BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ismi Nurlatifah, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Wulandari,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Susi Pupu Marpu ah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

Pembelajaran Grafik Fungsi Trigonometri Berbantu Aplikasi Geogebra untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KODE Standar Operating

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 REDESAIN KONTEN DAN PEDAGOGIK GENERIK MATERI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN

Kelompok Materi: Pokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

Kelompok Materi: Pokok

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (Kemendikbud, 2013). Melalui proses pembelajaran tersebut, siswa difasilitasi oleh guru untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dengan pengalaman belajar yang disediakan guru, siswa melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan untuk dikembangkannya potensi yang dimiliki menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Kurikulum yang mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 adalah kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013, kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) yang dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD). Rumusan setiap Kompetensi Inti berbeda-beda. KI-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual, KI-2 untuk kompetensi inti sikap sosial, KI-3 untuk kompetensi inti pengetahuan, KI-4 untuk kompetensi inti keterampilan. Jadi, dalam KI maupun KD keduanya mencakup tiga aspek yaitu aspek sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Menurut Permendikbud No. 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan, kualifikasi kemampuan tingkat SMA untuk dimensi sikap adalah memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam, serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Untuk mencapai kemampuan tersebut berkaitan dengan proses pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud No.81 A 1

2 Tahun 2013 menyebutkan bahwa untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika (Kemendikbud, 2013). Proses pembelajaran yang bermuatan nilai mencerminkan terintegrasiya pendidikan nilai kedalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Sastrapratedja (Kaswardi, 1993), yang dimaksud dengan pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri siswa. Secara umum pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu siswa agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan (Mulyana, 2011). Kimia merupakan salah satu cabang dari sains/ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Rustaman (Sauri, 2012), tujuan pembelajaran IPA selain untuk memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya juga ditujukan untuk mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA dan menumbuhkan nilai serta sikap ilmiah. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajaran sains (IPA) tidak hanya berorientasi pada konsep akan tetapi juga berorientasi pada aspek-aspek nilai dan sikap ilmiah. Proses pembelajaran kimia yang bermuatan nilai cenderung dilupakan dan tidak dipedulikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Salirawati (2010) bahwa kimia sebagai salah satu mata pelajaran di SMA/MA selama ini diajarkan sebagai ilmu murni yang seolah-olah tidak ada muatan penanaman nilai/karakter. Sesungguhnya dalam proses pembelajaran kimia terdapat muatan kerja ilmiah yang mengajarkan dan menanamkan sikap ilmiah. Terabaikannya penanaman nilai-nilai kepada siswa berpengaruh kepada kepribadian siswa itu sendiri. Kasus yang sering dijumpai adalah siswa yang terbiasa mencontek dan tidak disiplin. Mencontek merupakan wujud ketidakjujuran. Menurut Septiarum (2013) awal dari timbulnya mencontek adalah rendahnya rasa percaya diri. Berkaitan dengan rasa percaya diri, Handi (2012) menyebutkan bahwa rasa percaya diri berpengaruh terhadap sikap disiplin. Akibat dari sikap siswa yang tidak disiplin bukan hanya berpengaruh pada prestasi di sekolah, namun juga

3 dapat berpengaruh terhadap rasa percaya diri yang menjadi rendah dan sulit untuk merubah diri. Hasil penelitian Yusuf (2012) menyebutkan bahwa adanya kebiasaan meyontek disebabkan karena motivasi belajar yang kurang dan belum bisa membagi waktu untuk belajar. Selain itu kasus mencontek sering mucul diakibatkan seseorang yang merasa tidak yakin atas kemampuan dirinya dan menganggap dirinya tidak akan mendapatkan nilai yang bagus tanpa mencontek walau sudah belajar sebelumnya. Berdasarkan permasalahan yang muncul menunjukkan adanya kesenjangan antara kenyataan yang terjadi di lapangan dengan tuntutan kurikulum. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan berbagai upaya. Upaya tersebut dapat dimulai dengan melakukan perubahan paradigma pendidikan yang tadinya sangat cognitive oriented (penggunaan otak kiri dominan) kepada pengikutsertaan pembentukan karakter (otak kanan) melalui penanaman nilai-nilai sebagai wujud terlaksananya pendidikan nilai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Trisnahada (2011) yang menunjukkan adanya perubahan sikap yang diperlihatkan terhadap mata pelajaran IPA melalui dikembangkannya strategi penanaman nilai-nilai kejujuran. Perubahan ditunjukkan dengan adanya keberanian untuk mengakui bila melakukan kekeliruan, bersikap dan berperilaku tulus hati, selalu melaksanakan tugas-tugas dengan baik, dan percaya diri dalam bertindak dan berucap. Berdasarkan hasil penelitian Saghafi dan Shatalebi (2012), guru sangat mempunyai peran dalam pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran di lingkungan sekolah (di dalam kelas maupun di luar kelas). Sebelum melakukan proses pembelajaran, seorang guru harus membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu sesuai dengan tugas guru yang tertera pada UU No.20 Tahun 2003 Pasal 39. Perencanaan pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman dalam mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan dalam menanamkan nilai-nilai kepada siswa sehingga desain pembelajaran yang dimaksud adalah desain pembelajaran kimia bermuatan nilai. Melalui desain pembelajaran kimia bermuatan nilai, proses pembelajaran

