Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Asetaldehid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cukup luas seperti industri (Purified Terepthalic Acid) PTA, industri etil

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Zainiyah Salam ( ) Anggi Candra Mufidah ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, MT

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asetat Anhidrid dari Aseton dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun A. LATAR BELAKANG

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PABRIK ACETIC ACID DARI BUTANA CAIR DENGAN PROSES OKSIDASI PRA RENCANA PABRIK. Oleh : DHINNA SHEPTIANA KURNIAWATI NPM :

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Tetes BAB I PENDAHULUAN

Pabrik Asam Asetat Dari Limbah Cair Pulp Kakao Dengan Proses Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses Fermentasi Kapasitas ton/tahun

Prarancangan Pabrik Monoethylamin dari Ethanol dan Amoniak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. sangat pesat. Setiap tahunnya berdiri industri-industri baru yang berskala besar.

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dalam bidang industri yang salah satunya adalah

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain.

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Asam Suksinat Dari Maleat Anhydride Dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun A.

VII. TATA LETAK PABRIK

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Herbisida Glifosat dari NPMIDA dan Hidrogen Peroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun A.

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Musa paradisiaca. Pisang merupakan tanaman hortikultura

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. Gambar I.1. Struktur Kimia Formamid

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

Prarancangan Pabrik Asam Format dengan Proses Hidrolisis Metil Format Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

VII. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

Prarancangan Pabrik Kaprolaktam dari Asam Benzoat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

<Pra (Rancangan (pabri^ metil'klorida dari <MetanoCdan asam Florida ton/tafiun PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang mengalami perkembangan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. kimia yang tidak berwarna dan berbau khas, larut dalam air, alkohol, aseton,

PRARANCANGAN PABRIK ASAM FORMIAT DARI METIL FORMAT DAN AIR KAPASITAS TON/TAHUN

VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk antara berupa aluminium sulfat. Aluminium sulfat termasuk dalam heavy chemical industy yang memegang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Katalis Katalis yang digunakan adalah Rhodium (US Patent 8,455,685).

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

pembersih sepcrti pembersih Iantai, dan Iain-lain. (Kirk and Othmer, 1977;

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK DIKLOROBUTANA DARI TETRAHIDROFURAN KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang mengalami perkembangan di berbagai bidang

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Turunan formaldehyde, yaitu n-methylol digunakan untuk memproduksi

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Gambar 1. Permintaan Asam Metakrilat di Dunia

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

Prarancangan Pabrik Kloroform dari Sodium hidroksida, Klorin, dan Aseton dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri bahan intermediate (setengah jadi) di Indonesia sedang

Prarancangan Pabrik Butanol dari Molasses Dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. memberikan manfaat dalam perkembangan industri di Indonesia. Salah satu

Prarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Akrilonitril dari Asetilen dan Asam Sianida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

BAB I. PENDAHULUAN. adalah tricresyl phosphate yang merupakan senyawa organik ( ester) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Ethyl Chloride dari Ethylene dan Hydrogen Chloride Kapasitas Ton/Tahun

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang banyak berkembang adalah

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI ISOBUTANA, UDARA DAN PROPILEN KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Asam Adipat dari Sikloheksanol dan Asam Nitrat dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

VII. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK. dan dapat memberikan keuntungan-keuntungan lain. Beberapa hal yang

VII. TATA LETAK PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Etil klorida dari Etanol dan Hidrogen Klorida Kapasitas Ton/Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Perkloroetilen dari Propana dan Klorin Kapasitas ton/tahun BAB I

BAB VII TATA LETAK PABRIK. kelancaran proses produksi. Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas

Prarancangan Pabrik Asam Tereftalat dari Paraxylene dan Udara Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Sejak 1998, Industri Purified Terephthalic Acid (PTA) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di Indonesia, ada lima fasilitas produksi PTA yang beroperasi dengan total produksi kelima PTA ini mencapai 1,98 juta ton/tahun. Salah satu bahan baku pada industri PTA ini adalah asam asetat. Industri PTA mengonsumsi 60% dari total kebutuhan asam asetat dalam negeri (Indochemical, 2010) sehingga tak heran jika kebutuhan asam asetat dalam negeri sangat tinggi. Asam asetat adalah senyawa karboksilat yang higroskopis, tidak berwarna, dan memiliki aroma yang sangat tajam serta korosif terhadap logam dan jaringan. Beberapa alternatif nama asam asetat adalah asam etanoat, asam etilat, asam metanakarboksilat, atau asam cuka. Asam asetat memiliki rumus struktur C2H4O2, akan tetapi biasa ditulis sebagai CH3COOH. Larutan asam asetat merupakan asam lemah dimana hanya sebagian molekul CH3COOH yang terdisosiasi menjadi H + dan CH3COO -. Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar) yang mirip seperti air dan etanol sehingga bisa melarutkan dan mudah larut pada senyawa polar maupun non-polar (Haynes, 2014). Hal ini menyebabkan asam asetat menjadi senyawa populer yang banyak digunakan di berbagai industri kimia di Indonesia. Kegunaan asam asetat pada berbagai industri antara lain sebagai berikut. 1. Produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. 2. Pengatur keasaman pada industri makanan. 3. Sebagai bahan baku pada industri kimia seperti : o Industri PTA dengan asam asetat sebagai media pelarut katalis. o Industri Ethyl Asetat dengan asam asetat sebagai bahan baku utama 1

o Industri tekstil, terutama industri pencelupan kain dimana asam asetat berfungsi sebagai pengatur ph. o Industri benang karet, sebagai bahan penggumpal (coagulant) ketika latex dikeluarkan dari extruder. Disamping itu, asam asetat juga digunakan sebagai bahan setengah jadi untuk membuat bahan-bahan kimia seperti vinyl asetat, selulosa asetat, asam asetat anhidrid, maupun chloro asetat (Laxmi Organic Industries, 2014). Kebutuhan asam asetat di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasar data 5 tahun terakhir (2010-2014), kebutuhan asam asetat di indonesia meningkat sebnayak 7-10% (Kemenperin, 2015). Jumlah impor asam asetat pada tahun 2014 adalah sebanyak 112.000 ton dan diperkirakan meningkat menjadi 122.000 ton pada tahun 2021. Kebutuhan asama setat yang tinggi belum diimbangi dengan suplai dari dalam negeri yang memadai. Hingga saat ini, baru ada satu pabrik asam asetat di Indonesia, yaitu PT. Indo Acidatama Chemical Industry (IACI) yang berdiri di Sragen, Jawa Tengah dengan kapasitas produksi 36.600 ton/tahun (IACI, 2014). Selama ini, kebutuhan asam asetat di Indonesia dipenuhi dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pabrik asam asetat yang akan dibangun pada tahun 2018 ini direncanakan memiliki kapasitas 100.000 ton/tahun sehingga mampu mengurangi 80% jumlah impor asam asetat. Penentuan Lokasi Ada beberapa hal yang memperngaruhi penentuan lokasi pabrik, anatara lain adalah terkait dengan ketersediaan bahan baku, sarana-sarana penunjang hingga kondisi alam dan kondisi alam. Lokasi pabrik yang tidak diputuskan secara matang akan menyebabkan biaya operasional pabrik menjadi tidak ekonomis. Pabrik asam asetat dari asetaldehid memilih Kota Batam sebagai lokasi pendirian pabrik tepatnya di kawasan Bintang Industri. Gambar 1 adalah peta lokasi kawasan Bintang Industri, Batam. 2

