Pengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH WAKTU PEMINDAHAN SELAMA PROSES AUSTEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BESI TUANG NODULAR FCD 500

Kata kunci : austempered ductile iron, austenisasi, holding time, salt bath

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AUSTEMPERING TERHADAP KEKERASAN ADI HASIL AUSTEMPERING FCD 55

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AUSTEMPERING PADA PROSES AUSTEMPERING BESI COR NODULAR FCD 40

PENGARUH WAKTU AUSTEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO AUSTEMPERED DUCTILE IRON NON PADUAN DAN PADUAN 0,3% DAN 0,6% Mo

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

Abstrak. Abstract

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

PENGUJIAN IMPAK BESI COR KELABU AUSTEMPER

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

ANALISA PENINGKATAN SIFAT MEKANIK MATERIAL RING PISTON TOP KOMPRESI YAMAHA JUPITER Z DENGAN PROSES HEAT TREATMENT

BAB IV HASIL PENELITIAN

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). b. Tugas: Studi kasus penggunaan besi tuang di industri

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

Pengaruh Solution treatment Singkat pada Paduan Al-Si-Mg : Sebuah Studi Awal

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat dicor dalam cetakan yang rumit dengan mudah. kali memproduksi komponen alat pertanian. Pada tahun 1850 di Inggris

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

PENGARUH PERBEDAAN KONDISI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DARI BAJA AISI 4140

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH PROSES LAKU PANAS QUENCHING AND PARTITIONING TERHADAP UMUR LELAH BAJA PEGAS DAUN JIS SUP 9A DENGAN METODE REVERSED BENDING

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

PENGARUH KADAR DROMUS OIL DALAM MEDIA PENDINGIN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 60 YANG MENGALAMI PROSES HARDENING TEMPERING

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Jl. Prof. Soedarto, SH Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN DENGAN KEKUATAN TARIK PADA LOGAM ULET DAN GETAS

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

BAB I PENDAHULUAN. Poros adalah bagian terpenting dari setiap mesin. Peran poros yaitu

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : ABDUL AZIZ L2E

Pengaruh Jumlah TDCR 5 Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Pada Pembuatan Besi Cor Nodular FCD 450 (Produk Elastic Shoulder)

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

METALURGI Available online at

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

Pengaruh Perlakuan Panas Dengan Air Dan Oli Terhadap Kekuatan Impact (Benturan) Bahan Piston Dan Cylinder Liner ABSTRAK

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

PENGARUH JENIS BAHAN DAN PROSES PENGERASAN TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN PISAU TEMPA MANUAL

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

EFFECT OF HEAT TREATMENT TEMPERATURE ON THE FORMATION OF DUAL PHASE STEEL AISI 1005 HARDNESS AND FLEXURE STRENGTH CHARACTERISTICS OF MATERIALS

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

PERBAIKAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM A356.0 DENGAN CARA MENAMBAHKAN Cu DAN PERLAKUAN PANAS T5

BAB V PEMBAHASAN 60 UNIVERSITAS INDONESIA

Peningkatan Sifat Mekanik Paduan Aluminium A356.2 dengan Penambahan Manganese (Mn) dan Perlakuan Panas T6

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

MENINGKATKAN KETANGGUHAN C-Mn STEEL BUATAN DALAM NEGERI. Jl. Soekarno-Hatta No. 180, Semarang *

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PROSES NITRIDASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN FCD 700 DENGAN MEDIA NITRIDASI UREA

METALURGI FISIK. Heat Treatment. 10/24/2010 Anrinal - ITP 1

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH FOSFOR PADA MATERIAL BESI COR FC 250 TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

Transkripsi:

Pengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar Indra Sidharta 1, a, *, Putu Suwarta 1,b, Moh Sofyan 1,c, Wahyu Wijanarko 1,d, Sutikno 1,e 1 Laboratorium Metalurgi, Jurusan Teknik Mesin ITS, Surabaya, Indonesia a indra.sidharta@gmail.com, b proedish@gmail.com, c sofyan.m52@gmail.com, d wijanarko@me.its.ac.id., email: e sutikno@me.its.ac.id. Abstrak Suatu upaya dalam membuat komponen crankshaft lokal telah dilakukan dengan menggunakan material besi tuang nodular FCD 600 hasil produksi perusahaan UKM lokal. Material FCD 600 tersebut memiliki kadar karbon yang berlebihan sehingga diperlukan perlakuan panas tambahan untuk memperbaiki/meningkatkan sifat mekanik FCD 600 tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh perlakuan panas austempering pada sifat mekanik dan struktur mikro besi tuang nodular FCD 600 yang memiliki kadar karbon berlebih. Proses austempering pada besi tuang nodular FCD 600 dimulai dengan memanaskan material hingga temperatur 900 C kemudian ditahan selama 1 jam. Selanjutnya material dipindahkan ke dapur salt bath untuk proses austempering pada temperatur 275 C,325 C dan 400 C dengan holding time masing-masing selama 30 menit, 60 menit dan 120 menit. Material FCD 600 yang telah mengalami perlakuan panas austempering memiliki struktur matriks penyusun bainiteic ferrite. Nilai kekuatan tarik dan kekerasan mengalami kenaikan. Nilai kekuatan tarik tertinggi terjadi pada temperatur 325 C dan paling rendah terjadi pada temperatur 400 C. Sedangkan nilai kekerasan paling tinggi terjadi pada temperatur 275 C kemudian semakin turun dengan bertambahnya temperatur austempering dan holding time. Kata kunci : Austempering, kadar karbon berlebih, FCD 600, bainiteic ferrite Latar belakang Pembuatan komponen crank shaft untuk proyek mesin SINJAI telah dilakukan melalui proses pengecoran. Material yang digunakan untuk komponen crank shaft adalah besi tuang nodular FCD 600 yang diproduksi oleh perusahaan UKM lokal. Salah satu permasalahan yang timbul adalah komposisi karbon dari FCD 600 tersebut lebih tinggi daripada standar, sehingga diperlukan suatu perlakuan panas sebagai usaha untuk meningkatkan sifat mekanik dari FCD 600 tersebut. Austempering pada besi tuang nodular, atau lebih dikenal dengan kelas material Austempered Ductile Iron (ADI) memiliki keunggulan sifat mekanik seperti kekuatan, ketangguhan dan kekerasan. Keunggulan lain seperti ketahanan aus yang tinggi, massa jenis yang lebih rendah daripada baja karbon, biaya produksi yang lebih murah daripada baja dan aluminium, serta machinability yang baik membuat ADI menjadi material alternatif dalam program pengurangan berat pada beberapa industri seperti industri otomotif, transportasi, mesin pertanian dan alat berat. Selama proses austempering, ADI mengalami transformasi yaitu austenite ( ) akan terdekomposisi menjadi bainiteic ferrite yang terdiri dari ferrite ( ) dan austenite kaya karbon ( hc), perpaduan dua struktur mikro tersebut juga dinamakan ausferrite [1]. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh perlakuan panas austempering pada sifat mekanik dan struktur mikro besi tuang nodular FCD 600 yang memiliki kadar karbon lebih tinggi daripada standar. Metode Penelitian Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah material FCD 600 hasil pengecoran dalam bentuk standar Y-Block. Y-Block tersebut kemudian dimachining menjadi sepesimen uji kekerasan dan tarik. Komposisi kimia dari spesimen FCD 600 yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia spesimen FCD 600 yang digunakan dalam penelitian. Unsur % Berat C 5.67 S 0.0054 Mn 0.512 P 0.015 Ni 0.07 Cr 0.24 Mo 0.02 Si 2.32 915

