2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Purwnti, 2015 Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

1. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu jalan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faris Fauzi, 2014

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pratiwi Tristiyani, 2014 Pendapat peserta didik tentang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, bab II pasal 3, menyatakan pendidikan memiliki fungsi dan tujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berorientasi pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sekolah sebagai lembaga pendidikan (formal), memiliki tugas yang cukup berat yang akan berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup. Sekolah berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam arti menumbuhkan, memotivasi dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang mencakup etika, logika, estetika, dan praktika, sehingga tercipta manusia yang utuh dan berakar pada budaya bangsa (Sumidjo, 1999, hlm. 71). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki peran untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian dalam bidang tertentu. Bekal keahlian mendukung untuk merebut pasar kerja dan menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. Peserta didik SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) diharapkan sudah dapat menyelesaikan tugas perkembangan di bidang akademiknya, yaitu memilih serta mempersiapkan pekerjaan dengan menyeleraskan kesuksesan akademik dan informasi pekerjaan yang sesuai dengan potensi bakat maupun minat yang dimiliki. Tujuannya peserta didik SMK mampu memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan mempersiapkandiri, memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan (Yusuf, 2005. hlm. 83). 1

2 Standar kompetensi kelulusan (SKL) dalam (Depdikbud, 2013, hlm.3) dijelaskan bahwa lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket-C adalah memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut. 1) Dimensi kualifikasi kemampuan sikap yang mencakup: memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 2) Dimensi kualifikasi kemampuan pengetahuan yang mencakup: memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. 3) Dimensi kualifikasi kemampuan keterampilan yang mencakup: memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri. Salah satu cara untuk mewadahi serta mengembangkan keterampilan dan potensi peserta didik secara optimal untuk menunjang ketercapaian standar kompetensi kelulusan dan tercapainya tujuan pendidikan nasional adalah kegiatan belajar yang berkesinambungan. Belajar merupakan kegiatan yang paling penting dan dapat dikatakan merupakan kegiatan pokok pendidikan. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada pengalaman pembelajaran yang dialami langsung oleh peserta didik. Hamalik (2001, hlm.26) mendefinisikan belajar sebagai suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru yang diperoleh dari pengalaman dan latihan. Dalyono (2009, hlm.49) menyatakan belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar bersifat permanen atau dapat dikatakan menetap. Tingkah laku yang dihasilkan menetap dan menjadi tolok ukur perilaku individu dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan relatif memerlukan

3 waktu yang panjang melalui kegiatan meniru, latihan, ganjaran, penguatan dan pengalaman. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang sifatnya positif dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan-perubahan disebut sebagai hasil belajar apabila perubahan yang bergerak secara dinamis ke arah positif atau ke arah yang lebih baik. Tujuan usaha dan proses belajar yang dilakukan peserta didik adalah mencapai prestasi belajar sesuai harapan dan tujuan. Prestasi belajar merupakan pencapaian serta kemajuan dalam perkembangan peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar dalam jangka waktu tertentu. Seluruh pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kecakapan, dan perilaku individu terbentuk dan berkembang melalui proses belajar dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Prestasi belajar juga merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam usaha dan upaya belajar yang dinyatakan dalam nilai yang tertuang dalam raport. Djamarah (1991, hlm.23) memberikan pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh yang mengakibatkan perubahan dalam diri pesera didik sebagai hasil dari aktivitas belajar. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Proses belajar dan prestasi belajar saling bersinergi dan saling mempengaruhi, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. Makmun (2007, hlm.166-167) berpendapat komponen proses belajar dan mengajar (PBM) yang terdiri atas raw input (peserta didik), environmental input (lingkungan), proses belajar mengajar, serta expected output (hasil belajar yang diharapkan) sangat jelas empat komponen tersebut mempengaruhi hasil belajar yang efektif serta dari peserta didik berupa prestasi belajar. Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik peserta didik (menunjukkan kepada faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri seperti motivasi, percaya diri, dan stimulasi). Faktor lain yang berasal dari dalam diri peserta didik antara lain keyakinan diri atau self-efficacy. Keyakinan terhadap kemampuan diri pada peserta didik menjadi aspek yang penting untuk mengarahkan dan menggerakkan proses belajar yang efektif dan berkesinambungan. Keyakinan terhadap kemampuan diri akan menggerakkan dan

