BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

PENGARUH METODE BERMAIN PANTOMIM TERHADAP KECERDASAN KINESTETIK ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI RANDULANANG II JATINOM KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang. berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. telah menempatkannya sebagai pasal tersendiri dalam UU Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. proses perubahan untuk membangunmanusia bermutu. Becker (Jasmansyah,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhandan perkembangannya.pada usia 0 tahun 8 tahaun merupakan. mengoptimalkan lima aspek perkembangan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tau terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tau secara alamiah. Anak merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek sekitar 15 menit sehingga anak akan benar-benar dapat berkonsentrasi penuh selama 15 menit, namun setelah 15 menit daya perhatian anak akan mulai menurun (Sujiono, 2009: 6). Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses perumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Sujiono, 2009: 6). Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), 1

2 intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam empat tahapan, yaitu masa bayi lahir sampai 12 bulan, masa toddler (batita) usia 1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun, masa kelas awal SD 6-8 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diletakkan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh (Mansur, 2007: 88). Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Noorlaila (2010: 13) berikut: Pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam mengembangkan manusia. Telah lama bangsa Indonesia berada pada kondisi krisis multidimensi dan multikultural. Diantaranya adalah kurikulum yang miskin ketrampilan, motivasi dan orientasi pendidikan yang sarat dengan pola pikir hidonis dan materialistik, monopoli arti kecerdasan yang selama ini hanya bersandar pada ranah kognitif, metodelogi pengajaran yang stagnan dan cenderung mengekang kreativitas, pola manajemen dan tenaga pengajar yang kurang profesional, dan kondisi masyarakat yang sarat akan kebodohan dan kemiskinan sebagai dampak logis dari tidak adanya nilai optimal keberhasilan (quality outcomes) dalam proses pendidikan(noorlaila, 2010: 13). Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

3 anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukan kepedulian terhadapa masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0-6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal dan non formal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK)/ Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk layanan yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 4-6 tahun. Sedangkan penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan non formal berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 0-2 tahun, 2-4 tahun, 4-6 tahun dan Program pengasuhan untuk anak usia 0-6 tahun, Kelompok Bermain (KB) dan bentuk layanan yang sederajat, menggunakan program untuk anak usia 2-4 tahun dan 4-6 tahun (Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2009: 1). Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan

4 melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak (Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan, 2012: 1). Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spritual), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat, agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur, 2007: 88-89). Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak-anak usia 2-6 tahun. Pendidikan anak usia dini disebut juga dengan pendidikan prasekolah (pre-school), taman bermain (play group), atau taman kana-kanak (kinder garten). Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 1990 Penyelenggaraan pendidikan taman kanak-kanak dimaksudkan untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuikan diri dengan lingkungannya, serta pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan taman kanak-kanak berfungsi mempersiapkan peserta didik untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan dan persiapan mental yang diperlukan untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih utama. Pendidikan taman kanakkanak memiliki peran, fungsi, dan posisi sentral dalam proses peletakan dasar-dasar sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta anak untuk hidup dan kehidupan dikemudian hari (Muliawan, 2009: 15-16).

5 Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun. Raudhatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan islam bagi anak berusia 4-6 tahun. Fungsi pendidikan TK adalah untuk mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, mengenalkan anak dengan dunia sekitar, menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi, mengembangkan ketrampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki anak, menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar. Adapun tujuan Taman Kanak-kanak adalah untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar (Mansur, 2007: 127-128). Menurut Gardner (dalam Surya 2007: 3)terdapat sembilan jenis kecerdasan manusia, yaitu kecerdasan matematika dan logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan gambar/visual, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual. Banyak bentuk kecerdasan yang telah menjadi potensi anak, tentu memberikan peluang yang lebih besar untuk perkembangan kemampuan kecerdasan. Semua kemajemukan kecerdasan diatas dapat

6 berfungsi secara maksimal, sehingga menghasilkan bentuk kekuatan kecerdasan yang sempurna. Perkembangan anak usia dini yang sering kali menjadi perhatian orang tua adalah salah satunya kecerdasan kinestetik yang mencakup motorik halus dan motorik kasar anak. Seringkali kecerdasan kinestetik anak usia dini belum berkembang secara maksimal misalnya saja dalam perkembangan motorik halus anak seperti menulis, mewarnai, menggunting, menempel, menggambar, meronce, mencocok, menjahit, meremas kertas sedangkan motorik kasar anak seperti melompat, meloncat, menangkap, melempar, menendang, berlari, senam fantasi dan berbagai macam olahraga yang sesuai dengan usia anak. Sebagai guru harus pandai menciptakan permainan yang dapat menarik perhatian anak sekaligus anak tidak merasa bosan saat melakukan permainan dan anak akan lebih kreatif. Kecerdasan kinestetik adalah keahlian individu dalam mengolah tubuhnya, mengekspresikan gerakan, termasuk di dalamnya kemampuan mengefektifkan gerakannya dalam melakukan atau membuat sesuatu (Widyasari, 2010: 60-61). Kecerdasan kinestetik mencakup motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Biasanya motorik kasar memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagianbagian tubuh tertentu saja dan hanya dilakukan oleh otot-otot kecil. Oleh