Selanjutnya spesimen dipanaskan pada temperatur 900 o C selama 1 jam, kemudian kemudian didinginkan dalam larutan salt bath yang terdiri dari KNO3 dan NaNO3 pada temperatur austempering 250 o C, 300 o C dan 400 o C, dan diberi waktu penahanan (holding time) selama 30 menit, 60 menit, dan 120 menit. Pengamatan struktur mikro, pengujian tensile dan kekerasan dilakukan untuk mempelajari karakteristik material FCD 600 yang diberi perlakuan Data dan Pembahasan Struktur Mikro. Struktur mikro awal material FCD 600 ditampilkan pada Gambar 1, dimana terlihat bahwa pada material tersebut memiliki struktur mikro yang terdiri dari ferrite yang berada disekitar grafit nodular dan matriks pearlite, suatu struktur yang umum pada besi tuang nodular dalam kondisi as-cast. terbentuk menyerupai jarum, bentuk tipikal lower bainite dimana setelah dilakukan pengujian microhardness didapatkan nilai kekerasan 300-500 HV. Lower bainite biasanya terbentuk pada temperatur rendah (235-330 o C) [1, 2]. Selain itu, juga terdapat struktur blocky austenite (ditunjukkan dengan anak panah) yang mempunyai kekerasan lebih besar dari bainitee, dimana setelah dilakukan pengujian microhardness didapatkan nilai kekerasan sekitar 700-800 HV. Blocky austenite mempunyai nilai kekerasan yang tinggi karena blocky austenite cenderung mengandung martensitee [1]. Begitu juga pada holding time selama 60 dan 120 menit tampak pada Gambar 2(b) dan Gambar 2(c), struktur mikro yang terbentuk adalah bainitic ferrite dan blocky austenite. Selain terbentuk struktur bainitic ferrite dan blocky austenite, pada temperatur 275 o C juga ditemukan struktur retained austenite pada beberapa titik seperti yang terlihat pada Gambar 3. Setelah dilakukan pengujian micro hardness. retained austenite mempunyai nilai kekerasan lebih rendah daripada blocky austenite maupun bainitic ferrite, yaitu 200-250 HV. sehingga dengan adanya struktur retained austenite dapat menambah keuletan material tersebut. Gambar 1. Struktur mikro as-cast FCD 600. Gambar 3. Struktur retained austenite yang terdapat pada spesimen setelah diberi Gambar 2. Struktur mikro hasil austempering 275 o C (a) holding time 30 menit, (b) holding time 60 menit, (c) holding time 120 menit. Tanda panah menunjukkan struktur blocky austenite. Pada proses austempering pada temperatur 275 o C, terlihat perubahan dari struktur mikro awal. Spesimen dengan holding time 30 (Gambar 2(a)) terlihat bahwa struktur mikro yang terbentuk adalah bainitic ferrite yang terdiri dari ferrite (α) dan austenite kaya karbon (γ Hc). Bainite yang Gambar 4 menunjukkan struktur mikro dari spesimen yang diberi perlakuan austempering 325 o C. Struktur mikro yang terbentuk adalah bainitic ferrite yang terdiri dari ferrite dan high carbon austenite. Bainitee tampak menyerupai jarum-jarum tapi lebih lebar dari bainite pada temperatur 275 o C. Blocky austenite tampak dengan bagian yang berwarna putih. Semakin lama holding time bainite yang terbentuk semakin mengumpul dan Blocky austenite yang terbentuk semakin sedikit. 916

Gambar 4. Struktur mikro hasil austempering 325 o C (a) holding time 30 menit, (b) holding time 60 menit, (c) holding time 120 menit. Struktur mikro austempering pada 400 o C ditunjukkan pada Gambar 5. Holding time selama 30 menit menghasilkan struktur mikro bainiteic ferrite yang terdiri dari ferrite dan austenite kaya karbon. Tampak blocky austenite berwarna putih. Struktur bainitee yang terbentuk mulai lebih gelap dan lebih lebar menyerupai plate bainitic/coarse bainitee tipical Upper Bainite. Upper bainite terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi (370 o C-400 o C). Pada temperatur yang tinggi, laju difusi karbon yang terjadi juga akan lebih tinggi, sehingga austenite kaya karbon yang terbentuk menjadi lebih banyak. Tabel 2. Perbandingan sifat mekanik FCD 600 non standar (as-cast) dan FCD 600 standar. As cast FCD 600 non standar FCD 600 Standar Hardness (BHN) 220.8 170-270 Tensile Stregth (Mpa) 782.67 Min. 600 Elongation (%) 3.01 Min. 3 Pengaruh perlakuan austempering terhadap kekuatan tarik (tensile strength) ditunjukkan pada Gambar 6. Pada Gambar 6 tersebut tampak bahwa material FCD 600 mengalami kenaikan harga kekuatan tarik setelah mengalami proses harga tensile strength tertinggi terjadi pada temperatur 325 o C. sedangkan harga tensile strength paling rendah terjadi pada temperatur 400 o C. Gambar 6. Pengaruh holding time terhadap kekuatan tarik material FCD 600 non standar setelah diberi perlakuan Gambar 5. Struktur mikro hasil austempering 400 o C (a) holding time 30 menit, (b) holding time 60 menit, (c) holding time 120 menit. Sifat Mekanik. Hasil pengujian mekanik terhadap spesimen as-cast FCD 600 non standar menunjukkan bahwa spesimen tersebut memiliki sifat mekanik yang masih berada dalam range kualitas FCD 600 berdasarkan standar JIS, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Selain dipengaruhi oleh temperatur austempering, perubahan kekuatan tarik juga dipengaruhi oleh holding time. Kekuatan tarik berubah seiring berubahnya waktu, namun perubahan nilai kekuatan tarik ini tidak terlalu siginifikan seperti halnya pengaruh perubahan temperatur. Pada temperatur 275 o C, nilai kekuatan tarik paling kecil terjadi pada holding time 30 menit, selanjutnya nilai kekuatan tarik mengalami sedikit kenaikan pada holding time 60 menit dan 120 menit. Pada temperautur 325 o C kecenderungan kenaikan nilai kekuatan sama seperti pada temperatur 275 o C, nilai kekuatan tarik paling kecil terjadi pada holding time 30 menit selanjutnya mengalami kenaikan pada 917

