BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERAT BADAN PASIEN DIALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

NOVIANI SABTINING KUSUMA PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR NORMAL BUN DAN KREATININ. Abstrak

LAMPIRAN Asuhan Keperawatan Pada, Mona Martin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

EFEKTIVITAS TRAINING EFIKASI DIRI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN TERHADAP INTAKE CAIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PW212 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 (Praktikum)

Rifka Hanum 1, Sofiana Nurchayati 2, Yesi Hasneli N 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN PASIEN HEMODIALISA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

SILABUS MATA KULIAH A. IDENTITAS MATA KULIAH

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENAMBAHAN BERAT BADAN ANTARA DUA WAKTU HEMODIALISAPADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSD MARDI WALUYO KOTA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengalami penurunan tetapi terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang


BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

Retriksi Cairan dengan Mengunyah Permen Karet Xylitol)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN ASUPAN CAIRAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD IBNU SINA GRESIK

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PW212 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

BAB V PEMBAHASAN. Ginjal Kronik dilaksanakan pada bulan November Maret 2016 dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

: DYANA CITRA MOKODOMPIT NIM

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH PRE HEMODIALISIS DAN LAMA MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN INTERDIALITIK DI RUANG HEMODIALISIS RS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN INTERDIALITIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD WATES KULON PROGO SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

HUBUNGAN KADAR KREATININ DENGAN KADAR KALIUM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr.SOETOMO

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

PENERAPAN EDUKASI TERSTRUKTUR MENINGKATKAN SELF EFFICACY DAN MENURUNKAN IDWG PASIEN HEMODIALISA DI RSUD INDRAMAYU

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PASIEN YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

DAFTAR PUSTAKA. Alam et al., Gagal Ginjal, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2007).

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Unit II

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) stadium V atau gagal ginjal kronikn(ggk). Penderita GGK semakin meningkat jumlahnya, di Amerika pada tahun 2009 diperkirakan terdapat 116395 orang penderita GGK yang baru. Lebih dari 380000 penderita GGK menjalani hemodialisis reguler (USRDS, 2011). Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat 15353 pasien yang baru menjalani HD dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien yang menjalani HD sebanyak 4268 orang sehingga secara keseluruhan terdapat 19621 pasien yang baru menjalanai HD. Sampai akhir tahun 2012 terdapat 244 unit hemodialisis di Indonesia (IRR, 2013). Asupan cairan yang berlebihan antara dua waktu dialisis dinyatakan dengan interdialytic weight gain (IDWG). Asupan cairan pasien penyakit ginjal kronik harus disesuaikan dengan batas asupan cairan yang sudah ditentukan, rasa haus yang dialami pasien menyebabkan terjadinya fenomena kelebihan cairan pada klien yang menjalani terapi hemodialisis. Berat badan harian merupakan parameter penting yang dipantau, selain catatan yang akurat mengenai asupan dan keluaran. Kenaikan BB diantara waktu HD (IDWG) < 5% BB kering (Almatsier, 2006). Sebelum dan sesudah hemodialisis berat badan pasien ditimbang secara rutin dan IDWG diukur dengan cara menghitung selisih antara berat badan setelah HD pada periode hemodialisis pertama dikurangi berat badan pasien sebelum pre HD kedua dibagi berat badan setelah HD pada periode hemodialisis pertama dikalikan 100%. Misalnya BB pasien post HD ke 1 adalah 54 kg, BB pasien pre HD ke 2 adalah 58 kg, prosentase IDWG (58-54) : 58 x 100% = 6,8 % (Istanti, 2009). Kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lama tanpa asupan cairan dibandingkan dengan makanan. Namun pasien dengan penyakit penyakit ginjal kronik harus melakukan pembatasan asupan cairan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Mengontrol asupan cairan merupakan salah satu masalah utama bagi pasien dialisis. Ginjal sehat melakukan tugasnya menyaring dan membuang limbah dan racun di tubuh kita dalam bentuk urin 24 jam sehari. Apabila fungsi ginjal berhenti maka terapi dialisis yang menggantikan tugas dari ginjal tersebut. Mayoritas klien yang menjalani

