BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila, dan dituntut untuk menjunjung tinggi norma Bhinneka Tuggal Ika,

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

BAB V PEMBAHASAN. berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. Surabaya semakin di percaya oleh mayarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul,

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Kabupaten Bandung yang merupakan bagian integral dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Jati, Bandung, 1997, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pendidikan adalah milik semua orang, tidak. terkecuali Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Keterbatasan yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran

BAB 1 PENDAHULUAN. Paradigma sekolah hanya untuk mencari kerja/ menjadi pegawai bukan membuka

ABSTRAK PERSEPSI APARATUR PEMERINTAH DESA TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK DI DUSUN SRIMULYO I. (Evi Meriani, Berchah Pitoewas, Yunisca Nurmalisa)

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berhenti ketika nyawa sudah tidak ada lagi di dalam raga manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rika Saptaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

I. PENDAHULUAN. Fokus isu-isu strategis pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah permasalahan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan sering kita temukan berbagai macam permasalahan, salah satunya adalah masalah diskriminasi yang secara tidak langsung dialami oleh para orang tua yang memiliki anak yang tergolong disability. Kendala yang dihadapi para orang tua yang memiliki anak disability ini tidak bertumpu pada masalah diskriminasi saja, melainkan faktor finansial dan keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan menghambat keinginan besar mereka untuk mengantarkan anaknya pada kondisi yang lebih baik lagi. Upaya yang mereka lakukan ini merupakan perwujudan dari kesungguhan mereka dalam menjalankan amanah dari Allah Swt. Menurut pandangan Islam mengenai hak anak dalam mendapatkan pendidikan, sebetulnya terkait erat dengan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Orang tua berkewajiban memberikan perhatian kepada anak dan dituntut untuk tidak lalai dalam mendidiknya. Jika anak merupakan amanah dari Allah Swt., otomatis mendidiknya termasuk dari bagian menunaikan amanah- Nya. (Sauri, 2010:87) Tidak sedikit kasus sosial yang menggambarkan betapa kehidupan masyarakat berkelas ekonomi rendah sangat rentan pada tumbuhnya komunitas baru yang di dalamnya terdapat manusia-manusia yang mengalami keterbelakangan mental maupun fisik. Pola hidup, gizi buruk, sanitasi, serta latar belakang pendidikan, merupakan faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak sangat memengaruhi munculnya kondisi yang sama sekali tidak pernah diinginkan oleh lapisan masyarakat mana pun, walaupun ada faktor lain yang 1

sama sekali tidak dapat diprediksi oleh pihak manapun, yakni takdir Allah. Fakta tersebut sejalan dengan kondisi ril di lapangan, yang terungkap dalam sebuah penelitian Widiati ( http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_ BIASA/195310141987). Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan angket dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus tidak bersekolah yaitu: a. Faktor Ekonomi Dari 30 responden, semua menyatakan bahwa penyebab ABK tidak sekolah karena orang tuanya miskin. Kebanyakan sebagai buruh tani yang menggarap sawah orang lain dengan upah sehari Rp. 10.000,- kalau ada yang menyuruh, kalau tidak ada ya menganggur. Dengan pendapatan yang tidak menentu, maka anaknya tidak disekolahkan dengan kendala masalah biaya. b. Faktor tempat tinggal. Pada umumnya tempat tinggal ABK adalah jauh dari sekolah umum, apalagi di desa tersebut belum ada SLB. Untuk menuju sekolah diperlukan biaya transportasi dengan ojek yang mahal, sehingga orang tua merasa keberatan menyekolahkan anaknya. c. Faktor Psikologis. Dengan kehadiran anak yang mengalami kecacatan, para orang tua merasa ada beban mental yang berat, sehingga ada yang merasa malu, menolak, dan sebaliknya merasa kasihan dan sangat melindungi atau overproteksi. Akhirnya anak tidak disekolahkan karena menganggap tidak mampu apa-apa. d. Faktor pendidikan orang tua. Kebanyakan orang tua ABK adalah lulusan SD dan malah ada beberapa orang yang tidak lulus SD, sehingga tidak memahami kondisi dan kemampuan anaknya yang cacat, tidak paham akan pentingnya pendidikan bagi ABK, karena mereka juga tidak sekolah. e. Faktor sosial para orang tua merasa malu membawa anaknya yang cacat ke sekolah, takut diejek oleh orang lain, akhirnya anak dibiarkan saja di rumah tidak dapat bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain. f. Faktor guru sekolah umum. Berhubung di kecamatan Sukanagara belum ada SLB, ada beberapa ABK yang mencoba sekolah di sekolah umum, akan tetapi karena guru umum belum memahami cara mengajar ABK, maka pendidikan bagi mereka kurang maksimal, akhirnya ABK keluar lagi dari sekolah. Era globalisasi yang menuntut lahirnya masyarakat pendukung yang berkualitas jelas sangat tidak sepadan dengan permasalahan sosial yang sedang dihadapi negara yang tengah menerima tantangan negara maju untuk duduk di 2

