BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK

2015 PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG PADA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB I PENDAHULUAN. konsep fisika dan mampu menerjemaahkan representasi-representasi suatu konsep

I. PENDAHULUAN. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisis Konsistensi Respon Siswa SMA terhadap Tes Representasi Majemuk dalam Pembelajaran Fisika Materi Gerak Lurus

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya karena materi fisika memiliki banyak rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 1 Nomor 2, Desember 2015 p-issn: e-issn: Halaman 45

Penerapan Five Stage Conceptual Teaching Model untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Konsistensi Ilmiah pada Siswa SMA

ANALISIS KOHERENSI KONSEP HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PALU

2015 PENERAPAN FIVE STAGE CONCEPTUAL TEACHING MODEL UNTUK MENINGKATKAN KONSISTENSI ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat saat ini

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Indonesian Journal of Science Education

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

BAB III 1 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oktifiyanti, 2013

GLBB & GLB. Contoh 1 : Besar percepatan konstan (kelajuan benda. bertambah secara konstan)

BAB II KAJIAN TEORETIS

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PADA KONSEP GERAK, HUKUM NEWTON, USAHA DAN ENERGI

ANALISIS KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH MAHASISWA PADA KONSEP GAYA MENGGUNAKAN TES R-FCI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah. Roswati dalam Wisma (2008) mengemukakan bahwa,

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

ANALISIS REPRESENTASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN FISIKA

Konsistensi Konsepsi Siswa Melalui Penerapan Model Interactive Lecture Demonstration pada Materi Gelombang Mekanik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan

ANALISIS MULTIMODAL REPRESENTASI MAHASISWA CALON GURU PADA PEMAHAMAN KONSEP LISTRIK DINAMIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

I. PENDAHULUAN. Ilmu fisika mempelajari tentang gejala-gejala alam yang dapat dibuktikan

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara. keseluruhan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses

ANALISIS KESUKARAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN FISIKA BERDASARKAN REPRESENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sulit (Angell et all., 2004). Hal ini terjadi karena materi fisika memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat memahami sejumlah (a modest amount) konsep dan dapat menerapkan atau

MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA 1 M. Yusup 2 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi mewarnai dan menjadi salahsatu faktor penting penunjang aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,

TINJAUAN PUSTAKA. Representasi merupakan suatu bentuk pengganti atau sesuatu yang mewakili

STUDI KOMPETENSI MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PADA TOPIK ELEKTROSTATIKA

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP RANGKAIAN ARUS SEARAH PADA SISWA MAN 1 JEMBER KELAS XII. Rahmawati

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MULTIPLE REPRESENTATION PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MAHASISWA FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Physics Communication

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

BAB II. Tinjauan Pustaka

Pengembangan Buku Referensi Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Kalor dan Termodinamika

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest and Posttest Design.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

intelegensi siswa. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan siswa yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.

Konsistensi Penalaran Siswa dalam Pemecahan Masalah Fisika untuk Konteks yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi dan berhadapan dengan masalah-masalah yang timbul.

I. Suminar*, P. Siahaan, I. Mustika Sari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, dengan 35 responden menunjukkan bahwa 94,3 % tidak konsisten konsistensi representasi dan 100 % tidak konsisten konsistensi ilmiah dari sebuah permasalahan yang disajikan atau ditampilkan dengan cara yang berbeda, sehingga memberikan dampak ketidak konsistenan terhadap konsep fisika yang dipahaminya. Contohnya ketika siswa diberikan soal bentuk matematis, akan lebih mudah menjawab daripada diberikan soal dengan bentuk grafik atau gambar walaupun secara konsep dan konteks yang sama. Terkadang siswa menjawab permasalahanpermasalahan tersebut dengan menebaknya, karena siswa kebingungan dengan konsep dari permasalahan yang diberikan dengan representasi yang berbeda. Pada umunya guru fisika saat ini bukan mengajar fisika tetapi mengajar matematika dengan contoh-contoh soal fisika. Hal tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran fisika yang cenderung menggunakan representasi matematik dan terlalu banyak menghabiskan waktu dalam penurunan rumus matematika (Hamdani, 2010). Hal ini senada dengan observasi awal yang dilakukan sebelum penelitian. Observasi pembelajaran fisika pada suatu kelas secara langsung menunjukkan bahwa guru lebih banyak menghabiskan waktu untuk penurunan rumus matematika. Fisika bukan matematika, tetapi fisika membutuhkan matematika untuk menyederhanakan konsep-konsep fisika yang dibuat dalam bentuk persamaan matematika (rumus). Untuk memahami konsep-konsep fisika, siswa harus terampil dalam menuangkan konsep-konsep tersebut dengan berbagai cara atau bentuk (representasi majemuk atau multi representasi). Keterampilan representasi adalah kemampuan yang harus dimilki untuk menginterprestasi dan menerapkan berbagai konsep dalam memecahkan masalah-masalah secara tepat (kohl dan Noah, 2005). 1

