BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka, Sidoarjo, 2009, hal. 6

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. 2012, hal Sulthon, Ilmu Pendidikan, Cet I, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm, 1.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. hlm, Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, Erlangga, Jakarta, 1998, hlm. 7

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun non formal. Belajar adalah key term, istilah kunci yang

PENGARUH SIKAP BELAJAR SISWA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. Semarang, 2008, hlm Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Kansius, Yogyakarta, 2007, hlm. 9.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, Semarang, 2005, hlm. 1 3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media,

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk membentuk sumber

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Hamzah B Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 138.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (SISDIKNAS) dan penjelasannya, (Jogjakarta: Media Wacana Press), hlm. 12.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

2015 PEMBELAJARAN PAI PADA PROGRAM AKSELERASI DI SD AR-RAFI BALEENDAH

2015 PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN PADA SMK NEGERI DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan No.20 tahun 2003, Dinas Pendidikan Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Dasar-dasar Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, November 2011, hlm 98

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia. merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 6 2 Ibid, Hal.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi pada saat ini seseorang. jawab dalam tantangan zaman. Oleh karena itu, hal ini merupakan tantangan

íóñúýóúö Çááøóåõ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ ãöäúßõãú æóçáøóðöíäó ÃõæÊõæÇ ÇáúÚöáúãó ÏóÑóÌóÇÊò. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin besar peluang kemajuan yang akan dicapai. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Jakarta, 2003, hlm Hamzah B Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses belajar Megajar yang

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya kemunduran umat Islam tidak lain disebabkan oleh kemiskinan ilmu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkepribadian baik dan mempunyai kecerdaan yang unggul

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan professional berbeda dengan pekerjaan lainnya, karena suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sudah lebih dari 60 tahun merdeka, tetapi belum memiliki kualitas sumber daya manusia yang memadai. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan dan berbagai jalur, jenjang dan jenis pendidikan belum memadai. Rendahnya kualitas penyelengaaraan dan hasil pendidikan ini antara lain disebabkan oleh karena pembuatan kebijakan, pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang akan digunakan, pengadaan dan pengembangan tenaga kependidikan, sistem pengajian, sistem evaluasi, pengadaan sarana dan prasarana tidak didasarkan dari hasil penelitian yang memadai. Untuk itu kualitas pendidikan di Indonesia harus ditingkatkan. 1Pemerintah perlu melihat negara-negara maju di dunia bagaimana cara mengelola system pendidikan agar mampu mencapai tujuan yang ingin dicapai.pemerintah juga perlu menyadarkan masyarakat tentang arti pendidikan bagi kehidupan mereka. Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa: (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam undang-undang; (3) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (4) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; (5) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari anggaran 1 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii 1

2 pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.2 Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Sebagai aktifitas yang disengaja, pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga membentuk satu sistem yang saling mempengaruhi. Omar Muhammad Toumy as-syaibani yang dikutip oleh Hasan Basri mengartikan pendidikan sebagai perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada tataran tingkah laku individu maupun pada tataran kehidupan sosial serta pada tataran relasi dengan alam sekitar atau pengajaran sebagai aktifitas asasi dan proporsi di antara profesi dalam masyarakat. 3 Sedangkan istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta dib dan al-ta lim. Dari ketiga term tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya. Para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasikan pengertian pendidikan Islam diantaranya adalah Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.4 Setiap manusia yang ingin mengembangkan kehidupan mereka kearah yang lebih baik maka ia harus memperhatikan pendidikan agar perkembangan mereka mengarah pada perkembangan yang lebih baik dan bersifat positif seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir diatas. Dalam al-qur an ayat 1-5 surat al-alaq yang berbunyi: 2 UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen secara Lengkap (Pertama 19992002), Bandung M2S, 2004, hal 12 3 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia, 2013, hal 15. 4 Ar-rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2005, hal 25.

3 Artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang mereka tidak ketahui.5 Ayat diatas menjelaskan bahwa Islam memerintahkan supaya belajar, karena belajar adalah kewajiban utama bagi setiap insan baik laki-laki maupun perempuan dan merupakan saran peningkatan terbaik untuk mencerdaskan umat dan kebangunan dunia ini, khususnya bila ilmu itu disertai dengan amal. 6 Dalam pendidikan sendiri tidak lepas dari yang namanaya pembelajaran. Pembelajaran (instruction) ialah proses atau upaya yang dilakukan seseorang (misal guru) agar orang lain (dalam hal ini murid) melakukan belajar. Jadi, pembelajaran tidak identik dengan belajar, sebagaimana yang dipahami sebagian orang selama ini. Sebaliknya, pembelajaran amat mirip kalau tidak persis dengan proses mengajar atau proses mengajar belajar (the teaching learning procces) dalam arti, di satu sisi guru mengajarkan atau menyajikan materi, sedang murid belajar atau menyerap materi tersebut dalam situasi interaktif-edukatif.7 Menurut Bruner yang dikutip oleh Muhibbin Syah bahwa proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase informasi, transformasi, dan evaluasi pendapat ini berarti bahwa dalam setiap pelajaran diperoleh informasi, dan informasi ini dianalisis, diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Melalui bantuan guru kemudian dinilai sampai di mana pengetahuan 5 Al-Qur an surat al-alaq ayat 1-5, al-qur an dan terjemah, Departemen Agama RI, Mekar, Surabaya, 2002, hlm. 793 6 Ridwan Nashir, Mencari Tripologi Format Pendidikan Ideal, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hal 60 7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013, hal 225