holding time 60 menit dan kekuatan tarik paling tinggi terjadi pada holding time 120 menit. Pada temperatur 400 o C, pola kenaikan nilai kekuatan tarik berbeda dengan pada temperatur sebelumnya. Pada temperatur ini, nilai kekuatan tarik paling tinggi justru terjadi pada holding time 30 menit. Selanjutnya mengalami penurunan nilai kekuatan tarik pada holding time 60 menit yang merupakan nilai kekuatan tarik paling rendah. Temperatur autempering yang tinggi menyebabkan proses difusi karbon kedalam austenit semakin cepat, sehingga jumlah austenit yang terbentuk akan semakin banyak dan semakin stabil. Hal tersebut menyebabkan turunnya nilai kekuatan tarik. Gambar 7 menunjukkan pengaruh austempering dan holding time yang berbeda terhadap elongation dari spesimen. Nilai elongation tersebut merepresantasikan keuletan dari spesimen setelah diberi perlakuan Kecenderungan yang terjadi adalah semua spesimen setelah austempering menunjukkan nilai elongation yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi as-cast. Hal tersebut mengimplikasikan bahwa terjadi penurunan keuletan dari material setelah diberi perlakuan Elongation paling rendah terjadi pada temperatur 325 o C, sedangkan nilai elongation paling tinggi terjadi pada temperatur 400 o C. Kecenderungan tersebut sesuai dengan nilai kekuatan tarik (Gambar 6). Variasi holding time tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada keuletan material yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai elongation tersebut sesuai dengan hasil pengujian SEM pada masing masing permukaan patahan material yang paling getas dan yang paling ulet. Dari nilai elongation dapat diketahui bahwa material paling getas adalah material dengan temperatur austempering 325 o C holding time 60 menit. Sedangkan material paling ulet adalah material dengan temperatur austempering 400 o C holding time 120 menit. Dari gambar hasil pengujian SEM, pada Gambar 8(a) terlihat pola patahan ulet (dimple) dengan matrik bainitic ferrite terlihat berwarna putih mengelilingi grafit. Sedangkan pada Gambar 8(b) terlihat pola patahan pada material yang lebih getas. Gambar 7. Pengaruh holding time terhadap elongation material FCD 600 non standar setelah diberi perlakuan Gambar 8. Hasil Pengujian SEM pada penampang pola patahan material uji tarik (a) Austempering 400 o C (b) Austempering 325 o C. Gambar 9 menunjukkan bahwa material FCD 600 mengalami kenaikan harga kekerasan setelah mengalami proses Harga kekerasan tertinggi terjadi pada temperatur 275 o C. Selanjutnya mengalami penurunan nilai kekerasan dengan bertambahnya temperatur Nilai kekerasan paling rendah terjadi pada temperatur 400 o C. 918