Gambar 1.1. Kawasan Bintang Industri, Batam. Hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan bahan baku Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan asam asetat adalah asetaldehid dan udara. Kemudahan untuk memperoleh bahan baku akan menunjang operasional pabrik secara maksimal. Indonesia masih mengimpor asetaldehid sebesar 2440,763 kg pada tahun 2014 (sumber: BPS) sehingga bahan baku yang diperoleh dari luar negeri akan lebih mudah apabila lokasinya berdekatan dengan lokasi bongkar muat yaitu pelabuhan. Kawasan Bintang Industri, Batam merupakan salah satu kota dengan kemudahan memperoleh bahan baku karena cukup berdekatan dengan pelabuhan yang menjadi lokasi bongkar muat asetaldehid impor. Bahan baku berupa asetaldehid cair akan diimpior dari India tepatnya dari Laxmi Organic Industries yang menghasilkan produk asetaldehid dengan kemurnian mencapai 99% sehingga mampu menunjang kebutuhan bahan baku pabrik. 2. Ketersediaan air Dalam prarancangan pabrik ini, air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan operasi pabrik yang meliputi air bersih, air proses, air pendingin, 3

dan air umpan reboiler dan lain-lain. Sumber air yang digunakan dapat berupa sungai, danau dan air laut, serta air tanah. Air yang akan digunakan dalam sebagian besar proses berasal dari air laut karena lokasi pabrik yang berdekatan dengan laut sehingga ketersediaan air diharapkan mampu memenuhi kebutuhan proses pabrik. Air laut yang akan digunakan akan diproses terlebih dulu sehingga sesuai dengan peruntukannya. Ketersediaan air bersih di Batam diperoleh melalui enam sumber air yang berada tersebar di pulau dengan kapasitas keseluruhan sebesar 3.960 liter/ detik. Kebutuhan air bersih cukup untuk memenuhi kebnutuhan populasi penduduk yang hampir mencapai 800.000 jiwa serta kebutuhan industri yang telah masuk dalam standar air bersih yang ditetapkan oleh WHO (World Health Organization). 3. Ketersediaan energi Kebutuhan energi juga merupakan faktor utama dalam operasional pabrik, sehingga sumber energi yang memadai harus terjangkau dari kawasan pabrik. Sumber energi yang digunakan dalam pabrik dapat berupa listrik yang disuplai melalui pembangkit listrik serta bahan bakar yang diperoleh melalui penyedia perusahaan bahan bakar di sekitar pabrik. Kebutuhan listrik di Batam disuplai oleh PLN Batam dan kebutuhan bahan bakar dalam proses dapat diperoleh melalui PT. Pertamina RU III Plaju maupun PT Chevron Pacific Indonesia, Dumai sehingga diharapkan segala kebutuhan energi baik listrik maupun Ana bakar di pabrik dapat dipenuhi. 4. Akses dan Transportasi Dalam mempermudah pengangkutan bahan baku, produk maupun bahan pendukung lainnya sebaiknya dipilih lokasi pabrik yang berada di daerah yang mudah dijangkau oleh kendaraan-kendaraan besar. Kawasan Bintang Industri Batam memiliki akses darat yang memadahi dan berdekatan dengan pelabuhan besar. Lebih 1000 km jalan raya beraspal menghubungkan beberapa pusat bisnis di Batam yang terus ditingkatkan kualitasnya untuk mengantisipasi pertumbuhan lalu lintas. 4

Di sisi transportasi air, terdapat tiga lokasi yang melayani pelayanan kargo atau peti kemas. Pelabuhan terbesar di Kabil memiliki kapasitas untuk menampung kapal dengan ukuran 35.000 DWT (Dead Weight Ton) dan akan ditingkatkan lagi sehingga kapal dengan ukuran 150.000 DWT dapat bersandar, sehingga pengangkutan atau bongkar muat bahan baku dapat dilakukan dengan baik. Bandara Hang Nadim yang melayani berbagai rute domestik dan internasional diharapkan mampu menunjang akses pabrik. Batam termasuk zona perdagangan bebas, yang termasuk lokasi geografis yang memungkinkan barang yang akan diimpor tanpa perlu mengeluarkan berbagai jenis bea masuk dan pajak terkait. 5. Ketersediaan Lahan Kawasan Bintang Industri Batam dibagi menjadi 3 bagian, Bintang Industri I, Bintang Industri II dan Bintang Industri III. Kawasan Bintang Industri II memiliki total luas yang mencapai 72 hektar dengan luas lahan yang tersedia 47 hektar sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan lahan pabrik. 6. Sistem Buangan dan Saluran air Dengan adanya ketiga sungai yang berdekatan dengan lokasi pabrik, pabrik memiliki kemudahan dalam buangan limbah cair yang tentunya diolah dan dilakukan penyesuaian terlebih dulu misalnya penyesuaian derajad keasaman air, penyesuaian kadar komponen tertentu dalam air sehingga tidak melebihi batas keamanan seperti yang telah diatur dalam undang-undang. Begitu pula dengan limbah gas yang juga diharuskan untuk diproses terlebih dahulu sebelum dilepas ke lingkungan pada batas aman yang diijinkan. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keselamatan serta keberlanjutan pabrik serta kesejahteraan masyarakat di sekitar pabrik. Kawasan Bintang Industri ditunjang dengan saluran pembuangan limbah yang baik serta saluran drainase sehingga terhindar dari kemungkinan banjir yang terjadi selama musim hujan. 5