posisi mereka. Tentu saja harus ditemukan formula ampuh guna mengatasi kendala sosial yang menghinggapi anak-anak bangsa yang di masa mendatang akan menjadi agen pembaharu bagi kemajuan bangsa ini. Sektor pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam menentukan arah kehidupan bangsa di masa yang akan datang, karena dalam proses pendidikan terdapat beberapa aspek penting yang sangat berpengaruh. Seperti yang dijabarkan oleh Sauri (2010:90), bahwa: Dalam pendidikan setidaknya mengandung aspek-aspek: 1. pembinaan manusia; 2. aktualisasi fitrah (potensi) kemanusiaan, yaitu daya potensial yang sudah tersedia sejak awal penciptaan, yaitu pikir, rasa, karsa, dan keterampilan berbuat; 3. oleh orang yang dapat memberi pengaruh; 4. bertujuan me manusiawi kan manusia sebagai diri yang mandiri dan bertanggungjawab; 5. pengakuan hak asasi anak. Oleh sebab itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Permendiknas No.70/2009 tentang Pendidikan Inklusi bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi atau bakat istimewa. Peraturan ini mewajibkan setiap kecamatan memiliki satu sekolah dengan setiap jenjang pendidikan untuk sekolah inklusi. Namun, mulai 2013 setiap sekolah ditargetkan sudah siap menerima ABK. SMP Istiqamah, sebuah sekolah Islam di kota Bandung, pada tahun pelajaran 2011/2012 merupakan salah satu sekolah yang wajib mematuhi Permendiknas No.70/2009, karena kedatangan seorang tamu istimewa yang masuk dalam kategori ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Sejak pertama kali berdiri (1997), sekolah ini menerapkan sistem PPDB (Penerimaan Peserta Didik 3

Baru) yang cukup ketat. Calon peserta didik diwajibkan mengikuti beberapa tahap seleksi, diantaranya meliputi seleksi akademik, keagamaan, dan psikotes. Berdasarkan standar serta proses penilaian yang ditetapkan oleh lembaga ini, calon peserta didik yang telah mengikuti seleksi, baru mendapatkan pernyataan lulus atau tidak lulus dari pihak sekolah. Ibarat buah simalakama, hasil penilaian seluruh komponen yang dijalankan oleh tim seleksi ternyata menunjukkan bahwa ada keganjilan dari salah satu calon peserta didik yang telah mengikuti tes. Hasil analisis membuktikan bahwa anak tersebut merupakan anak berkebutuhan khusus yang terlindungi oleh Permendiknas No.70/2009. Kebijakan lokal yang bertabrakan dengan kebijakan nasional ini tidak bisa dibiarkan tumbuh dan berkembang menjadi momok yang dapat melemahkan reputasi lembaga pendidikan yang telah mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari masyarakat sekitar. Keputusan pemangku kebijakan untuk menerima tamu istimewa ini dilengkapi oleh selembar surat perjanjian yang berlaku selama satu semester kedepan, mengingat penerimaan peserta didik ini tidak dilengkapi oleh guru pendamping yang dapat menjamin bahwa anak yang terkategori tunadaksa tersebut akan mampu bertahan untuk mengikuti program pendidikan di sekolah yang berdomisili di Jl. Pahlawan no.65 Bandung ini. Di awal masa sosialisasi, kontroversi pun muncul dari beberapa kalangan yang belum tahu akan munculnya payung hukum yang melindungi ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Dimulai dari lingkungan peserta didik, staf pengajar, sampai orang tua, mempertanyakan perubahan sistem PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang diterapkan sekolah. Namun hal tersebut tidak menjadi alasan 4

bagi pihak sekolah untuk melanggar komitmen yang telah ditetapkan sebelumnya. Berpijak pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, sekolah ini berupaya keras untuk melaksanakan amanat yang telah diberikan negara guna menjalankan program pendidikan yang terbuka untuk seluruh lapisan sosial. Sesuai dengan pandangan Islam yang menyatakan bahwa anak adalah sebagai manusia yang mempunyai watak dasar (fitrah) yang baik, yang dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang datang di luar dirinya (Sauri, 2010:88), maka sekolah ini yakin bahwa melalui penciptaan lingkungan pembelajaran yang baik, maka perkembangan yang diharapkan muncul dari diri siswa terkait akan muncul. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk mengembangkan sebuah tulisan dengan judul Strategi Pengembangan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Istiqamah Bandung. Tema judul tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari pokok bahasan yang hanya layak disajikan di Program Pendidikan Kebutuhan Khusus. Namun dalam hal ini penulis beranggapan bahwa tema penelitian tersebut layak pula diangkat di Program Pendidikan Umum, dengan asumsi bahwa Pendidikan Umum merupakan pendidikan kepribadian, pendidikan memanusiakan manusia, yakni pembentukan jati diri manusia sebagai individu, mahluk sosial, dan mahluk religius (Sauri, 2006:21). Selanjutnya mengenai hal ini Sauri (2006:29) berpendapat bahwa: 5