2 Sedangkan multi representasi (representasi majemuk) adalah representasi konsep yang dilakukan lebih dari satu cara. Dalam jurnal Relations between representational consistency, conceptual understanding of the force concept, and scientific reasoning, dijabarkan representasi-representasi dalam fisika, diantaranya; (1) representasi verbal; (2) representasi fisis; dan (3) representasi matematis. Ketiga representasi tersebut harus diterapkan guru fisika agar siswa memahami konsep-konsep fisika dengan benar dan utuh. Dengan menggunakan representasi majemuk dalam pembelajaran fisika akan memberikan banyak manfaat, diantaranya mengasah kemampuan intelegensi (kecerdasan) siswa secara beragam atau lebih dikenal dengan istilah intelegensi majemuk (multi intelegensi). Menurut Ainsworth (2006), konsistensi respon siswa dalam memahami konsep fisika menuntut pemahaman yang lebih dari siswa untuk melihat kesetaraan dari permasalahan fisika yang dituangkan dengan berbagai cara. Dengan pemahaman yang lebih mendalam akan menjadikan seorang siswa konsisten terhadap apa yang dia pahami dan diyakini kebenarannya. Dampak tidak langsung dari kekonsistenan tersebut adalah terhadap konsistensi representasi, walaupun apa yang dia yakini tidak benar secara ilmiah hanya melihat kesetaraan dari segi representasi yang berbeda dan konsistensi ilmiah yang benar-benar menuntut pemahaman ilmiah untuk melihat kesetaraan berbagai representasi dan konsisten terhadap berbagai representasi dari konsep-konsep fisika (Nieminen, Savinainen, & Viiri, 2010). Kekonsistenan siswa akan membawa siswa ketingkat pemahaman yang lebih baik dalam melihat berbagai konsep-konsep fisika yang dituangkan dalam berbagai permasalahan. Kondisi tersebut mendorong peneliti melakukan penelitian agar siswa dapat memahami berbagai representasi konsep dalam pembelajaran fisika sehingga siswa konsisten (dapat melihat kesetaraan) terhadap konsep permasalahan walaupun dituangkan secara berbeda-beda. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mampu memperlihatkan bahwa fisika dapat dituangkan dan digambarkan dalam berbagai cara sehingga siswa dapat

3 memahami cara manakah yang paling mudah untuk dimengerti dan sesuai dengan gaya belajarnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan fisika dengan tidak melupakan representasi lainnya yang dianggap sulit dengan cara menemukan sendiri dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran. Dari hal tersebut maka setidaknya siswa dapat mengetahui bahwa walaupun suatu permasalahan dituangkan secara berbeda namun tetap dapat melihat kesetaraanya baik dari segi representasinya dan juga dari segi kebenaran ilmiahnya. Permasalahan ini akan dicoba untuk diatasi dengan menggunkan Treatment. Treatment yang digunakan yang didalamnya ada model pembelajaran, menyisipkan ke model pembelajaran cara melatihkan berbagai bentuk representasi dengan konsep yang sama yang dan contoh soal Multi Representasi. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran modified inquiry. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran modified inquiry memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan permaslahannya sendiri. Dalam model pembelajaran modified inquiry ini, guru hanya memberikan permasalahan saja, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi, atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya (Amien, 1987: 142). Cara untuk melatihkannya dengan menampilkan satu bentuk representasi kemudian memberikan bentuk-bentuk representasi yang lain dengan konsep yang sama. Memberikan beberapa contoh soal Multi Representasi dan cara untuk menyelesaikannya. Materi fisika yang ditinjau dalam penulisan ini adalah konsep Gerak. Pemilihan materi tersebut dilakukan karena konsep Gerak sangat akrab dengan keseharian siswa SMP dan merupakan salah satu konsep dalam fisika yang diperkirakan memiliki banyak representasi. Di samping itu, umumnya siswa SMP mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan konsepkonsep yang berkaitan dengan gerak, misalnya dalam menentukan kerangka acuan bagi benda yang dikatakan sedang bergerak, membedakan anatara jarak dengan perpindahan dan bagaimana kecepatan dan percepatan pada benda

