Oleh: JULI ASRIANENSI Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pernah statis. Sejak lahir bahkan sejak pembuahan hingga meninggal dunia selalu

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

23. URUSAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. wilayah ini sangatlah dinamis melalui tahapan-tahapan yang tidak mudah.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini

Transkripsi:

41 STUDI TENTANG TRADISI MAPPALILI PADA MASYARAKAT DESA CIRO-CIRO E KECAMATAN WATANG PULU KABUPATEN SIDRAP Oleh: JULI ASRIANENSI Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Nilai-nilai apa yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Mappalili sehingga dipertahankan sampai sekarang, (2) Bagaimana implikasi tradisi Mappalili pada masyarakat desa Ciro-Ciro e Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sidrap dan (3) Apakah ada perubahan dalam pelaksanaan tradisi Mappalili yang terjadi di masyarakat Desa Ciro-Ciro e Kecamatan Watang Pulu Penelitian ini adalah penelitian ex post facto dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat yang jumlah keseluruhannya adalah 17 orang yaitu sampel populasi. Dengan menggunakan teknik sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi Mappalili mengandung nilai-nilai sosial yaitu, solidaritas gotong royong, kebersamaan sosial dan ekonomi dimana mereka saling bersilaturahmi dan mengakrabkan sesama anggota masyarakat. Implikasi Tradisi mappalili dalam kehidupan masyarakat Cirociro e yaitu dapat menjalin kerja sama dengan baik antara masyarakat Ciro-ciro e serta persaudaraan sehingga hubungan silaturahmi terjalin dengan baik dan Tradisi Mappalili dalam perubahan masyarakat Ciro-ciro e yang sampai sekarang masih dilaksanakan, didalamnya juga sudah ada perubahan namun, pada dasarnya yang mengalami perubahan hanya beberapa hal, misalnya dulu menggunakan sapi atau kerbau tapi sekarang menggunakan dompeng ( traktor ) lalu minggala ( potong padi) sekarang menggunakan mobil panen yang membawa anggotanya. Kata Kunci : Tradisi Mappalili Pada Masyarakat Desa Ciro-Ciro e Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sidrap