4 mengarahkan perilaku serta serangkaian tindakan dalam memenuhi tuntutan dari berbagai situasi pembelajaran. Keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu merujuk kepada istilah self-efficacy. Sesuai dengan pendapat Schunk (1995, hlm.112-137), self-efficacy mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dalam memilih aktivitasnya. Peserta didik dengan self-efficacy yang rendah akan menghindari pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang karena tidak yakin dengan kemampuan sehingga beranggapaan tidak dapat menyelesaikan tugas tersebut, sedangkan peserta didik dengan self-efficacy diri yang tinggi memiliki keinginan yang besar untuk mengerjakan tugas-tugas karena yakin terhadap kemampuannya untuk dapat menyelesaikan semua tugas. Dengan kata lain keyakinan diri berhubungan dengan motivasi dalam diri peserta didik dalam memilih serta mengerjakan aktivitas, termasuk dalam proses pembelajaran di sekolah. Bandura (2009, hlm.2) menyatakan self-efficacy sebagai keyakinan kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi, melakukan serangkaian tindakan yang dianggap perlu dalam mencapai suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuannya. Pada proses belajar, self-efficacy dapat terlihat dari sejauh mana upaya dan usaha yang dilakukan oleh peserta didik dalam mengatasi tuntutan-tuntutan pendidikan di sekolah. Keyakinan peserta didik meliputi keyakinan usaha dan upaya yang dilakukannya dapat mengatasi kesulitan dan permasalahan belajar, dalam mengerjakan berbagai tugas yang diberikan oleh guru, dan upaya untuk mendapatkan serta mempertahankan aktivitas dalam pembelajaran di sekolah sebagai upaya untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan di sekolah. Fokus teori self-efficacy menjurus kepada hubungan antara pencapaian prestasi dengan peserta didik. Menurut Bandura, peserta didik yang yakin tidak dapat dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan lingkungan akan cenderung memfokuskan diri kepada ketidakcakapan dan membesar-besarkan potensi kesulitan. Peserta didik yang memiliki self-efficacy yang kuat, sebaliknya akan cenderung untuk memberikan perhatian lebih terhadap usaha sesuai tuntutan kewajiban dan akan meminimalkan potensi kesulitan. Self-efficacy juga selalu dikaitkan dengan motivasi dan prestasi dalam proses pembelajaran.

5 Schunk (1990, hlm.3-6) menyatakan self-efficacy untuk mencapai keberhasilan dan prestasi di sekolah dapat membantu peserta didik berusaha secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Self-efficacy peserta didik meneguhkan atau memperkuat motivasi. Self-efficacy memberikan dampak pada motivasi melalui penetapan tujuan dan mempengaruhi tujuan yang akan diteruskan. Self-efficacy yang tinggi, membuat peserta didik mampu menentukan tujuan yang tinggi dan akan tetap meneruskannya meskipun harus menghadapi kesulitan. Sebaliknya apabila selfefficacy rendah, peserta didik akan menghindari tugas ketika timbul masalah. (Bandura, 1993, Zimmerman, bandura dan martin Pons, 1992). Penelitian yang dilakukan terhadap 25 anak di bawah 16 tahun yang menunjukkan self-efficacy secara konsisten menjadi prediktor untuk usaha, kelanjutan, ketekunan dan keberhasilan (Philipchalk, 2005) Self-efficacy adalah penilaian terhadap keyakinan diri, apakah individu dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan tindakan-tindakan sesuai dengan tuntutan-tuntutan. Bandura (2009, hlm.203) mengutarakan self-efficacy didefinisikan sebagai penilaian pribadi atas keyakinan seseorang terhadap kemampuan dan potensi diri dalam mengatur dan melaksanakan program untuk mencapai tujuan. Selanjutnya Bandura (2009, hlm.2) menyatakan self-efficacy merupakan keyakinan terhadap kemampuan diri guna melakukan aktivitas-aktivitasnya. Self-efficacy adalah bagian diri (self) yang dapat mempengaruhi jenis aktivitas yang dipilih, besarnya usaha yang akan dilakukan oleh individu dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan yang ada. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam mengatasi kesulitan. Self-efficacy akan menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam menampilkan suatu perilaku yang akhirnya mempengaruhi orang itu sendiri. Dengan kata lain, apabila seseorang mengalami keberhasilan dalam belajar, maka self-efficacy nya akan meningkat, dan tingginya self-efficacy akan memotivasi secara kognitif untuk bertindak lebih tekun, terutama apabila tujuan yang hendak dicapai sudah jelas. Self-efficacy memberikan pengaruh pada peserta didik untuk meraih prestasi belajar. Self-efficacy mempengaruhi usaha dan upaya peserta didik dalam proses

