalah Etnis Mandailing dan hampir sama dengan Etnis Batak Angkola; (2).Kabupaten Padang Lawas; (3).Padang Lawas Utara; (4).Kabupaten Tapanuli Selatan. Ketiga kabupaten yang disebutkan terakhir, mayoritas masyarakatnya Etnis Batak Angkola. Dalam setiap kegiatan acara adat istiadat suatu etnis ataupun budaya pasti tidak terlepas dari konsep makanan atau kuliner. Istilah kuliner dan makanan rakyat ini merupakan folklore material bukan lisan yang terdiri dari konsep makanan, bahan makanan, cara memperoleh makanan, cara mengolah makanan, cara penyajian, dan fungsi dari makanan. Oleh karena itu, sesuatu yang dianggap

makanan adat atau bukan makanan sangat ditentukan oleh kebudayaan kolektif masyarakat, artinya bersifat relatif. Proses makanan itu sendiri sebenarnya merupakan perilaku dari masyarakat, dan disinilah konsep Antropologinya, sebagai salah satu contoh, di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sapi, lembu, kerbau merupakan makanan yang wajib disajikan pada Hari Raya Qurban, karena pada hari itu adalah hari menyembelih hewan-hewan tersebut. Sementara di India hewan-hewan tersebut haram dimakan karena merupakan perintah dari kitab suci umat Hindu di India. Setiap masyarakat tentunya memiliki kebiasaan atau adat istiadat yang khas yang selalu dilakukan, dikerjakan, serta dipelihara secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam proses transmisi kebudayaan maka adat istiadat tersebut dipelihara oleh masyarakatnya karena dianggap memiliki makna dan nilai yang luhur dan tentunya setiap nilai-nilai budaya tradisional atau lokal memiliki nilai fungsional bagi masyarakatnya hingga saat ini. Pada adat istiadat Padang Bolak Batak Angkola memiliki suatu kebiasaan atau tradisi yang berkenaan dengan konsep makanan. Makanan itu sendiri bukan hanya untuk nutrisi dan pemenuhan gizi sehingga dapat bertahan hidup, tetapi juga terdapat makna tersirat dalam penggunaan makanan yang menjadi simbol dalam upacara-upacara adat batak angkola, seperti upacara adat pernikahan, kelahiran, ataupun kematian. Dari setiap upacara-upacara adat tersebut terdapat makanan-makanan yang mengandung simbol-simbol adat. Makanan adalah salah satu jenis folklore yang merupakan bentuk kebudayaan yang memberikan ciri bagi masyarakatnya. Disini penulis ingin

mengklasifikasikan, menginterpretasikan makna atau nilai makanan dalam upacara adat istiadat Padang Bolak Batak Angkola Sumatera Utara. Ada beberapa rangkaian kegiatan sebelum upacara adat dilaksanakan, pada saat upacara adat perkawinan dilaksanakan, hingga upacara adat selesai dilaksanakan. Penulis ingin memaparkan berbagai jenis makanan beserta fungsinya pada berbagai kegiatan atau prosesi adat istiadat Padang Bolak Batak Angkola. Melihat bagaimana masyarakat etnis Padang Bolak Batak Angkola memperoleh makanan terkait dengan sosial ekonomi masyarakat, letak geografis dan kondisi alam masyarakat Padang Bolak, serta penulis ingin mengkaji bagaimana kebudayaan Padang Bolak melalui konsep makanan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa makanan dalam setiap masyarakat ataupun suku bangsa, tidak hanya mempunyai arti sebagai objek yang hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tetapi lebih luas dari itu yaitu bahwa makanan juga mempunyai makna, simbol, maupun nilai-nilai sosial bagi masyarakat pendukungnya. Makanan merupakan aspek kuliner yang menginterpretasikan suatu simbol yang berkaitan dengan kebudayaan, karena kuliner tumbuh dan berkembang seiring dengan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Makanan dalam pandangan Antropolog memiliki makna yang lebih luas, karena makanan adalah merupakan kebutuhan biologis setiap individu dan proses makan merupakan perilaku individu dan masyarakat. Secara Antropologi makanan memiliki makna yang berhubungan dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan, dan ketentraman. Didalam kehidupan komunitas manusia yang masih sederhana dan tradisional makna ini masih berlaku dan dienkulturasikan

secara turun temurun. Makna tersebut menyebabkan makanan memiliki banyak peranan dalam kehidupan sehari-hari. Makna ini selaras dengan nilai hidup, nilai karya, nilai ruang dan waktu, nilai relasi dengan alam sekitar, serta nilai relasi dengan sesama. Dalam sudut pandang Antropologi, folklore makanan merupakan fenomena kebudayaan, oleh karena itu makanan bukan sebagai produksi organisme dengan kualitas-kualitas biokimia yang dikonsumsi oleh manusia, makanan merupakan bagian dari upaya mempertahankan hidup yang ditentukan oleh kebudayaan masing-masing kolektif (Danandjaja:1991). Jika dikaji dari cara memprolehnya, makanan akan dikaitkan dengan kondisi alam dan letak geografis masyarakat etnik setempat. Tentunya akan bersifat relatif. Dalam kenyataan sehari-hari, makanan adalah yang tumbuh di sawah, ladang, kebun, laut, yang dipelihara dihalaman, padang rumput, daerah pertanian dan peternakan, yang dibeli diwarung, pasar, dan restoran. Para Antropolog mengambarkan bahwa, kelompok-kelompok etnis dalam hubungannya dengan praktek-praktek dan kepercayaan tentang makanan sangat berbeda-beda. Misalnya, terdapat variasi-variasi yang luas diseluruh dunia tentang apa yang dianggap sebagai bahan makanan, dan apa yang bukan makanan. Bahan makanan tertentu dimakan dalam satu komunitas masyarakat atau kelompok, tetapi dilarang keras oleh masyarakat atau kelompok lain. Marston Bates menyatakan bahwa tidak ada satu pun manusia dalam masyarakat yang berhubungan dengan makanan yang ada di lingkungannya, secara rasional yaitu memakan makanan sesuai dengan apa yang tersedia, yang bisa dimakan, dan nilai nutrisinya dapat dijangkau. Sebagai contoh salah satu makanan daging, daging