41 PENDAHULUAN Setiap daerah mempunyai tradisi tertentu, tradisi telah menjadi ciri khas daerah masingmasing dan merupakan warisan dari zaman dahulu secara turun temurun. Di negara kita ada beberapa daerah yang masih mempertahankan tradisi yang ada di daerahnya dan adapun yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Tradisi ini masih bernilai positif yang akan terus di pertahankan sedangkan tradisi yang tidak bernilai positif lagi akan ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya karena perkembangan zaman sekarang di kenal sebagai zaman modern. Membangun sarana tradisi tidaklah sama dengan membangun adat tradisi itu sendiri. Karena membangun sarana hanyalah salah satu dari banyak hal yang harus diperhatikan dalam rangkaian pembangunan adat tradisi. Sebab, yang sangat dikhawatirkan adalah pembangunan sarana yang tak profesional, apalagi untuk selanjutnya memanfaatkan sarana tersebut ke arah pelestarian tradisi. Tradisi daerah, seperti kesenian, upacara, dan rumah-rumah adat, selain bernilai pariwisata juga merupakan ciri-ciri keagungan dan kebanggaan budaya suatu daerah, karena di setiap inkeunikan rumah adat dan tradisi lain di Nusantara tersimpan kearifan lokal di dalamnya, juga sebagai warisan leluhur bangsa ini yang memang pantas dijaga dan dilestarikan. Karena itu, perlu upaya bersama untuk mengembangkan dan melestarikan budaya yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia, Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 18 b ayat 2 menyatakan bahwa: Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. 1. Sulawesi Selatan sebagai salah satu penyumbang khazanah budaya Nusantara, bumi yang memiliki keragaman tradisi, seperti Mappalili sudah selayaknya membangun kembali adat tradisi yang mungkin sudah terlupakan, disajikan dalam bentuk yang lebih baik dan 1 Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945. Indonesia Legal Center Publishing (Hlm. 57) menarik guna menjawab tantangan kepariwisataan juga tantangan kelestarian yang dinamis. Selain itu juga tidaklah cukup hanya sebatas membangun kembali, tapi sangat diperlukan adanya kerja ekstra dari seluruh komponen baik pemerintah, tokoh masyarakat dan pemuda, agar apa yang dibangun dapat bermanfaat bagi masyarakat pemilik tradisi budaya setempat. Tradisi Mappalili adalah ritual turuntemurun yang dipegang oleh masyarakat Desa Ciro-ciroe sebagai tanda untuk mulai menanam padi. Dilihat dari proses dan aturan-aturan yang terdapat dalam pelaksanaan upacara adat Mappalili ini banyak sekali nilai filosofi yang dapat kita petik. Mulai dari tujuan Mappalili yaitu untuk mencari berkah dan mendapatkan hasil panen yang baik. Kemudian dalam proses pelaksanaan upacara dilarang untuk mendahului menanam padi sebelum acara tradisi dimulai karena akan mendapatkan bala. Hal ini memiliki arti bahwa didalam hidup tidak boleh berlaku curang karena suatu saat akan mendapatkan musibah. Di Desa Ciro-ciro e, terdapat sebuah tradisi yang dinamakan Mappalili. atau Turun Sawah yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Ciro-ciro e Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sidrap. Kebudayaan dan tradisi yang dimiliki masyarakat indonesia sangat bervariasi dan unik serta memiliki nilai-nilai positif bagi kehidupan tetapi ada juga masyarakat yang tidak melestarikan budaya dan trdisi yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Sehingga dengan hal tersebut membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian untuk melihat dan mengangkat suatu tradisi yang masih dilestarikan dalam suatu masyarakat dengan judul Studi Tentang Tradisi Mappalili Pada Masyarakat Desa Ciro-Ciro e Kecamatan Watang Pulu Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini, adalah untuk : a. Untuk mengetahui Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Mappalili

42 sehingga dipertahankan sampai sekarang. b. Untuk mengetahui implikasinya tradisi adat Mappalili pada masyarakat desa Ciro-Ciro e Kecamatan Watang Pulu c. Untuk mengetahui perubahan dalam tradisi Mappalili yang terjadi di masyarakat Desa Ciro- Ciro e Kecamatan Watang Pulu Dengan adanya penelitian ini diharapkan nantinya dari hasil penelitian ini dapat berguna sbagai berikut : 1. Universitas Negeri Makassar, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan informasi bagi lembaga akademis dibidang Budaya / Tradisi adat, khususnya mengetahui nilai-nilai tradisi Mappalili dan implikasinya terhadap kalangan masyarakat Ciro-ciro e. 2. Instansi terkait dalam hal ini adalah dinas pemerintahan Kabupaten Sidrap sebagai bahan masukan dalam mengikat menjadi ahklak tradisi yang dapat dikembangkan. 3. Peneliti Menambah pengetahuan dan memberikan pengalaman baru yang memperluas khasana dan wawancara berfikir terutama mengenai tradisi Mappalili pada masyarakat Desa Ciro-Ciro e Kecamatan Watang Pulu METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian ex post facto dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat yang jumlah keseluruhannya adalah 17 orang yaitu sampel populasi. Dengan menggunakan teknik sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu : 1. Wawancara, Dilakukannya mewawancarai tokoh adat, agama, tokoh masyarakat yang terkait dengan: Nilai yang terkandung Implikasi tradisi Apa ada pergeseran dalam pelaksanaan tradisi Mappalili dan alat ritual yang digunakan 2. Dokumentasi, Teknik dokumentasi dalam penelitian ini di maksudkan untuk mengetahui dan mengkaji data yang ada pada tradisi terkait dengan adanya nilainilai yang terkandung pada Tradisi di Kabupaten Sidrap dan Implikasi pada kalangan masyarakat Ciro-ciro e serta perubahan dalam tradisi Mappalili pada kalangan masyarakat Desa Ciro-Ciro e HASIL PENELITIAN A. Nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Mappalili a. Nilai-nilai Sosial dalam Pelaksanaan Tradisi Mappalili Solidaritas Gotong Royong Dalam kehidupan masyarakat Desa Ciro-ciro e sebagai warisan masa lalu yang ditransformasikan secara generasional merupakan sebuah kearifan lokal (local wisdom) yang perlu dikembangkan dalam kehidupan generasi masa kini. Nilai budaya gotong royong dalam kehidupan masa kini akan tetap relevan, karena dengan semangat gotong royong, solidaritas masyarakat serta persatuan dan kesatuan bangsa akan terpelihara. Tidak ada aturan tertulis maupun tidak tertulis yang menyatakan bahwa ada keharusan ikut atau tidak dalam melakukan gotong royong Gotong royong tersebut sebagai bagian dari komitmen terhadap konservasi nilai budaya. Nilai Kebersamaan