6 pembelajaran, membantu peserta didik melewati permasalahan dan kesulitan belajar, serta memberikan ketahanan diri kepada peserta didik dalam usaha dan upayanya untuk meraih hasil belajar yang dapat dilihat melalui nilai raport. Tidak semua peserta didik dapat mencapai tingkat pencapaian akademik. Seringkali timbul berbagai masaalah dan kesulitan sehubungan dengan proses pembelajaran yang menunjang prestasi peserta didik. Isu prestasi belajar telah menarik minat banyak peneliti untuk meneliti apakah faktor yang berhubungan dan mempengaruhi prestasi peserta didik. Penelitian pendahuluan di SMK Negeri 12 Bandung pada bulan September hingga Oktober 2015 mendapatkan hasil sebagai berikut. (1) Prestasi belajar peserta didik mayoritasnya sudah tergolong baik dan dapat dikategorikan tinggi jika dilihat dari rata-rata nilai raport. (2) Self-efficacy, pada umumnya peserta didik belum yakin dan paham dengan potensinya sendiri, menganggap beberapa pelajaran sulit, proses pembelajaran selalu berfokus kepada guru, jika tidak ada guru peserta didik berkeliaran di luar kelas, beberapa peserta didik yang terlambat ke sekolah, tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mencontek pada saat ulangan, kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan sebagai sumber belajar, serta pernyataan beberapa peserta didik yang mengatakan bahwa belajar di sekolah tidak akan mempengaruhi hasil prestasi yang dicapainya. (4) Faktor pengawasan orang tua. Beberapa peserta didik tidak tinggal bersama orang tua sehingga menyebabkan pengawasan dari orang tua kepada anaknya menjadi kurang. Fenomena yang terjadi di SMK 12 Negeri Bandung menjadi indikasi peserta didik belum memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam proses pembelajaran yang menunjang pencapaian prestasi belajar. Self-efficacy dan prestasi belajar saling berhubungan satu sama lain. Selfefficacy penting untuk menunjang kegiatan belajar di sekolah. Jika tidak, maka akan menimbulkan berbagai kesulitan dan permasalahan belajar. Optimaliasai self-efficacy dan prestasi belajar agar berhasil dalam kegiatan belajar membutuhkan dukungan Layanan Bimbingan dan Konseling. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk memfasilitas peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi sosial, belajar dan karir. Peserta didik memerlukan bimbingan yang lebih fokus

7 pada pribadi dan hubungannya dengan belajar. Bimbingan belajar di sekolah ditujukan supaya peserta didik dapat mencapai prestasi belajar dan menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Layanan bimbingan dan konseling, diharapkan membantu peserta didik memahami potensi yang dimiliki, mampu meyakini kemampuan diri, mampu mengambil keputusan dan inisiatif, serta mampu melakukan serangkaian aktivitas yang sesuai dengan tujuan. Peserta didik diharapkan mampu menampilkan perannya baik di lingkungan sosial maupun di lingkungan belajarnya. Bantuan yang diberikan melalui bimbingan dan konseling berhubungan dengan self-efficacy menitikberatkan pada penjelasan dan pemahaman mengenai bagaimana menanamkan keyakinan diri agar peserta didik mampu melihat dan meyakini potensi yang dimilikinya. Pada akhirnya diharapkan dapat mendukung proses belajarnya di sekolah. Peserta didik mampu melakukan aktivitas belajar atas keyakinan sendiri sehingga mengembangkan motivasi belajar peserta didik. Bimbingan dan konseling tidak hanya berfungsi sebagai pemahaman dan pencegahan maka fungsi lainnya pun harus dilakukan. Fungsi bimbingan dan konseling harus bersifat melengkapi satu sama lain agar tujuan dari bimbingan akan tercapai dengan baik. Prayitno (2008, hlm.279) menyatakan layanan bimbingan belajar yang diberikan oleh Guru BK untuk mengembangkan prestasi belajar peserta didik melalui tahapan-tahapan; (a) pengenalan peserta didik yang mengalami masalah belajar, (b) pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar, (c) pemberian bantuan pengentasan masalah belajar yang dialami peserta didik. Optimalisasi prestasi belajar dan upaya mengatasi permasalahan belajar pada peserta didik dapat dilakukan dengan cara ; (a) pengajaran perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c) pengingatan motivasi belajar siswa, dan (pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Bagaimana optimalisasi layanan bimbingan belajar diperlukan penelitian mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik antara lain self-efficacy. Peneliti memfokuskan penelitian terhadap hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar peserta didik kelas X SMK Negeri 12 Bandung tahun ajaran 2015/2016.