7. Tenaga kerja Tersedianya tenaga kerja yang terampil dan terdidik akan memperlancar jalannya proses produksi. Dengan lokasi yang tidak jauh dari pemukiman, perusahaan diharapkan mampu berkontribusi aktif meningkatkan taraf hidup masyarakat. Terdapat sekitar 550.000 jiwa penduduk yang tinggal di Batam dengan kurang lebih 170.000 jiwa yang bekerja di sektor formal dan sekitar 75.000 jiwa yang bekerja di sektor informal sehingga diharapkan kebutuhan tenaga kerja pabrik dapat dipenuhi. 8. Iklim dan gempa Indonesia memiliki iklim tropis serta letaknya sebagai daerah yang rawan gempa bumi. Pengaruh angin kencang pada saat musim hujan, suhu yang relative tinggi saat musim kemarau, serta gempa dapat diantisipasi dengan menyertakan pengaruh-pengaruh tersebut ke dalam perhitungan perancangan pemilihan bahan material alat sehingga peralatan dapat tetap beroperasi secara maksimal. 9. Faktor Ekonomi, sosial dan hukum Kebijakan pemerintah setempat juga harus diperhatikan mengingat otonomi daerah pada saat ini. Dengan kondisi Indonesia dimana Indonesia kekurangan kebutuhan akan asam asetat, pemerintah setempat diharapkan menyetujui keringanan pajak bagi pendirian dan operasional pabrik. Sejak 19 Januari 2009, Batam ditetapkan pemerintah sebagai Zona Perdagangan Bebas sehingga berbagai kebijakan pemerintah setempat akan berpengaruh dalam segala kegiatan ekonomi di Pulau Batam. Kondisi sosial masyarakat dapat memberikan dukungan terhadap operasional pabrik sehinggga operasional pabrik dapat berjalan secara maksimal. Kondisi pekerja juga akan mempengaruhi operasional pabrik sehingga perlu adanya peningkatan motivasi bagi para pekerja hingga insentif. 6

B. TINJAUAN PUSTAKA Asam asetat dapat dihasilkan melalui beberapa mekanisme proses dari bahan baku yang berbeda. Proses yang secara umum digunakan adalah dengan oksidasi asetaldehid, fermentasi etanol, oksidasi hidrokarbon, dan karbonilasi metanol serta oksidasi etilen. Proses-proses tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Oksidasi asetaldehid Pembuatan asam asetat melalui oksidasi asetaldehid memiliki persamaan reaksi sebagai berikut: 2CH3CHO + O2 2CH3COOH (1) Proses berlangsung pada fase cair pada suhu dan tekanan masingmasing sebesar 50-80 o C dan 4-10 atm. Katalis yang terlibat dalam reaksi adalah mangan asetat tetrahidrat. Konversi asetaldehid menjadi asam asetat yang dihasilkan adalah sebesar 90%. Hasil samping yang terbentuk melalui mekanisme reaksi ini antara lain etil asetat, asam formiat, dan formaldehid yang memiliki titik didih lebih rendah dari asam asetat sehingga dapat dipisahkan melalui distilasi. b. Fermentasi etanol Proses fermentasi etanol untuk menghasilkan asam asetat berlangsung dengan bantuan organisme yang mengubah glukosa, xylosa, dan beberapa hexose dan pentosa melalui proses anaerob dengan persamaan reaksi sebagai berikut: C6H12O6 CH3COOH (2) Asam asetat dibuat dengan cara memfermentasikan tetes menggunakan yeast Saccharomyces cereviceae secara batch membentuk etanol di dalam fermenter. Reaksi ini berlangsung pada suhu 30 o C dan tekanan 1 atm. Etanol yang terbentuk kemudian di fermentasikan lagi menggunakan bakteri Acetobacter aceti yang berlangsung secara Batch di fermenter kedua yang beroperasi pada suhu dan tekanan yang sama dengan fermenter pertama. Hasil fermentasi yang masih banyak mengandung air 7

