BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu Negara dapat dikatakan maju jika Negara tersebut memiliki sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB 1 PENDAHULUAN. dimilikinya. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Belajar adalah keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terencana dan secara sistematis ) diberikan kepada peserta didik oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan oleh pemerintah. Saat ini pemerintah mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia khususnya dalam bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. Memecahkan masalah merupakan pekerjaan rutin manusia, sebab. dalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan pada masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat kurikulum bahasa Indonesia yang wajib untuk diajarkan. (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. dan terampil untuk melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada

Eksperimentasi metode pembelajaran TGT (Teams Games

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan teknologi (IPTEK), dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. reaksi dan sikap secara mental dan fisik.tingkah laku yang berubah sebagai hasil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara holistic, bermakna

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. hanyalah salah satu faktor saja -dari sekian banyak faktor- yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Paling (dalam Abdurrahman, 1999 : 252) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. satu wujud kebudayaan yang ada di Indonesia yaitu kebudayaan yang dimiliki

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. membaca,menyimak,menulis dan berbiacara.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan produktif

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri Pancatengah merupakan Unit Sekolah Baru (USB) dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu lembaga pendidikan yang diisyaratkan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dominan dalam mempengaruhi pembelajaran adalah guru, karena guru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karier, menjadi tenaga kerja di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil konstruksi dan uji hipotesis penelitian dapat disimpulkan bahwa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT(TEAMS GAMES TOURNAMENT) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu Negara dapat dikatakan maju jika Negara tersebut memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kemajuan IPTEK disuatu Negara sangat berpengaruh pada kemajuan Pendidikannya. Pendidikan yang bagus akan menghasilkan kemajuan IPTEK yang bagus pula. Kemajuan pendidikan dapat dikatakan tinggi apabila orang-orang yang terlibat dalam proses pendidikan tersebut memiliki kualitas dalam melaksanakan proses pembelajaran (SDM yang baik). Salah satu faktor pendorong yang terpenting dalam kemajuan pendidikan adalah guru yang selama ini mengajar. Seperti yang kita ketahui bahwa kualitas mengajar guru akan menentukan keberhasilan siswa-siswanya untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. Guru yang kaya akan inovasi dan kreatif dalam mengajar serta mendidik akan menciptakan generasi yang handal kelak. Sedangkan guru yang tidak pernah melakukan inovasi dan tidak kreatif dalam mengajar dan mendidik akan membuat siswa menjadi jenuh dan kesulitan untuk menangkap pelajaran yang diajarkannya. Hal ini sudah terbukti dari beberapa kasus yang telah dialami oleh berbagai siswa di sekolah dari berbagai tingkatan pendidikan, baik SD, SMP, SMA, SMK, ataupun Perguruan Tinggi. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, pemerintah merupakan faktor pendukung yang harus terlibat dalam proses pendidikan tersebut. Saat ini 1

2 pemerintah telah membuktikan upaya mereka untuk mencoba masuk ke dunia pendidikan. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, seperti melakukan pengembangan kurikulum, pengembangan model pembelajaran, pengadaan beasiswa, dan sebagainya. Namun, hal ini belum juga membuat pembelajaran di setiap sekolah tercapai seperti yang diharapkan. Hal ini terbukti dari rendahnya penguasaan materi untuk beberapa pelajaran / kompetensi di berbagai SMK di Indonesia, khususnya jurusan teknik elektro. Salah satu contoh adalah kompetensi dalam mata diklat Elektronika Analog dan Digital. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain sebagaimana yang di ungkapkan oleh Slameto (2003:54), yaitu : (1) faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) seperrti : faktor keluarga, lingkungan, sekolah. (2) faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), seperti : minat, bakat, motivasi. Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya di sekolah tentang penyebab rendahnya hasil belajar siswa, maka peneliti melakukan observasi ke SMK Taruna Tekno Nusantara Medan untuk program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) kepada seorang guru mata diklat Elekronika Analog dan Digital. Hasil observasi menunjukkan hasil belajar siswa masih berada di bawah standar rata-rata yang ditetapkan oleh Depdiknas untuk mata diklat produktif yaitu 7,00 dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa berdasarkan data dari Daftar Kumpulan Nilai (DKN) siswa kelas X untuk standar kompetensi Elektronika Analog dan Digital dapat dilihat pada data berikut:

3 Tabel 1.1 Nilai Akhir Semester Standar Kompetensi Elektronika Analog dan Digital Siswa Kelas X SMK Taruna Tekno Nusantara Medan Tahun Ajaran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata 2013/2014 8,5 6,0 6,5 2014/2015 9,0 5,5 6,5 (Sumber : Data Daftar Kumpulan Nilai mata diklat elektronika analog dan digital) Dari wawancara dengan guru mata diklat Elektronika Analog dan Digital, sebagian siswa mendapatkan hasil belajar kurang memenuhi standart rata-rata sehingga untuk mencapai standart tersebut siswa akan mengikuti ujian remedial. Ujian remedial dilakukan untuk siswa yang hasil belajarnya di bawah standart kompetensi (7,00). Pelaksanaan ujian remedial tidak begitu jauh dari pelaksanaan ujian kompetensi. Banyak faktor penyebab mengapa peserta didik tidak mampu menguasai materi pelajaran tersebut, seperti kurangnya minat untuk mempelajari pelajaran tersebut atau sulitnya untuk memahami materi yang diajarkan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru bagaimana mengatasi hal tersebut. Sebagai seorang guru seharusnya mampu memahami kesulitan siswa. Sebenarnya dilihat dari segi mengerti atau tidak, juga berpengaruh kepada guru yang mengajar. Guru yang banyak memberi motivasi kepada peserta didik dan menguasai materi yang diajarkan pasti memiliki metode-metode yang mampu mambangkitkan jiwa anak didik untuk memperdalam materi yang diajarkan tersebut. Sebaliknya guru yang tidak menguasai materi dan bersikap kaku pada saat mengajar akan membuat hasil

4 belajar peserta didik akan turun dan membuat malas untuk mempelajari materi yang disampaikan. Hasil belajar akan meningkat pada peserta didik jika materi pelajaran yang dijelaskan menarik dan membuat siswa langsung berinteraksi dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Oleh Karena itu, seorang guru harus bisa membangkitkan motivasi siswa untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan dengan berbagai cara. Masalah lain yang dihadapi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas yaitu guru dalam mengajarkan materi yang dibawakannya masih menggunakan pembelajaran ekspositori. Menurut sudjana (1988), pada pembelajaran ekspositori siswa belajar lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa. Pembelajaran ekspositori adalah interaksi antara pengajar dengan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Menurut pembelajaran ekspositori siswa dalam proses pembelajaran dipandang sebagai yang belum mengetahui sesuatu apapun, sehingga pembelajaran ini kurang efektif karena pembelajaran berlangsung satu arah. Namun, masih ada saja guru di beberapa sekolah yang masih menggunakan pembelajaran ekspositori. Artinya, dalam proses pembelajaran tersebut siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru karena siswa tidak aktif untuk mencari pengetahuannya sendiri dan cenderung memiliki sifat untuk menunggu pengetahuan datang dari guru tanpa perlu mencari pengetahuan sendiri. Dewasa ini banyak sudah pembelajaran yang dikembangkan untuk membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Salah

5 satunya adalah pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran berdasarkan masalah. Dengan menggunakan pembelajaran ini diharapkan siswa mampu mengembangkan kreativitas dan kemampuannya dalam memahami isi materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini juga dilakukan secara berkelompok sehingga dibutuhkan suatu kerja sama yang kuat setiap anggota kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran kooperatif mampu membangkitkan semangat belajar siswa/motivasi belajar siswa. Penelitian yang menelaah pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan komunikasi, keterampilan antar pribadi, dan sikap siswa terhadap pelajaran mereka. Pembelajaran ini bahkan dapat meningkatakan kemampuan pemecahan masalah dan prestasi secara umum (Gao, Losh, Shen, Turner, & Yuan, 2007; Roseth, dkk., 2007). Dalam penelitian ini peneliti akan membuat suatu penelitian terkait dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran siswa terhadap kompetensi Elektronika Analog dan Digital. Peneliti juga akan membandingkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan

6 siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah Strategi pendekaatan pembelajaran siswa pada masalah autentik (Nyata) sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Dalam strategi ini peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas serta melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian pengaruhpengggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) yang akan diterapkan pada kompetensi Mata Diklat Elektronika Analog dan Digital. Oleh karena itu judul yang akan diajukan oleh peneliti adalah Perbedaan Hasil Belajar Mata Diklat Elektronika Analog Dan Digital Antara Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas X SMK Taruna Tekno Nusatara Medan T.A 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Mengapa guru masih cenderung menerapkan metode ekspositori dalam pembelajaran?

7 2. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar Elektronika Analog dan Digital siswa Kelas X RPL SMK Taruna Tekno Nusantara Medan T.A 2015/2016? 3. Bagaimana perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) dengan Model Pembelajaran Problem Based learning (PBL) terhadap peningkatann hasil belajar siswa kelas X RPL SMK Taruna Tekno Nusantara Medan? 4. Apakah hasil belajar Elektronika Analog dan Digital yang diajarkan dengan pembelajran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada hasil belajar Elektronika Analog dan Digital yang diajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas X SMK RPL Taruna Tekno Nusantara T.A 2015/2016? C. Batasan Masalah Di dalam identifikasi masalah ditemukan berbagai masalah mengenai hal-hal yang menjadi pengaruh pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran, khususnya materi Elektronika Analog dan Digital (ELKAD). Salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang belum tepat untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. 1. Pembelajaran yang di teliti adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) dan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 2. Hasil belajar yang di teliti adalah hasil belajar Elektronika Analog dan Digital pada materi Menerapkan Menerapkan sistem bilangan digital Semester II kelas X RPL SMK Taruna Tekno Nusantara Medan T.A 2015/2016.

8 D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar Elektronika Analog dan Digital yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) lebih tinggi dari pada hasil belajar dengan model pembelajran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas X RPL SMK Taruna Tekno Nusantara Medan T.A 2015/2016?. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hasil belajar Elektronika Analog dan Digital yang diajarkan dengan model pembelajran Kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) lebih tinggi dari pada hasil belajar Elektronika Analog dan Digital yang diajar kan dengan model pembelajran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas X RPL SMK Taruna Tekno Nusantara Medan T.A 2015/2016. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: Manfaat Teoritis: Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya teori pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) dan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar peserta didik.

9 Manfaat Praktis: 1. Bagi kepala sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan kepada kepala sekolah SMK Taruna Tekno Nusantara Medan untuk mendorong guru agar mewujudkan kreatifitas dalam mengajar siswa dan sebagai bahan informasi perkembangan belajar siswa pada kompetensi Mata diklat Elektronika Analog dan Digital. 2. Bagi guru dan calon guru Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif strategi mengajar yang akan digunakan para guru atau calon guru agar lebih menarik dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi Mata diklat Elektronika Analog dan Digital. 3. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan agar hasil belajar serta pemahaman siswa meningkat terhadap kompetensi Elektronika Analog dan Digitaldan menumbuhkan semangat kerjasama dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT karena keberhasilan individu merupakan tanggung jawab kelompok. 4. Bagi Peneliti/Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti khususnya pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) serta mempersiapkan diri menjadi guru yang profesional.