Pada masing-masing temperatur austempering, nilai kekerasan paling tinggi terjadi pada holding time 30 menit. Selanjutnya mengalami penurunan seiring bertambahnya holding time dan nilai kekerasan paling rendah terjadi pada holding time 120 menit. Pola grafik kekerasan tersebut sama dengan hasil penelitian terdahulu [3], dimana material FCD 50 mengalami peningkatan kekerasan setelah mengalami proses nilai kekerasan semakin menurun seiring bertambahnya temperatur austempering dan holding time. Kekerasan semakin menurun dengan semakin bertambahnya temperatur. Nilai kekerasan tertinggi terjadi pada temperatur 275 o C karena masih sedikitnya struktur bainitic ferrite yang terbentuk. Selain itu, Pada temperatur rendah (230 o C-330 o C), tipe bainitee yang terbentuk adalah lower bainite (needle-like) yang memiliki nilai kekerasan yang sangat tinggi (mencapai 500 HV) [4, 5]. Sebaliknya, pada temperatur yang tinggi (370 o C-400 o C) terbentuk Upper bainite (Coarse bainite) yang memiliki nilai kekerasan yang rendah (280-320 HB) [5]. Temperatur austempering yang semakin tinggi akan menyebabkan proses difusi karbon kedalam austenit semakin cepat, sehingga jumlah austenit yang terbentuk akan semakin banyak dan semakin stabil. Austenit kaya karbon ini bersifat ulet sehingga kekerasan akan turun. Seiring dengan naiknya austempering time, nilai kekerasan cenderung menurun akibat proses pembentukan bainitic ferrite dan austenite kaya karbon, serta diiringi dengan menurunnya blocky austenite. Gambar 9. Pengaruh holding time terhadap kekerasan material FCD 600 non standar setelah diberi perlakuan Kesimpulan Material awal FCD 600 yang memiliki struktur mikro ferrit, pearlit dan grafit nodular mengalami perubahan struktur mikro setelah mengalami proses austempering yaitu struktur mikro bainitic ferrite. Setelah proses perlakuan panas austempering, material FCD 600 mengalami peningkatan harga kekerasan dan tensile strength dibandingkan dengan material awal. Kekuatan tarik mengalami kenaikan pada temperatur 325 o C dan turun lagi pada temperatur 400 o C yang merupakan nilai kekuatan tarik paling rendah. Pada temperatur 275 o C nilai kekuatan tarik paling rendah terjadi pada holding time 30 menit kemudian menalami kenaikan seiring bertambahnya temperatur. Pada temperatur 325 o C nilai kekuatan tarik paling rendah terjadi terjadi pada holding time 30 menit kemudian menalami kenaikan seiring bertambahnya temperatur. Pada temperatur 400 o C nilai kekuatan tarik mengalami penurunan pada holding time 60 menit, kemudian meningkat lagi pada holding time 120 menit. Nilai kekerasan paling tinggi terjadi pada temperatur 275 o C dan mengalami penurunan nilai kekerasan dengan naiknya temperatur nilai kekerasan paling rendah terjadi pada temperatur 400 o C. Referensi [1]. M. Bahmani, R. Elliot, N. Varahram, The Austempering Kinetics and Mechanical Properties of an Austempered Cu Ni Mo Mn Alloyed Ductile Iron, Journal of Material Science 32 (1997) 4783-4791. [2]. Branka Bosnjak, et al, Microstructural and Mechanical Characteristics of Low Alloyed Ni-Cu-Mo Austempered Ductile Iron, ISIJ International 40 No. 12, (2000) 1246-1252. [3]. I. Sidharta, W. Berata, Karakter Mekanik Dan Struktur Mikro FCD 500 Hasil Austempering Dalam Pembuatan Austempered Ductile Iron, SNTI 13, 2007. [4]. D. C. Wen, T. S. Lei, The Mechanical Properties of a Low Alloyed Austempered Ductile Iron in the Upper Ausferrite Region, ISIJ International 39 No. 5, (1999) 493-500. [5]. Cast Metals Development Ltd., Austempered Ductile Iron Castings - Advantages, Production, Properties and Specifications, Materials & Design 13 No. 5 (1992) 285-297. 919