terapi hemodialisis di Indonesia menjalani terapi 2 kali seminggu antara 4 5 jam pertindakan, itu artinya tubuh harus menanggung kelebihan cairan diantara dua waktu terapi (Sari, 2009). Apabila pasien tidak membatasi jumlah asupan cairan maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh seperti tangan, kaki dan muka. Banyak juga penumpukan cairan terjadi di rongga perut yang membuat perut disebut ascites. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung. Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru paru sehingga membuat pasien mengalami sesak nafas, karena itulah pasien perlu mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh. Pembatasan tersebut penting agar pasien tetap merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisis (Smeltzer & Bare, 2002). Penilaian umum mengenai berat badan bersih adalah penting untuk mempermudah perawat dan pasien dalam mengurangi kelebihan cairan selama pelaksanaan dialisis. 1 kg BB sebanding dengan 1 L cairan, artinya berat badan pasien adalah metode yang sederhana dan akurat untuk menilai pertambahan maupun pengurangan cairan (Morton & Fontaine, 2009). B. Tujuan Tujuan dari laporan ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penambahan berat badan interdialitik, manajemen cairan dan hal apa saja yang dilakukan perawat untuk mengontrol IDWG pada pasien CKD yang menjalani hemodialisis

B. Resume Kasus Tn. S merupakan pasien hemodialisa yang menjalani HD seminggu dua kali. Saat datang klien diukur berat badannya pada timbangan, beratnya saat itu 64 kg. berat badan Tn.S post HD sebelumnya yaitu 61,5 kg, didapat dari status klien. Saat dikaji klien mengeluhkan sesak napas, terdapat sedikit oedem, TD : 130/90 mmhg, RR : 26X/menit, Nadi : 86X/menit, suhu : 37 C dan kesadarannya composmentis. Saat HD UFG klien 2 dan UFR 0,5 dengan QB 150, klien mengatakan melakukan hemodialisa dua kali dalam satu minggu. Pada saat dilakukan HD klien mengeluh sedikit pusing dan lemas. Tekanan darah klien setelah dilakukan HD meningkat menjadi 140/90 mmhg dan setelah ditimbang berat badannya turun menjadi 61,5 kg. C. Hasil 1) Agus Kiswanto, S.Kep., Ns Menurut bapak Agus Kiswanto, S.Kep., Ns perawat hemodialisa RSUD Dr. Moewardi mengatakan untuk penambahan berat badan interdialitik pasien yang menjalani hemodialisis, sebelumnya pasien harus tau berapa berat badan keringnya (Dry Weight) terlebih dahulu untuk menentukan berapa penambahan berat badan interdialitiknya. Tetapi sulit menentukan berat badan kering pada pasien yang memang sebelumnya mengalami oedem, faktor yang mempengaruhi penambahan berat badan interdialitik pasien HD bisa dari intake cairan dan juga intake nutrisi pada pasien. Intake cairan yang terlalu banyak bisa menjadikan penambahan berat badan, intake nutrisi juga berpengaruh jika pasien tidak taak dalam konsumsi makanan yang mengandung natrium dan kalium. Saat dilakukan HD untuk mengurangi cairan dalam tubuh yang menyebabkan penambahan berat badan interdialitik yaitu pengaturan pada UF goal pada mesin HD. Apabila penambahan berat badan interdialitiknya pasien 2kg maka penarikan UF Goalnya 2 liter, tetapi untuk menentukan jumlah UF Goal juga harus memperhatikan berat badan pasien tersebut, kondisi umum pasien seperti tanda-tanda vital dan kesadaran pasien. Selain itu juga harus memperhatikan pemeriksaan fisik pasien seperti adanya oedem, sesak napas yang menandakan adanya adanya penambahan cairan yang berlebih maka untuk UFG bisa ditambah setengah liter. Untuk