7 karena itu, gerakannya tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat (Sujiono, 2005: 1.11). Salah satu permainan yang dapat merangsang kecerdasan kinestetik adalah bermain pantomim, bermain pantomim adalah pertunjukan kreatif yang didukung oleh kemauan dan kemampuan untuk menjelmakan peranperan tertentu tanpa harus berkata-kata dan menggunakan berbagai gerakan. Dengan bermain pantomim anak dapat mengeluarkan ide melalui berbagai gerakan yang ingin anak lakukan seperti berlari, menangkap, menendang, melompat, dan meloncat tanpa mengeluarkan suara. Dengan bermain pantomim anak secara kreatif menciptakan suatu gerakan, dan anak memperagakan dengan gerakan yang lebih bervariasi. Bermain pantomim juga dapat melatih seluruh tubuh anak baik motorik halus dan motorik kasar anak. Selain itu bermain pantomim dapat melatih keseimbangan, kelincahan, kelenturan, dan kecepatan anak, dan juga bermain pantomim dapat melatih motorik halus dan motorik kasar anak seperti bagaimana anak memperagakan saat melompat, berlari, menendang, menulis, mewarnai, dan lain-lain. Dengan demikian kecerdasan kinestetik perlu dikembangkan melalui permainan yang menarik dan kreatif sehingga dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak, baik motorik halus dan motorik kasar anak, mengingat kecerdasan kinestetik anak usia dini yang ada di TK Pertiwi Randulanang II Jatinom Klaten Tahun Ajaran 2013/2014 masih perlu ditingkatkan lagi. Seringkali anak usia dini mengalami masalah tentang perkembangan fisik anak baik motorik halus dan motorik kasar. Usia dini

8 merupakan waktu yang tepat untuk memberikan stimulasi yang dapat meningkatkan perkembangan fisik anak melalui permainan-permainan yang dapat menarik perhatian anak mengingat usia dini merupakan masa keemasan (golden Eggs) dimana anak mampu menyerap apapun yang anak lihat, dengar, dan anak raba. Kenyataan menunjukan bahwa pembelajaran di TK Pertiwi Randulanang II Jatinom Klaten seringkali kurang menarik bagi anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya adalah kurang kreatifnya guru dalam memilih permainan sehingga anak bosan dengan kegiatan yang ada disekolah pembelajarannya selalu klasikal, kurangnya alat peraga yang dapat digunakan untuk kegiatan fisik motorik bahkan kurangnya kegiatan fisik motorik anak. Sehingga dalam kegiatan bermain guru dan anak didik kurang bersemangat. Anak akan cenderung bosan dengan kegiatan bermain yang dapat merangsang kecerdasan kinestetik anak karena permainan yang diberikan guru cenderung monoton. Selain anak bosan sering kali anak tidak mau mengikuti kegiatan bermain yang dibuat guru karena permainan yang diberikan sudah sering dimainkan. Hal tersebut dapat menyebabkan kecerdasan kinestetik anak, baik fisik motorik halus maupun motorik kasar anak berkembang kurang maksimal. Di kelompok B dari 10 anak di TK Pertiwi Randulanang II hanya ada 4 anak yang mampu melakukan kegiatan yang sesuai instruksi guru, sedangkan sebagian lainnya masih belum sesuai dengan instruksi yang diberikan guru dan masih perlu bimbingan guru. Maka dengan adanya metode bermain pantomim anak akan

9 lebih kreatif menciptakan suatu gerakan, anak mampu memperagakan gerakan dengan lebih bervariasi, pergerakan anak akan lebih luwes dan ekspresif dan stimulasi dengan metode bermain pantomim lebih efektif untuk mencapai kecerdasan kinestetik anak lebih optimal. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini diberikan judul : Pengaruh Metode Bermain Pantomim Terhadap Kecerdasan Kinestetik Anak Kelompok B di TK Pertiwi Randulanang II Jatinom Klaten. B. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar permasalahan yang dikaji dapat optimal dan mendalam, perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu subjek penelitian dibatasi untuk kelompok B di TK Pertiwi Randulanang II Jatinom Klaten umur 5-6 tahun yang berjumlah 10 anak. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah metode bermain pantomim berpengaruh terhadap kecerdasan kinestetik anak kelompok B di TK Pertiwi Randulanang II Tahun Ajaran 2013/2014? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode bermain pantomim

10 terhadap kecerdasan kinestetik anak kelompok B di TK Pertiwi Randulanang II Tahun Ajaran 2013/2014. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Peneliti memberikan masukan pengetahuan tentang pentingnya kecerdasan majemuk (multiple intelligences) terutama kecerdasan kinestetik dalam meningkatkan motorik halus dan motorik kasar anak usia dini melalui metode bermain pantomim. Selain itu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolak ukur kajian pada penelitian yang lebih lanjut. 2. Manfaat praktis a. Bagi pembaca, agar orang tua mempunyai wacana tentang pentingnya metode bermain pantomim dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini. b. Bagi guru, agar guru mampu memilih metode yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik. c. Bagi siswa, dapat memberikan metode bermain yang bervariasi agar anak tidak bosan dan dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik. d. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai metode bermain pantomim dalam pembelajaran di taman kanakkanak untuk membantu meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.

11 e. Bagi Penulis, untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui metode bermain yang tepat.