dan sisa substrat kemudian dimurnikan dengan menggunakan proses distilasi. c. Oksidasi hidrokarbon Hidrokarbon, yaitu nafta dan butana dioksidasi secara langsung menjadi asam asetat. Katalis yang digunakan adalah cobalt asetat dan mangan asetat. Produk samping yang dihasilkan melalui mekanisme reaksi berikut cukup banyak, antara lain adalah asam format, asam propionat, serta aseton. Reaksi berlangusng pada suhu 150-200 o C serta pada tekanan 50-100 atm. Karena banyaknya produk samping yang dihasilkan, perlu adanya proses pemisahan lebih lanjut untuk memperoleh asam asetat dengan kadar yang diinginkan. d. Karbonilasi methanol Proses pembuatan asam asetat melalui karbonilasi methanol yang dikenal sebagai Proses Monsanto membutukan bahan baku methanol dan gas karbon monoksida dengan persamaan reaksi sebagai berikut: CH3OH + CO CH3COOH (3) Reaksi berlangsung pada fase cair dalam reaktor gelembung. Proses ini berlangsung pada suhu sekitar 150-200 o C dan tekanan 30-60 atm dengan bantuan katalis Rhodium dan activator Iodine. Katalis ini lebih efektif membantu menurunkan tekanan reaksi dan temperature daripada katalis cobalt. Selektivitas asam asetat berdasarkan methanol dan karbon dioksida adalah sebesar 99% dan 90%. Methanol tidak bereaksi secara langsung dengan karbon monoksida dalam pembentukan asam asetat. Metanol dikonversi terlebih dulu menjadi metil iodida oleh hidrogen iodide yang kemudian bereaksi dengan karbon monoksida serta air sehingga membentuk asam asetat. Karbon monoksida tidak hanya menjadi bagian dalam molekul asam asetat namun memainkan peran dalam pembentukan dan penstabilan katalis. 8

e. Oksidasi etilen Pembuatan asam asetat melalui oksidasi etilen berlangsung pada suhu 160-210 o C dan tekanan dengan bantuan katalis padat. Reaksi terjadi pada fase gas menurut persamaan reaksi berikut: C2H4 + O2 CH3COOH (4) C2H4 + 3O2 2CO2 + 2 H2O (5) Katalis yang terlibat dalam reaksi ini adalah timbal dengan paduan dengan logam lain. Melalui mekanisme reaksi ini dihasilkan pula hasil-hasil samping sehingga membutuhkan proses pemurnian lebih lanjut. Dari keempat proses yang ada, dipilih proses pembuatan asam asetat melalui oksidasi asetaldehid. Hal yang melatarbelakangi dipilihnya proses pembuatan asam asetat melalui oksidasi asetaldehid antara lain sebagai berikut: 1. Kondisi operasi yang relatif mudah dicapai yaitu pada tekanan 5-10 atm dengan suhu 50-80 o C. Kondisi operasi ini juga bersifat lebih memperhatikan aspek keselamatan terhadap lingkungan. 2. Bahan baku yang relatif mudah diperoleh. 3. Proses lainnya lebih beresiko sehingga rawan terhadap aspek keselamatan karena melibatkan tekanan dan suhu yang tinggi. 4. Bahan pembantu yang lebih sedikit dibutuhkan. 9