. Pendidikan Umum merupakan suatu fase belajar di mana semua siswa baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan suatu pengalaman yang sama, dan menghadapkan mereka kepada masalah-masalah pribadi dan masalah sosial, tanpa melihat latar belakang minat dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa, mereka berhak menerima Pendidikan Umum. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dalam menjalankan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu, sekolah sebagai pelaksana teknis kerap menemukan berbagai permasalahan, diantaranya: 1. Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak layak dimasukkan ke dalam lingkungan pendidikan umum. 2. Tidak tersedianya guru pendamping bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah umum. 3. Sikap pesimis yang muncul di sebagian besar tenaga pendidik akan keberhasilan sekolah dalam menumbuhkembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus. 4. Seluruh komponen sekolah dituntut untuk menciptakan kultur pembelajaran baru bagi anak berkebutuhan khusus, yang pada saat sebelumnya kultur tersebut belum pernah dilaksanakan. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, sekolah umum diharapkan mampu mencari solusi terbaik dalam menangani anak berkebutuhan khusus agar peserta didik tersebut mampu berkembang layaknya anak-anak normal lainnya. 6

2. Rumusan Masalah Secara umum penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana strategi pengembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus yang diterapkan di SMP Istiqamah Bandung? Untuk menjabarkan fokus pada penelitian ini sebagaimana dijelaskan diatas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana profil SMP Istiqamah Bandung? 2. Bagaimana pihak sekolah memperlakukan anak berkebutuhan khusus? 3. Kendala-kendala apa yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus? 4. Langkah apa saja yang ditempuh dalam mengatasi berbagai kendala selama menangani anak berkebutuhan khusus? 5. Faktor apa saja yang mendukung terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus? 6. Program apakah yang diterapkan sekolah sehingga tercipta kemandirian anak berkebutuhan khusus? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus di SMP Istiqamah Bandung, sehingga dapat terukur keberhasilan sekolah ini dalam menjalankan amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem 7

Pendidikan Nasional yang memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: a. Memperkenalkan profil SMP Istiqamah Bandung b. Mengembangkan kemampuan seluruh komponen, khususnya guru di SMP Istiqamah Bandung dalam memperlakukan anak berkebutuhan khusus selama proses pembelajaran. c. Menemukan solusi dari kendala-kendala yang dihadapi selama menangani anak berkebutuhan khusus. d. Mengembangkan faktor-faktor pendukung yang membantu terciptanya kemandirian anak berkebutuhan khusus. e. Mengkreasikan program kegiatan sekolah yang dapat menciptakan kemandirian peserta didik, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus. f. Merekomendasikan hasil penelitian untuk dijadikan bahan acuan bagi pihakpihak pemangku kebijakan dibidang pendidikan, bahwa keberadaan anak berkebutuhan khusus di sekolah umum perlu mendapatkan perhatian, sehingga pada perkembangan selanjutnya peserta didik yang tergolong anak berkebutuhan khusus mampu hidup mandiri. 8

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dalam kerangka kajian teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian ke arah pengembangan pendidikan nilai di sekolah umum terkait dengan penanganan kasus anak berkebutuhan khusus. Penelaahan aspek psikologis sangat membantu dalam menerapkan metode pembelajaran yang berdampak signifikan terhadap perkembangan kemandirian anak berkebutuhan khusus selama mengikuti proses pembelajaran di SMP Istiqamah Bandung. 2. Manfaat Praktis Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat luas bahwa anak berkebutuhan khusus memperoleh perlindungan hukum yang jelas untuk menjalani proses pendidikan di sekolah umum. b. Mengembangkan potensi pedagogik, kepribadian, psikologis, dan sosial guru, dengan menggunakan anak berkebutuhan khusus sebagai alat ukurnya. c. Menumbuhkan perhatian khusus dari pemangku kebijakan di sekolah akan pentingnya dukungan sarana dan prasarana dalam menumbuhkembangkan kemandirian anak berkebutuhan khusus. d. Menggerakkan dukungan dinas terkait terhadap pelaksanaan program pengembangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus melalui pemberian bantuan materil untuk sekolah umum yang menyediakan layanan bagi anak berkebutuhan khusus. 9

E. Struktur Organisasi BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta stuktur organisasi penulisan tesis. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi konsep-konsep/ teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dikaji oleh penulis, yakni terkait Strategi Pengembangan Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Istiqamah Bandung. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, antara lain: Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan Penelitian, Prosedur Penelitian, serta Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua hal utama, yakni pengolahan atau analisis data yang menghasilkan temuan berkaitan dengan Strategi Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Istiqamah Bandung, serta pembahasan atau analisis temuan dari permasalahan yang dikaji oleh penulis. 10

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. 11