4 diselenggarakan sedemikian rupa sehingga siswa tidak hanya memahami materi yang disampaikan guru tetapi siswa juga menyadari adanya nilai-nilai yang ditanamkan guru. Desain pembelajaran kimia bermuatan nilai dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bermuatan nilai. Dalam RPP memuat KI dan KD yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Penanaman nilai-nilai dalam pembelajaran kimia yang terjadi secara berulang-ulang diharapkan dapat membentuk karakter dari siswa. Megawangi (2008) menyatakan bahwa membangun karakter memerlukan proses yang simultan dan berkesinambungan yang melibatkan segala aspek yaitu knowing the good, loving the good, dan acting the good. Selain itu, reasoning the good diperlukan agar anak tahu mengapa dia harus berbuat baik. Jika anak terbiasa melakukan knowing, reasoning, feeling dan acting the good lama kelamaan akan terbentuk karakter yang baik. Menurut Seligman (2004), karakter memiliki peran penting dalam proses kehidupan. Karakter dapat mengendalikan pikiran dan perilaku seseorang yang dapat menentukan kesuksesan, cara menjalani hidup, dan meraih obsesi serta menyelesaikan masalah. Salah satu materi kimia di SMA adalah golongan dan periode. Materi tersebut terdapat dalam materi pokok Sistem Periodik Unsur (SPU). Materi SPU merupakan salah satu materi kimia yang dalam pelaksanaannya masih diberikan melalui metode ceramah (Tobing, 2010). Dengan diterapkannya metode ceramah kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya. Selain itu, siswa tidak diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam memecahkan masalah sehingga nilai-nilai yang seharusnya dapat ditanamkan kepada siswa saat pembelajaran berlangsung menjadi tidak tertanam. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka dirasa perlu bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai pada Subtopik Golongan dan Periode.

5 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu kimia sebagai salah satu mata pelajaran di SMA/MA selama ini diajarkan sebagai ilmu murni yang seolah-olah tidak ada muatan penanaman nilai/karakter. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu desain pembelajaran kimia bermuatan nilai. Perancangan desain tersebut dilakukan sebagai wujud terintegrasinya pendidikan nilai. Pendidikan nilai dapat membantu siswa untuk memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan (Mulyana, 2011). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah utama yaitu: Bagaimanakah desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada subtopik golongan dan periode? Adapun sub rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan adalah: 1. Bagaimana karakteristik desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada subtopik golongan dan periode? 2. Nilai-nilai apakah yang dapat ditanamkan kepada siswa dari subtopik golongan dan periode? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk membuat desain pembelajaran kimia bermuatan nilai yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bermuatan nilai dengan perangkat RPP berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) pada subtopik golongan dan periode. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru Hasil penelitian ini dapat memberi wawasan bagi guru akan pentingnya penanaman nilai-nilai kepada siswa. 2. LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di LPTK terkait

6 3. Bagi peneliti, sebagai calon guru bisa menggunakan hasil penelitian ini pada masa yang akan datang untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. E. Struktur Organisasi Skripsi Berikut ini secara terperinci dijabarkan mengenai urutan penulisan dari setiap bab dan bagian sub bab yang terdapat dalam skripsi ini. Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka; Bab III Metode penelitian; Bab IV Hasil dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab I terdiri atas lima bagian sub bab, meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Pada latar belakang penelitian dipaparkan mengenai proses pembelajaran bermuatan nilai yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti Pada sub bab identifikasi dan perumusan masalah dijabarkan tentang permasalahan yang teriidentifikasi dari latar belakang yang telah diuraikan, selanjutnya masalah yang teridentifikasi tersebut dinyatakan dalam bentuk rumusan masalah utama dan sub rumusan masalah. Pada sub bab tujuan penelitian dijelaskan tentang tujuan dilakukannya penelitian. Pada sub bab manfaat penelitian dijelaskan secara terperinci manfaat yang akan diperoleh dari penelitian yang dilakukan baik bagi guru, LPTK, maupun bagi peneliti. Sub bab struktur organisasi berisi penjelasan secara rinci mengenai bagian bab dan sub bab dalam penulisan skripsi ini, sehingga keterkaitan satu sama lain menjadi jelas. Bab II terdiri atas tiga sub bab, meliputi desain pembelajaran, pembelajaran bermuatan nilai, dan tinjauan materi. Pada sub bab desain pembelajaran dijabarkan secara terperinci mengenai komponen desain pembelajaran yang terdiri atas tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, serta hubungan perencanaan dengan desain pembelajaran. Pada sub bab pembelajaran bermuatan nilai dijabarkan secara terperinci mengenai pengertian nilai, pendidikan nilai, pengintegrasian pendidikan nilai dalam mata pelajaran kimia, pengintegrasian pendidikan nilai melalui penerapan strategi pembelajaran, dan nilai-nilai yang dapat ditanamkan

7 saat proses pembelajaran. Pada sub bab tinjauan materi dijabarkan lebih rinci mengenai golongan dan periode dan pembagian blok pada tabel periodik. Bab III terdiri atas tujuh sub bab, meliputi lokasi dan obyek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penilaian, alur penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV terdiri atas dua sub bab, meliputi hasil penelitian dan pembahasan. Pada sub bab hasil penelitian dijabarkan mengenai hasil kesesuaian desain pembelajaran bermuatan nilai yang telah dibuat dengan acuan dalam pembuatan desain pembelajaran bermuatan nilai dan hasil validasi dari desain pembelajaran bermuatan nilai. Pada sub bab pembahasan dijabarkan mengenai karakteristik desain pembelajaran bermuatan nilai pada subtopik golongan dan periode serta nilai-nilai apa saja yang dapat ditanamkan dari subtopik golongan dan periode. Bab V terdiri atas dua sub bab, meliputi kesimpulan dan saran. Pada sub bab kesimpulan dijabarkan mengenai karakteristik desain pembelajaran bermuatan nilai pada subtopik golongan dan periode dan nilai-nilai apa saja yang dapat ditanamkan pada siswa dari subtopik golongan dan periode. Pada sub bab saran memuat saran yang didasarkan pada hasil penelitian.