8 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Schunk (1985, hlm.307-317) dan J.E. William (1996, hlm.77-80) menyatakan self-efficacy memiliki peranan penting dalam pencapaian prestasi. Kare multon menyatakan self-efficacy memiliki kaitan dengan pencapaian prestasi dan ketahanan dalam suasana akademik yang berbeda. Peserta didik yang memiliki keyakinan akan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan berupa prestasi kemudian peserta didik akan lebih tekun dalam usaha dan upayanya dalam belajar sehingga membuat motivasi meningkat dan secara prestasi lebih gemilang berbanding dengan yang tidak memiliki keyakinan (Philipchalk, 2005). Schunk (1990, hlm.3-6) menyatakan self-efficacy untuk mencapai keberhasilan di sekolah dapat membantu peserta didik untuk berusaha secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Self-efficacy pada peserta didik meneguhkan atau memperkuat motivasi. Self-efficacy menunjukkan dampak pada motivasi melalui penetapan tujuan, dan mempengaruhi tujuan yang akan diteruskan. Self-efficacy yang tinggi membuat peserta didik memperoleh motivasi yang tinggi pula yaitu dengan menentukan tujuan yang tinggi dan akan tetap meneruskannya meskipun harus menghadapi kesulitan sehingga tercapainya hasil belajar yang memuaskan berupa prestasi belajar. Bandura (1997, hlm.80) menyatakan keberhasilan atau prestasi dalam melakukan sesuatu yang diinginkan akan menjadi pengalaman serta sumber self-efficacy akan kemampuan yang dimiliki. Self-efficacy dan prestasi belajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan yang saling berhubungan satu sama lain dan tentunya sangat penting bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Self-efficacy secara langsung mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, sejauh mana peserta didik yakin terhadap semua kemampuan dan potensinya serta mengoptimalkannya guna meraih prestasi belajar yang diinginkan. Prestasi belajar juga menentukan self-efficacy, keberhasilan dan prestasi belajar akan membuat peserta didik lebih yakin atas kemampuannya sehingga mendorong peserta didik untuk lebih berprestasi dalam belajar. Keberhasilan dan prestasi belajar peserta didik merupakan faktor yang berperan penting dalam diri peserta didik. Adanya selfefficacy pada diri individu akan menimbulkan keyakinan yang memberikan suatu

9 dorongan dan daya tahan dari dalam sehingga menjadikan dasar dan mengarahkan individu dalam proses pembelajaran disekolah guna mencapai prestasi belajar. Pada kenyataannya masih banyak peserta didik yang belum memiliki selfefficacy dan motivasi belajar yang optimal, sehingga menimbulkan banyak permasalahan dan kesulitan belajar yang berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik yang dimanifestasikan berupa prestasi belajar peserta didik. Terdapat peserta didik dengan prestasi belajar yang rendah karena self-efficacy yang membuat peserta didik tidak dapat mengoptimalkaan semua potensi yang ada dalam dirinya, dengan kata lain self-efficacy dan prestasi belajar sangat penting bagi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar di sekolah. Berdasarkan identifikasi masalah disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar pada peserta didik SMK Negeri 12 Bandung kelas X Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana hubungan antara dimensi-dimensi self-efficacy yang terdiri dari magnitude/level, strength, dan generality dengan prestasi belajar pada peserta didik SMK Negeri 12 Bandung kelas X Tahun Ajaran 2015/2016? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Memperoleh gambaran hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar pada peserta didik SMK Negeri 12 Bandung kelas X tahun ajaran 2015/2016? 2. Memperoleh gambaran hubungan antara dimensi-dimensi pada selfefficacy dengan prestasi belajar pada peserta didik SMK Negeri 12 Bandung kelas X Tahun Ajaran 2015/2016? 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian memiliki beberapa manfaat, sebagai berikut: 1. Bagi konselor sekolah/guru BK.

10 Secara praktis diharapkan penelitian dapat menjadi masukan dan acuan dasar dalam melaksanakan pembuatan dan pemberian layanan Bimbingan dan konseling di sekolah, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan perkembangan peserta didik khususnya dalam proses pembelajaran agar peserta didik mampu memperoleh prestasi belajar dengan mengoptimalkan self-efficacy dan prestasi belajar yang dimiliki. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya. Sebagai rujukan pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya dengan mengangkat tema-tema baru dari lingkup self-efficacy, sesuai dengan kondisi aktual remaja peserta didik. Salah satunya meneliti dengan pendekatan kualitatif self-efficacy dan prestasi belajar peserta didik yang mengalami pokrastinasi akademik pada latar belakang budaya yang berbeda 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Hasil penelitian dalam skripsi dituliskan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II Kajian Pustaka meliputi konsep-konsep/teori-teori dalam bidang yang dikaji, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, kerangka pemikiran. BAB III Metode Penelitian meliputi desain penelitian, partisipan, penentuan populasi dan sampel, perumusan dan pengembangan instrument penelitian, prosedur penelitian dan analisi data. BAB IV Temuan dan Pembahasan meliputi pengolahan data dan pembahsan hasil pengolahan data. BAB V Simpulan, dan Rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian. Rekomendasi penelitian bagi guru BK dan peneliti selanjutnya.