4 yang di peroleh dan transformasi itu di manfaatkan untuk memahami gejalagejala lain. Dalam setiap proses belajar ketiga fase tersebut selalu ada. Namun yang menjadi masalah yaitu seberapa banyak informasi yang di perlukan agar dapat ditransformasi. Hal ini bergantung pada hasil yang di harapkan. Motivasi siswa belajar, minat, keinginan untuk mengetahui, dan dorongan untuk menemukan sendiri.8 Adapun pengertian pembelajaran, menurut aliran behavioristik, adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar ia dapat mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan scientific setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya. Pada dasarnya, semua siswa memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud semata. Berdasarkan pengetahuan awal dan pengalaman yang ada, Siswa menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka mengonstruksi interpretasi pribadidan maknamakna.makna dibangun ketika guru memberikan permasalhan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya serta mendorong inquiry untuk member kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat kepada siswa.9 Oleh karena itu pendidik dituntut untuk menciptakan suatu pembelajaran yang menarik minat siswa untuk bisa mengembangkan bakat mereka. Pembelajaran yang kurang tepat akan membuat peserta didik jenuh yang akhirnya tidak bisa mengembangkan bakat dan minat mereka. 8 Hamzah B. Uno, Nurdin Mohammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta, Bumi Aksara, 2011, hal 140 9 Hasan Basri, Op.cit, hal 204.

5 Untuk mendapatkan pembelajaran yang efektif perlu adanya pendekatan yang sesuai untuk diaplikasikan dalam sebuah kelas tertentu. Salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan pengajaran terbalik. Pengajaran Terbalik merupakan suatu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi-strategi belajar. Pengajaran Terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan atau pengajuan pertanyaan. Dengan Pengajaran Terbalik guru mengajarkan siswa ketrampilan-ketrampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui permodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan ketrampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding.10 Pendidik dituntut mampu menggunakan suatu pendekatan yang nantinya dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran sehingga mampu mencapai kompetensi serta tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul PENERAPAN PENDEKATAN PENGAJARAN TERBALIK UNTUK MENINGKATKAN KOGNISI SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS MATHOLI UL HUDA BUGEL KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2104/2015. B. Fokus Penelitian Agar dalam pembahasan ini tidak terjadi kesalahpahaman dan berbagai penafsiran, maka peneliti perlu adanya sebuah penjelasan tentang beberapa fokus yang sekaligus sebagai batas penelitian. Dalam fokus penelitian ini, hanya difokuskan pada hal-hal sebagai berikut: 1. Penerapan pendekatan pengajaran terbalik pada mata pelajaran fiqih di MTs Matholi ul Huda Bugel Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015? 10 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif, Jakarta, Prestasi Pustaka, 2011, hal 96

6 2. Faktor pendukung dan penghambat dari penerapan pendekatan pengajaran terbalik pada mata pelajaran fiqih di MTs Matholi ul Huda Bugel Kedung Jepara Pelajaran 2014/2015? C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka masalah yang muncul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan pendekatan pengajaran terbalik pada mata pelajaran fiqih di MTs Matholi ul Huda Bugel Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat dari penerapan pendekatan pengajaran terbalik pada mata pelajaran fiqih di MTs Matholi ul Huda Bugel Kedung Jepara Pelajaran 2014/2015? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah di sebutkan maka tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Bagaimanakah penerapan pendekatan pengajaran terbalik pada mata pelajaran fiqih di MTs Matholi ul Huda Bugel Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari penerapan pendekatan pengajaran terbalik pada mata pelajaran fiqih di MTs Matholi ul Huda Bugel Kedung Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, secara kongkrit dapat dikategorikan atas dua manfaat yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dipaparkan sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

7 a. Salah satu sumber yang dapat menambah khasanah pengetahuan yang akan memberikan kontribusi terhadap pihak-pihak yang ingin mengkaji lebih lanjut tentang pendekatan pengajaran terbalik 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan arah kepada sekolah terutama bagi guru dan siswa di MTs Matholi ul Huda Bugel Kedung Jepara Sebagai bahan kajian agar dapat diterapkan dalam pembelajaran demi kemajuan proses pembelajaran mata pelajaran fiqih. a. Bagi guru PAI penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Bagi penulis dapat menambah wawasan penulis mengenai nilai wacana pendidikan khususnya pendidikan islam, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan berprilaku. c. Bagi lembaga pendidikan Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas loembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum. Dapat diajdikan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan dalam lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap masalah yang ada.