4 yang bergerak beraturan (GLB) dengan benda yang bergerak berubah beraturan (GLBB). Untuk mengukur kekonsistenan siswa dalam menginterpretasikan permasalahan fisika dengan multi representasi dapat dilakukan dengan menggunakan tes multi representasi. Tes multi representasi yang digunakan merupakan tes pilihan ganda hasil adopsi dari R-FCI (Representational Of Force Concept Inventory), tidak hanya menampilkan permasalahan fisika dalam bentuk verbal saja ataupun matematis saja. Dalam materi fisika yang di teliti yaitu gerak, konsep gerak dapat dituangkan dalam bentuk grafik, vektor, verbal, bagan, dan lain sebagainya. Pengembangan alat evaluasi siswa untuk mengukur kemampuan siswa dalam menginterpretasi berbagai konsep yang dituangkan beragam (multi representasi) akan memotivasi siswa untuk mempelajari konsep gerak secara utuh dengan berbagai cara dan bentuk penuangan (multi representasi). Hal tersebut sangat bermanfaat bagi siswa karena ketika akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi SMA dan PT dan mendapatkan permasalahan yang kompleks, kemampuan dalam menginterpretasi berbagai representasi permasalahan akan memberikan kemudahan dalam menganalisis berbagai permasalahan dari semua sudut representasi. Berdasarkan uraian di atas, Peneliti mencoba mengadakan penelitian di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung dengan kajian yang akan peneliti teliti adalah Profil Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMP pada Konsep Gerak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimanakah profil tingkat konsistensi representasi dan konsistensi ilmiah siswa SMP pada Konsep Gerak? Rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

5 1. Bagaimanakah profil tingkat konsistensi representasi siswa SMP pada konsep gerak setelah diberikan treatment? 2. Bagaimanakah profil tingkat konsistensi ilmiah siswa SMP pada konsep gerak setelah diberikan treatment? 3. Bagaimana respon siswa terhadap treatment? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk membatasi masalah yang dikaji supaya tidak terlalu luas. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Konsistensi representasi, siswa menjawab tes multi representasi tanpa dilihat kebenaran ilmiahnya. Dan konsistensi representasi mencakup tiga tingkat kekonsistenan yaitu konsisten, cukup konsisten, dan tidak konsisten. 2. Konsistensi ilmiah, siswa menjawab tes multi representasi dengan dilihat kebenaran ilmiahnya. Dan konsistensi ilmiah mencakup tiga tingkat kekonsistenan yaitu konsisten, cukup konsisten, dan tidak konsisten. 3. Respon siswa terhadap treatment positif, jika presentase tingkat setuju siswa lebih dari 60%. D. Variabel Penelitian Tingkat Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil tingkat konsistensi representasi dan tingkat konsistensi ilmiah siswa SMP pada konsep gerak dalam menjawab tes setelah diberikan treatment yang didalamnya ada cara untuk melatihkan berbagai representasi dengan konsep yang sama.

6 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi para peneliti yang bermaksud mengadakan penelitian dan pengembangan sejenis dan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan seperti guru, lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan dan para praktisi/pemerhati pendidikan. G. Definisi Operasional 1. Konsistensi representasi merupakan kemampuan siswa untuk menggunakan representasi yang berbeda secara konsisten tanpa melihat kebenaran ilmiahnya. Hal ini bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari kesetaraan dari berbagai representasi tanpa melihat benar atau tidaknya jawaban siswa dari segi konsep untuk permasalahan yang diberikan. Pengukuran konsistensi representasi diperoleh dari nilai rata-rata tes multi representasi untuk konsistensi representasi yang kemudian dilihat tingkat kekonsistenanya berdasarkan tiga tingkat kekonsistenan, yaitu konsisten, cukup konsisten, dan tidak konsisten. 2. Konsistensi ilmiah merupakan kemampuan siswa untuk menggunakan representasi yang berbeda secara konsisten dengan melihat kebenaran ilmiahnya. Kebenaran ilmiah yang dimaksud adalah siswa memahami secara baik konsep fisika dari permasalahan yang diberikan. Untuk konsistensi ilmiah selain siswa harus mampu melihat kesetaraan dari berbagai representasi, siswa juga harus mampu menguasai bagaimanakah konsep dari permasalahan yang diberikan. Pengukuran konsistensi ilmiah siswa diperoleh dengan cara yang sama dengan konsistensi representasi, namun untuk jawaban siswa yang benar saja. 3. Tes multi representasi yang digunakan merupakan tes yang dibuat dengan mengacu pada kesetaraan dari permasalahan fisika yang dapat dituangkan dalam berbagai bentuk representasi. Tes multi representasi berbentuk soal pilihan ganda untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami kesetaraan dari berbagai permasalahan yang dituangkan secara beragam yang dinyatakan dengan tingkat kekonsistenan

7 (konsisten, cukup konsisten, dan tidak konsisten) baik konsistensi representasinya maupun konsistensi ilmiah. Untuk suatu konsep dan konteks permasalahan yang sama (tema soal), dibuat menjadi tiga soal dengan stamp yang hampir sama namun dengan option yang berbeda representasinya. Masing-masing soal option-nya terdiri dari bentuk representasi yang berbeda berupa verbal, grafik, gambar persamaanpersamaan matematis, hitungan, serta representasi lainnya yang memungkinkan. Tes ini diberikan setelah diberikan treatment yang didalamnya ada cara untuk melatihkan berbagai representasi dengan konsep yang sama.