43 Nilai yang terkandung dalam tradisi ini yaitu Manusia adalah makhluk sosial. Manusia sebagai anggota masyarakat dan berada di tengah-tengah masyarakat. Karena manusia adalah makhluk sosial, maka sudah sepantasnya apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Bentuk pengabdian diri ini dapat diwujudkan melalui partisipasi dalam arti Mappalili yang sampai saat ini masih dilaksanakan dalam masyarakat Ciro-ciro e. Pengalaman yang didapat dari pelaksanaan Mappalili itu sulit untuk dilupakan karena merasuk semangat dan kalbu. Dengan dibingkai acara turun sawah, pengalaman itu menjadi sesuatu yang sakral. Kesakralan itu terjadi karena suatu misteri kehidupan yang penting yakni persaudaraan dapat di aktualisasikan di tengah kenyataan hidup yang semakin individualistis. Mappalili dipercayai sebagai sarana silaturahmi dan mengakrabkan sesama anggota masyarakat. Untuk tetap menjaga rasa persaudaraan warga masyarakat Ciro-Ciro e, tradisi ini masih tetap dilakukan oleh masyarakat Ciro-Ciro e. Keserasian atau harmoni dalam masyarakat keadaaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana anggota masyarakat saling menghargai dan menempatkan dirinya dalam harapan bersama. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan akan adanya ketenteraman karna tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Soal bermusyawarah kalau dilihat dari perspektif budaya atau adat istiadat sudah melekat pada proses interaksi sosial yang ada dalam komunitas desa. Namun musyawarah yang dikenalkan nampaknya melalui prosedur atau tahapan yang selain diperkenalkan dengan istilahistilah baru yang bernuansa modern juga melalui tahapan yang cukup panjang. Nilai Ekonomi Dalam pelaksanaan tradisi Mappalili masyarakat setempat jika dilihat dari nilai- nilai ekonomi maka masyarakat beranggapan walaupun dengan kategori ekonomi lemah tapi dengan adanya pelaksanaan tradisi ini seperti yang di katakan salah satu masyarakat di Desa Cirociro e. Berkaitan erat dengan kajian sistem sosial dalam masyarakat itu sendiri. Kita memahami buadaya dari proses sosialisasi turuntemurun, namun ada kalanya, proses sosialisasi ini tidak sempurna dilakukan oleh generasi sebelumnya sehingga membuat budaya yang lama terkadang diambil bagian yang sesuai dengan kondisi sekarang. Sehingga budaya yang ada dulu belum tentu ada untuk saat ini, karena juga dipengerahui oleh global ekonomi yang sedang berlangsung dalam kalangan masyarakat. b. Nilai-nilai agama dalam pelaksanaan tradisi Mappalili Tradisi Mappalili tidak bertentangan dengan nilai agama karena berupa syukuran bagi warga Desa ciro-ciro e. Dilihat dari segi nilai agama Pelaksanaan Tradisi Mappalili ( Turun Sawah ) ini dilaksanakan di sawah karena tempatnya strategis oleh masyarakat setempat.

44 bertentangan dengan nilai agama karena mereka bukan datang untuk berhala atau meminta berkah melainkan hanya untuk datang berkumpul melakukan tradisi Mappalili tersebut. Dalam pelaksanaan tradisi ini yang pertama dilakukan ada berdoa terlebih dahulu. Tradisi ini merupakan bentuk syukuran terhadap Allah SWT yang telah memberikan hasil panen yang berlimpah. Jadi tidak ada unsur kemusyrikan karna mereka beranggapan pada dasarnya segala sesuatu dikembalikan dan yang diutamakan adalah Allah SWT. B. Implikasi Tradisi Mappalili bagi Kehidupan Masyarakat Ciro-ciro e Ketika terjadi ketidak serasian atau ketidak harmonisan dalam masyarakat, mereka bisa menolak atau tidak menerimanya namun, mayarakat tidak menolaknya, hal itu tidak dianggap sebagai ancaman terjadinya ketidak serasian. Setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar adanya pengaruh tradisi, termasuk dalam pelaksanaan tradisi Mappalili yang rutinitas di laksanakan dua kali setahun oleh warga masyarakat Ciro-ciro e,karena dengan dilakukannya tradisi ini mempunyai pengaruh besar bagi warga masyarakat Ciro-ciro e. Implikasi tradisi ini bagi warga masyarakat secara otomatis akan menumbuhkan rasa kekeluargaan dan rasa solidaritas diantara warga. selain di jaman sekarang ini, nilai-nilai gotongroyong, solidaritas / kebersamaan sudah berkurang dikarenakan setiap individu sibuk dengan kepentinganya masingmasing, sehingga dengan kehadiran tradisi ini akan menumbuhkan nilai-nilai masyarakat yang sudah jarang terlihat dijaman modern ini terutama oleh anakanak muda sekarang agar mereka lebih mengenal dan mempelajari kebudayaan yang lahir dan berkembang didaerah mereka sehingga ia belajar dan mampu melihat dan memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam suatu tradisi termasuk juga dalam pelaksanaan tradisi ini. Tradisi Mappalili ini harus dijaga dengan baik karena dianggap mampu menghasilakan sesuatu yang positif. Itulah seebabnya tradisi ini sampai sekarang masih tetap bisa bertahan ditengah arus kemoderenan. C. Perubahan dalan acara Tradisi Mappalili Masyarakat Ciro-ciro e a) Perubahan dalam pelaksanaan Kebudayaan bersifat stabil di samping juga dinamis dan setiap kebudayaan mengalami perubahanperubahan yang kontinyu. Setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau perkembanganperkembangan. Hanya kebudayaan yang mati saja yang bersifat statis. Hanya saja terkadang suatu perubahan dalam budaya tidak terasa oleh anggota-anggota masyarakat. Tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Sehingga perubahan sosial dan kebudayaan lebih sukar lagi untuk dipisahkan. Biasanya antara kedua gejala itu dapat ditemukan hubungan timbal balik sebagai sebab dan akibat. Tradisi Mappalili dalam masyarakat Taulan yang sampai saat ini masuh tetap dilaksanakan, didalamnya juga sudah ada perubahan namun, pada dasarnya yang mengalami perubahan hanya beberapa hal yang bersifat materi, misalnya saja perubahan waktu pelaksanaannya. Dalam waktu pelaksanaan tradisi ini dilaksanakan tergantung dengan pemangku adat setempat, tata cara pelaksanaan, jenis kegiatannya dalam tradisi, namun aspek spiriualnya tetap tidak mengalami perubahan.

45 b) Perubahan dari segi alat-alat ritualnya Dari segi ritual sama seperti dulu mengumpulkan petani terlebih dahulu lalu diberi obat-obat dengan harga murah dan jika mereka membeli banyak maka akan diberi hadiah. Yang dibawah ketempat pelaksanaan yaitu ayam, songkolo, pallise, telur, ayam kecil betina dan jantan, benno bahwa ayam jantan dan betina digunakan untuk ma cera dompeng ( traktor ). Dulu kami melakukan acara Mappadendang sebelum Mappalili akan tetapi biayanya sangat mahal kami tidak mampu mengeluarkan dana sebanyak itu. Ditambahkan oleh Pu Daria Acara Mappadendang hanya dilakukan 2X saja setelah itu tidak di laksanakan lagi. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Atas dasar kajian mengenai Studi Tentang Tradisi Mappalili Pada Kalangan Masyarakat Desa Ciro-Ciro e Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sidrap sebagaimana telah dibahas pada BAB IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Mappalili yaitu nilai-nilai sosial yaitu, solidaritas gotong royong, kebersamaan sosial dan ekonomi. Tradisi ini membangun kebersamaan dan rasa solidaritas antar warga dimana dalam pelaksanaan tradisi ini warga secara bersama-sama menikmati serta berpartisipasi demi kelancaran acara mappalili tanpa melihat status sosial sehingga rasa persaudaran diantara mereka semakin erat selain itu dengan adanya tradisi ini mereka bisa saling bersilaturahmi dan mengakrabkan sesama anggota masyarakat. 2. Implikasi Tradisi mappalili dalam kehidupan masyarakat Ciro-ciro e yaitu dapat menjalin kerja sama dengan baik antara masyarakat Ciro-ciro e serta persaudaraan sehingga hubungan silaturahmi terjalin dengan baik. 3. Tradisi Mappalili dalam perubahan masyarakat Ciro-ciro e yang sampai sekarang masih dilaksanakan, didalamnya juga sudah ada perubahan namun, pada dasarnya yang mengalami perubahan hanya beberapa hal, misalnya dulu menggunakan sapi atau kerbau tapi sekarang menggunakan dompeng ( traktor ) lalu minggala ( potong padi) sekarang menggunakan mobil panen yang membawa anggotanya. B. Saran Berdasarkan dengan kesimpulan penelitian diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut : Tradisi dan kebudayaan adalah salah satu kekayaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai masyarakat Sidrap, harus ikut melestarikan dan menjaga kebudayaan-kebudayaan yang di miliki tentunya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Buku : Abu Ahmadi, 1995. Ilmu Sosial Dasar.Semarang : Rineka Cipta. 1 Agussalim.2001.Ilmu Sosial Dasar ( ISD ) Kajian Sosiologi dan Antropologi Masyarakat Andi Agustang, 2011. Filosofi Research Dalam Upayah Pengembangan Ilmu.Makassar : Idham Ratno Lukito, MA. 2008. Tradisi Hukum Indonesia. Yogyakarta : Teras Elly M. Setiadi.2010.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta : Kencana Hardono hadi. 1994. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Kanisius Husaini Usman, 2006. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta : Bumi Aksara Idianto M. 2002. Sosiologi. Jakarta : Erlangga Koentjaraningrat, 2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta : Rineka Cipta

46 Nazili Shaleh Ahmad. 2011. Pendidikan dan Masyarakat. Yogyakarta: Sabda Media. Nurul Zuriah, 2006. Metode Penelitian Nasional dan Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara Soerjono Soekanto.1990. Sosiologi (suatu pengantar).jakarta : Rajawali Piotr Sctomka, 2008.Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta : Prenada Media Group Zainal Arifin. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makassar : Anugerah Mandiri Internet : http://www.kemendagri.go.id/article/2011/10 /12/menggelitik-adat-istiadat-dan-nilai-budayasosial-dalam-pembangunan-masyarakat-dan-desa. di unduh pada tanggal 8 Juli 2014 http://sundasamanggaran.blogspot.com/2010/ 03/nilai-budaya-dalam-masyarakat.html. di unduh pada tanggal 5 Agustus 2014