kerbau atau sapi dan babi merupakan salah satu makanan adat Batak. Babi untuk sebagian masyarakat Batak yang beragama islam haram hukumnya untuk dimakan. Kemudian daging sapi haram dimakan masyarakat agama Hindu. Kelelawar sejenis hewan biasa dikonsumsi oleh masyarakat prasejarah, namun saat ini kelelawar bukan lagi makanan yang biasa di konsumsi masyarakat Nusantara walaupun masih ada beberapa daerah yang mengkonsumsi jenis hewan ini. Alasan mengkonsumsinya beragam, ada yang mengkonsumsi sebagai lauk pauk, ada juga sebagai obat. Umumnya masyarakat di Nusantara yang menganut agama menghindari konsumsi daging kelelawar karena dilarang oleh ajaran agama (Nenggih Susilowati:101). 1.2. Identifikasi Masalah Penelitian ini mengkaji tentang tinjauan Antropologi terhadap fungsi makanan dalam serangkaian kegiatan atau upacara adat Padang Bolak etnis Batak Angkola, kemudian makanan-makanan tersebut dikaitkan dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, kondisi alam dan letak geografis masyarakat Padang Bolak. Penulis juga ingin melihat perubahan sosial yang terjadi dari beberapa jenis makanan adat tersebut. 1.3. Perumusan Masalah Untuk mengarahkan penelitian dan memperlancar data dan fakta ke dalam bentuk penulisan ilmiah, maka perlu perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat dipergunakan sebagi bahan kajian dan pedoman arah penelitian. Rumusan masalah sering diartikan sebagai pembatasan masalah atau formulasi data.

Rumusan masalah mencerminkan masalah pokok penelitian (Sudarman Danim, 2009:90). Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan. Kajian antropologi makanan dalam upacara adat Padang Bolak Batak Angkola adalah : 1. Jenis makanan apa sajakah yang disajikan dalam setiap upacara adat masyarakat Padang Bolak Batak Angkola? 2. Apa sajakah fungsi yang terkandung dalam makanan yang disajikan dalam upacara adat Padang Bolak Batak Angkola? 3. Bagaimanakah perubahan sosial yang terjadi terkait dengan fungsi makanan acara adat Padang Bolak Batak Angkola? 1.4. Fokus Permasalahan Dalam suatu penelitian dianjurkan adanya pembatasan masalah, hal ini diperlukan untuk menjadi fokus, dengan tujuan untuk peneliti tidak keluar dari permasalahan yang diteliti. Peneliti perlu membuat suatu pembatasan masalah (fokus) dimana dengan begitu dapan mempermudah dalam memfokuskan permasalahan sehingga memperoleh hasil yang sempurna. Maka fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Indentifikasi dan klasifikasi jenis-jenis makanan yang disajikan dalam setiap upacara adat Padang Bolak Batak Angkola. 2. Interpretasi fungsi dari makanan yang disajikan dalam upacara adat Padang Bolak Batak Angkola.

3. Perubahan sosial yang terjadi terkait dengan fungsi makanan yang disajikan pada upacara adat Padang Bolak Batak Angkola. 1.5. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi dan Mengklasifikasi jenis-jenis makanan yang disajikan dalam setiap upacara adat Padang Bolak Batak Angkola. 2. Meginterpretasi fungsi dari makanan yang disajikan dalam upacara adat Padang Bolak Batak Angkola. 3. Mengkaji Perubahan Sosial yang terjadi terkait dengan fungsi makanan yang disajikan pada acara adat Padang Bolak Batak Angkola. 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan praktis seperti dibawah ini : 1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan nilai-nilai edukatif tentang budaya tradisional yang merupakan dasar dari pendidikan berkarakter. 2. Penelitian dapat memberikan pengertian kepada masyarakat agar dapat melestarikan kebudayaan lokal yaitu melalui generasi muda yaitu dengan memberikan penjelasan tentang fungsi makanan yang ada dalam upacara adat Batak Angkola.

3. Secara praktis penelitian ini di harapkan agar masyarakat Batak Angkola dapat mengenalkan kepada masyarakat luas dengan mengolah dan menjadikan makanan-makanan tradisional tersebut bernilai ekonomis yang baik tanpa harus merubah ataupun merusak citra masakan lokal yang ada. 4. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada kalangan akademik dan umum sehingga dapat menjadi sumber acuan bagi penulis lanjutan yang berkaitan dengan tema permasalahan yang sama.