mengontrol penambahan berat bdan interdialitik harus dialakukan edukasi terhadap pasien dan keluarga. Selain itu pasien harus dimotivasi untuk mengontrol intake cairan khususnya, serta makanan yang mengandung natrium kalium dan protein nabati. Selain pasien keluarga pasien juga harus dilibatkan sebagai control pada pasien agar pasien bisa mengontrol intake cairan dan nutrisi. Untuk intake cairan apabila total urine pasien selama 24 jam 2 gelas maka intake yang diperbolehkan juga 2 gelas. Pasien-pasien di ruang hemodialisa rata-rata penambahan berat badan interdialitiknya ± < 5 kg, penambahan berat badan interdialitik yang paling bagus yaitu < 2 kg. untuk pengaruh penambahan berat badan interdialitik dengan lamanya hemodialisa tidak ada karena lamanya hemodialisa mempengaruhi pada jumlah ureum dan creatinin pada tubuh. Yang mempengaruhi berat badan interdiallitik yang paling besar yaitu cairan dan kalium serta natrium yang mempengaruhi cairan ekstraselulaer maka dari itu Ultra Filtrasi Goal yang mempengarungi turunnya berat badan interdialitik saat hemodialisis. D. Pembahasan Dari hasil diskusi dengan expert yang ditunjuk dan dengan jurnal yang telah ditemukan IDWG/penambahan berat badan interdialitik pada pasien hemodialisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni intake cairan dan intake nutrisi pada pasien. Hal ini dikarenakan kemampuan ginjal sudah menurun dan untuk cairan serta makanan yang mengandung kalium, natrium serta protein nabati harus dihindari oleh pasien. Menurut expert yang ditunjuk hal yang mempengaruhi penambahan berat badan interdialitik adalah cairan yang berlebih pada pasien, sehingga saat dilakukan hemodialisis UltraFiltrasi Goal yang mempengaruhi jumlah cairan dan penambahan berat badan. Untuk lamanya hemodialisis idealnya dilakukan 10-12 jam perminggu, tetapi karena keterbatasan dilakukan 8 jam perminggu atau 4 jam sekali hemodialisis, lamanya hemodialisis ini menurut expert paling besar mempengaruhi untuk menyaring seperti ureum dan kreatinin kalium dan protein, meskipun ada kaitanya dalam mengurangi kalium tetapi tidak begitu berpengaruh pada panambahan berat badan interdialitin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sulistini (2008), meskipun terdapat korelasi antara penambahan berat badan interdialitik dengan lamanya HD tetapi korelasi tersebut tidak signifikan. Tetapi hal ini berbeda dengan hasil penelitian Ratika (2014) yang

menyatakan terdapat korelasi lamanya menjalani hemodialisa dengan penambahan berat badan interdialitik, hal ini dikarenakan semakin lama pasien menjalani hemodialisis dan semakin sering pula pasien akan terpapar dengan efek samping dari hemodialisis. BAB 3

PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil diskusi dan pembahasan expertise ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan berat badan interdialitik dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti intake cairan, nutrisi, lamanya hemodialisis dan penarikan UltraFiltrasi Goal saat hemodialisis. Intake cairan dan nutrisi harus diatur untuk mengurangi IDWG pada psien hemodialisis, sehingga peran perawat sangat penting untuk memberikan edukasi serta motivasi pada pasien dan keluarga pasien untuk mengontrol dan mengatur pola makan serta intake cairan pasien interdislitik untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien hemodialisis. B. SARAN - Bagi Rumah Sakit Pihak rumah sakit dapat menjadikan expertise ini sebagai acuan untuk membuat SOP dalam melakukan hemodialisis. - Bagi Perawat Expertise ini dapat dijadikan acuan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengontrol intake cairan dan makanan. - Bagi peneliti Bagi para peneliti expertise ini dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badab interdialitik pada pasien hemodialisis DAFTAR PUSTAKA Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. (1999). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. Brunner and Suddarth. (2002). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.

Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier Closkey,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis :Mosby Year-Book. Corwin, Elizabeth, J.. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta. Istanti, Y. P. (2009). Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap interdialytic weight gains (IDWG) pada Pasien chronic kidney Disease (CKD) di Unit Hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Yogyaarta. Jurnal Universitas Indonesia. Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book Morton, P. G., & Fontaine, D. K. (2009). Critical Care Nursing A Holistic Approach Ninth Edition. America: Wolters Kluwer Heatlh Lippincott Williams & Wilkins. Nahas, Meguid El & Adeera Levin. (2010). Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to Understanding and Management. USA : Oxford University Press Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Sari, L. K. (2009). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Diruang Hemodialisa RSUP Fatmawati Jakarta. Sudoyo. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI USRDS, U. S. (2011). Incidence, Prevalence, Patient Characteristics, and Treadment Modalities. Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd