BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta pada

STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasannya. Hasil penelitian yang akan diuraikan adalah

PUISI SISWA KELAS VIII A MTS AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH: SEBUAH ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

TEKNIK MENULIS PUISI Panduan Menulis Puisi untuk Siswa, Mahasiswa, Guru dan Dosen

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Menurut Syamsuddin (2009:14), metode penelitian merupakan cara pemecahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

Strukturalisme Genetik

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu,

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

7. C Pembahasan: Dalam konteks kutipan paragraf tersebut, istilah bersubsidi bermakna mendapat bantuan uang dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

BAHASA INDONESIA XII IPA

Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar.

BAB I PENDAHULUAN. nyawa beribu-ribu rakyat dan pahlawan-pahlawanya.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman

SAMBUTAN BUPATI KARANGANYAR PADA ACARA MALAM TIRAKATAN DALAM RANGKA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE 71 TAHUN 2016

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGAJARAN PUISI BAHASA JERMAN DENGAN METODE JIGSAW. Bungaran Butarbutar Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI KE DALAM BENTUK PROSA BEBAS. Oleh

ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK. Oleh: Itaristanti, M.A.

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan

MENJADI PAHLAWAN Oleh: Janedjri M. Gaffar (Sekretaris Jenderal Mahkamah Kostitusi RI)

PENGARUH TEKNIK MENULIS PUISI BERDASARKAN CERITA TERHADAP MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PADANG ARTIKEL ILMIAH

Biarkan Samudera (Raihanah Salleh)

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

Last Child Feat Giselle Seluruh Nafas Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

PENGGUNAAN TEKNIK AKROSTIK DALAMMENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS PADA SISWA KELAS VIII C SMP PASUNDAN 4 BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

AMANAT MENTERI SOSIAL RI PADA UPACARA PERINGATAN HARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER 2O16

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

PENGARUH PENERAPAN MEDIA FILM DOKUMENTER PADA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PESERTA DIDIK

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN TUKPD II PAKET A SMP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan nyata maupun di luar alam nyata. Sastra merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 RANCANGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS VIII MTS AL- FATAH CIKEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana S1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Disusun Oleh: WIDAYANTO A

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Puisi Baru dalam Mata Pelajaran Bahasa

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

Sikap Kepahlawanan dan

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengungkapkan Isi Puisi Berdasarkan KTSP

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi Pesan Prajurit karya Trisno. Penelitian difokuskan pada struktur batin dan struktur fisik serta parbandingan struktur dari kedua puisi tersebut. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua puisi ini memiliki struktur batin dan struktur fisik. Selain itu, terdapat persamaan dan perbedaan pada struktur batin dan struktur fisik antara kedua puisi tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut dipaparkan uraian hasil penelitian terhadap puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo. 4.1.1 Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi merupakan salah satu puisi yang diciptakan pada angkatan pujangga baru. Puisi ini merupakan jenis puisi epik karena mengisahkan tentang gugurnya seorang pahlawan di medan perang karena berjuang membela kemerdekaan negara. Tuloli (1999:78), Asmara Hadi sebagai penulis puisi ini lahir 8 September 1914 di Bengkulu, dan meninggal pada 3 September 1976 di Bandung. Pendidikan dimulai di HIS Bengkulu lalu melanjutkan ke MULO di Jakarta dan Bandung. Asmara Hadi pernah membantu dan sebagai redaktur pada harian Fikiran Rakyat, majalah Tujuan Rakyat, Pelopor Gerindo, dan Pujangga Baru. Ia menjadi anggota Konstituante dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara. Karya-

karyanya ditulis dalam kumpulan sajaknya Di Belakang Kawat Berduri (1941), dan sebagian dikumpul oleh J.U Nasution dalam Asmara Hadi Penyair Api Nasionalisme (1965). Berikut diuraikan salah satu karyanya yaitu puisi Pesanku. 4.1.1.1 Teks Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi PESANKU Bila badanku nanti lah mati Terhantar lemah tiada terasa Suaraku diam, tiada lagi Berjanji dalam perjuangan masa, Kuburkan daku, kawan-kawanku Di tepi lautan biru permai Jiwaku selalu cintaku lagu Lautan abadi rinduku pantai. Di tempat sepi, di mana hanya Dapat didengar suara lautan Dan atmosfer membuat jiwa Hiba memandang gambar kenangan Di sana ku ingin berkubur Di tepi lautan simbol jiwaku Seperti anak sentosa tidur Di pangkuan Bunda Indonesia. Penyair dan Sajaknya, 78. 4.1.1.2 Struktur Batin Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi a) Tema Tema dalam puisi Pesanku adalah perjuangan dan harapan. Tema perjuangan ditunjukkan dalam puisi ini melalui sang pahlawan yang berjuang dan

gugur di medan perang demi membela kemerdekaan negaranya, hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi berikut.... asal di bumi tanah-airku ku puas sudah melepas lelah dalam pangkuan ibu (AH) Tema harapan ditunjukkan oleh pahlawan, bahwa jika ia gugur dalam peperangan ia tidak meginginkan apa-apa, hanya harapannya, di akhir hayat ia ingin dikuburkan oleh kawan-kawannya di tempat yang sepi yaitu di tepi pantai, di mana hanya suara deburan ombak di pantai yang menemaninya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Kuburkan daku, kawan-kawanku Di tepi lautan biru permai Jiwaku selalu cintaku lagu Lautan abadi rinduku pantai. (AH). b) Rasa Rasa yang ada disampaikan dalam puisi Pesanku adalah rasa rela berkorban yang ditunjukkan oleh pahlawan. Ia rela mengorbankan jiwa dan raganya demi membela kemerdekaan negara. Rasa rela berkorban, dalam hal ini mengorbankan jiwa dan raga dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Bila badanku nanti lah mati Terhantar lemah tiada terasa Suaraku diam, tiada lagi Berjanji dalam perjuangan masa, (AH)

Dari kutipan puisi di atas, dapat dilihat bahwa seorang pahlawan rela mengorbankan jiwa dan raganya karena ia telah berjanji untuk berjuang pada masa itu. c) Nada dan suasana Dalam puisi Pesanku mempunyai nada mengajak dan tercipta suasana kesiapan. Penyair mengajak pembaca untuk memperlakukan jasad sang pahlawan yang telah gugur dengan cara yang baik-baik dan dikuburkan di tempat atau suasana yang membuatnya tenang dan damai, seperti yang dilukiskan penyair dalam puisinya. Suasana yang diharapkan penyair terhadap pembaca adalah suasana kesiapan, yakni pembaca siap melakukan seperti yang penyair lakukan. Nada mengajak yang dijelaskan di atas dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Kuburkan daku, kawan-kawanku Di tepi lautan biru permai Jiwaku selalu cintaku lagu Lautan abadi rinduku pantai. (AH) d) Amanat Amanat merupakan pesan yang disampaikan penyair dalam puisinya. Amanat yang disampaikan dalam puisi Pesanku sebagai berikut. (a) Perlakukanlah jasad pahlawan dengan cara yang baik-baik, sebab tanpa perjuangannya, negara ini tidak akan terbebas dari penjajahan. (b) Sebagai warga negara yang baik, kita harus rela berkorban demi kemerdekaan negara kita serta menjaga kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan jiwa dan raga oleh para pahlawan terdahulu.

(c) Kita harus bersikap sebagai pahlawan sejati seperti yang dilakukan oleh pahlawan terdahulu yang dengan tulus dan ikhlas berjuang demi negara, tanpa mengharapkan apa-apa. 4.1.1.3 Struktur Fisik Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi a) Diksi. Diksi dalam puisi Pesanku telah sesuai dengan tema yang ada, yaitu tentang perjuangan dan harapan. Diksi yang digunakan dalam puisi pesanku di antaranya adalah bila badanku nanti lah mati, terhantar lemah tiada terasa, suaraku diam, tiada lagi, berjanji dalam perjuangan masa, kuburkan daku kawan-kawanku, di tepi lautan biru permai, jiwaku selalu rinduku lagu, lautan abadi rinduku pantai, suara lautan, atmosfer membuat jiwa, hiba memandang gambar kenangan, anak sentosa, tidur di pangkuan bunda indonesia. Dari beberapa diksi yang dikemukakan di atas, dapat dilihat bahwa penyair menggunakan diksi yang indah untuk melukiskan kematian seorang pahlawan dan tempat peristirahatan terakhir pahlawan. b) Imaji Imaji yang terdapat dalam puisi Pesanku adalah imaji perasa, imaji pendengaran dan imaji penglihatan. Dengan adanya imaji perasa, penyair membuat pembaca seolah-olah dapat merasakan kematian seorang pahlawan dalam peperangan. Selain itu, pembaca juga seolah-olah merasakan suasana tempat

peristirahatan terakhir pahlawan, yaitu di tepi lautan yang permai, tenang dan damai. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan puisi yang digarisbawahi berikut. Bila badanku nanti lah mati Terhantar lemah tiada terasa Suaraku diam, tiada lagi Berjanji dalam perjuangan masa, Kuburkan daku, kawan-kawanku Di tepi lautan biru permai Jiwaku selalu cintaku lagu Lautan abadi rinduku pantai. (AH) Selain imaji perasa, dalam puisi Pesanku juga terdapat imaji pendengaran dan imaji penglihatan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi yang digarisbawahi berikut. Di tempat sepi, di mana hanya Dapat didengar suara lautan Dan atmosfer membuat jiwa Hiba memandang gambar kenangan, (AH) Dari kutipan puisi di atas, kalimat dapat didengar suara lautan merupakan imaji pendengaran, dimana pembaca solah-olah dapat mendengar suara lautan. Sedangkan kalimat dan atmosfer membuat jiwa hiba memandang gambar kenangan merupakan imaji perasa dan imaji penglihatan, dimana pembaca seolah-olah dapat merasakan atmosfer yang membuat jiwa hiba memandang gambar kenangan. Kata memandang merupakan imaji penglihatan. c) Kata konkret Untuk mempetegas imaji perasa yang dijelaskan di atas, maka penyair menggunakan kata-kata seperti badanku, mati, kuburkan, lautan dan pantai. Untuk

mempertegas imaji pendengaran, penyair menggunakan kata didengar dan untuk mempertegas imaji penglihatan, maka penyair menggunakan kata memandang. d) Bahasa figuratif (majas) Majas yang terdapat dalam puisi Pesanku adalah majas simbolik dan majas simile. Menurut Sadikin (2010:36), majas simbolik merupakan majas yang melukiskan sesuatu menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan sesuatu. Majas simbolik dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.... Di tepi lautan simbol jiwaku (AH) Dari kutipan puisi di atas, terdapat majas simbolik, karena penyair menyimbolkan jiwa pahlawan dengan tepi lautan. Selain majas simbolik, dalam puisi ini juga terdapat majas simile. Menurut Pradopo (2009:62), majas simile yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding (seperti, bagai, sebagai, bak, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding lain). Majas simile dapat dilihat pada kutipan puisi berikut.... Seperti anak sentosa tidur Di pangkuan Bunda Indonesia (AH) Dari kutipan puisi di atas, penyair menyamakan pahlawan yang meninggal karena membela kemerdekaan negara dengan anak sentosa tidur. Sedangkan tanah Negara Indonesia disamakan dengan pangkuan Bunda Indonesia.

e) Rima dan Ritma Menurut posisinya, pada puisi Pesanku terdapat rima akhir, karena rima terdapat pada setiap akhir kata dalam kalimat pada puisi ini. Sedangkan menurut susunannya, pada puisi ini juga memiliki rima bersilang dengan rumus/susunan yaitu ab-ab, cd-cd. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan puisi berikut. Bila badanku nanti lah mati Terhantar lemah tiada terasa Suaraku diam, tiada lagi Berjanji dalam perjuangan masa Kuburkan daku, kawan-kawanku Di tepi lautan biru permai Jiwaku selalu cintaku lagu Lautan abadi rinduku pantai. Di tempat sepi, di mana hanya Dapat didengar suara lautan Dan atmosfer membuat jiwa Hiba memandang gambar kenangan, (AH) Ritma merupakan pengulangan bunyi, kata, frasa dan kalimat. Dalam puisi Pesanku terdapat ritma ku-, yang berada pada baris ke-1, ke-2 pada bait ke-1, baris ke-1, -3, -4 pada bait ke-2, dan baris ke-1, -2 pada bait ke-4. Penggunaan kata ku- yang berulang-ulang pada bait ke-1, ke-2 dan ke-4 menunjukkan bahwa penyair ingin memperjelas bahwa raga, suara, rindu, cinta, dan jiwa merupakan satu kesatuan tubuh dan jiwa yang tak dapat dipisahkan yang dimiliki oleh manusia, dalam hal ini merujuk pada sosok sang pahlawan. Selain ritma ku-, dalam puisi ini juga terdapat ritma kata depan di-, yang terdapat pada baris ke-2 bait ke-2, baris ke-1 bait ke-3 dan baris ke-1, -2, -4 pada

bait ke-4. Penggunaan kata depan di- yang berulang-ulang pada bait ke-2, ke-3 dan ke-4 menunjukkan bahwa penyair ingin memperjelas suasana tempat penguburan atau tempat peristirahatan terakhir dari sang pahlawan. Penggunaan ritma ku- dan di- menunjukkan bahwa penyair dalam hal ini Asmara Hadi ingin memperjelas bahwa jiwa, suara, cinta, rindu, merupakan bagian dari tubuh sang pahlawan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, dan tubuh dari pahlawan tersebut ingin dikuburkan di tempat yang indah, yang diperjelas dengan menggunakan ritma di- untuk menunjukkan tempat dan suasana yang indah, yang didukung oleh penggunaan diksi yang indah di setiap baris dan bait puisi ini. f) Tipografi Tipografi puisi Pesanku tersusun rapi (teratur) yaitu empat seuntai (setiap bait terdiri dari empat baris). Selain itu, puisi ini juga memiliki pengunaan huruf kapital yang teratur pada setiap kata pertama di setiap baris dan baitnya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Bila badanku nanti lah mati Terhantar lemah tiada terasa Suaraku diam, tiada lagi Berjanji dalam perjuangan masa (AH) 4.1.2 Struktur Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo merupakan salah-satu puisi yang diciptakan pada angkatan 45. Puisi ini merupakan jenis puisi epik karena

mengisahkan tentang gugurnya seorang prajurit di medan perang karena berjuang membela kemerdekaan Negara Indonesia. Tuloli (1999:87), Trisno Sumardjo sebagai penulis puisi ini lahir 6 Desember 1916 di Surabaya, Jawa Timur, dan meninggal dunia 21 April 1969 di Jakarta. Pendidikannya AMS-II Barat Klasik di Yogyakarta (1937). Bekerja sebagai guru partikuler (1938-1942), pegawai Jawatan Kereta Api di Yogyakarta (1942-1946). Pernah menjadi redaktur majalah Seniman (1947-1948), Indonesia (1950-1952), Seni (1954), dan Gaya (1968). Menjadi Sekretaris Umum BMKN (1956) dan Ketua Delegasi Pengarang Indonesia ke RRC (1957). Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1968-1969) dan penanda tangan Manifes Kebudayaan. Karya-karyanya antara lain Kata hati dan Perbuatan (1952, kumpulan cerpen, sajak dan drama), Rumah Raya (1957, kumpulan cerpen), Daun Kering (1962, kumpulan cerpen), Silhuet (1965, kumpulan sajak), dan Wajah-wajah yang Berubah (1968, kumpulan cerpen). Berikut diuraikan salah satu karyanya yaitu puisi Pesan Prajurit. 4.1.2.1 Teks Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo PESAN PRAJURIT Kalau aku mati nanti koyak-koyak tubuhku habis ditusuk musuh kumpulkan sisaku tanamkan dalam-dalam di tanah tempat kelahiranku tentu tak kau kenal aku tak tahu tempat asalku

tapi tak mengapa asal di bumi tanah-airku ku puas sudah melepas lelah dalam pangkuan ibu dan aku damai kembali ke tempat kelahiranku Penyair dan Sajaknya, 88. 4.1.2.2 Struktur Batin Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo a) Tema Tema dalam puisi Pesan Prajurit adalah perjuangan, harapan dan keikhlasan. Tema perjuangan ditunjukkan oleh prajurit yang berjuang membela negaranya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.... asal di bumi tanah-airku ku puas sudah melepas lelah dalam pangkuan ibu (TS) Tema harapan ditunjukkan oleh prajurit, jika ia gugur dalam membela kemerdekaan ia ingin dikuburkan di tanah kelahirannya, ia menyebut jasadnya dengan kata sisaku. Hal ini dapat dilihat dari kutipan puisi berikut. kumpulkan sisaku tanamkan dalam-dalam di tanah tempat kelahiranku (TS) Tema keikhlasan yang ditunjukkan oleh prajurit adalah setelah ia meninggal nanti ia ikhlas jika tidak ada yang mengenalnya sebagai pahlawan pembela

kemerdekaan, ia adalah pahlawan yang tak dikenal, tapi hal itu tidak masalah baginya, yang penting ia telah melakukan tugasnya sebagai warga negara yang baik. Tema keikhlasan ini dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. tentu tak kau kenal aku tak tahu tempat asalku tapi tak mengapa asal di bumi tanah-airku ku puas sudah melepas lelah dalam pangkuan ibu dan aku damai kembali ke tempat kelahiranku (TS) b) Rasa Rasa yang ada dalam puisi Pesan Prajurit adalah rasa rela berkorban serta rasa bangga. Rasa rela berkorban ditunjukkannya dengan cara ia siap mengorbankan jiwa dan raga, ia rela walaupun harus mengalami kematian yang kurang baik, hal itu dilakukan demi membela kemerdekaan negaranya. Rasa rela berkorban dapat dilihat dalam kutipan puisi berikut. Kalau aku mati nanti koyak-koyak tubuhku habis ditusuk musuh (TS) Rasa bangga ditunjukkan oleh prajurit karena ia telah berhasil membela kemerdekaan negaranya, walaupun tak ada yang mengenalnya, tapi ia tetap bangga karena telah melakukan yang terbaik untuk bumi tanah airnya dan hal itulah yang

membuatnya damai kembali ke tempat kelahirannya walaupun dengan kondisi yang sudah tidak bernyawa. Rasa bangga dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. tentu tak kau kenal aku tak tahu tempat asalku tapi tak mengapa asal di bumi tanah-airku ku puas sudah melepas lelah dalam pangkuan ibu dan aku damai kembali ke tempat kelahiranku (TS) c) Nada dan Suasana Nada yang ada pada puisi Pesan Prajurit adalah nada mengajak dan tercipta suasana berani. Nada ini digunakan penyair untuk mengajak pembaca agar mau mengorbankan apapun termasuk jiwa dan raga demi kepentingan bersama yakni membela kemerdekaan negara. Suasana yang diharapkan penyair terhadap pembaca adalah suasana berani, pembaca diharapkan berani melakukan seperti yang dilakukan prajurit dalam puisi (mengorbankan jiwa dan raga), serta berani menerima resiko terburuk seperti yang dialami prajurit dalam puisi, yakni mengalami kematian yang kurang baik. Nada mengajak dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Kalau aku mati nanti koyak-koyak tubuhku habis ditusuk musuh... asal di bumi tanah-airku

ku puas sudah melepas lelah dalam pangkuan ibu (TS) d) Amanat Dalam puisi Pesan Prajurit mengisahkan tentang pengorbanan jiwa dan raga dari seorang prajurit dalam membela negaranya dari penjajahan, dan ia melakukan hal tersebut karena itu merupakan kewajibannya sebagai warga negara dan baik, ia bahkan rela jika suatu saat nanti tidak ada yang mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Berdasarkan hal ini, tedapat beberapa amanat (pesan) yang disampaikan penyair dalam puisinya, yaitu sebagai berikut. (a) sesuatu yang kita lakukan untuk kepentingan bersama, merupakan hal yang sangat berarti untuk orang lain, maka lakukanlah itu dengan tulus dan ikhlas, tanpa mengharapkan pamrih, seperti yang dilakukan oleh seorang prajurit dalam puisi Pesan Prajurit. (b) Hargailah perjuangan para pahlawan yang telah rela mengorbankan jwa dan raganya demi kemerdekaan negara tercinta. (c) Kita harus mengetahui riwayat hidup para pahlawan untuk mengetahui bagaimana pengorbanan para pahlawan dan menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan negara.

4.1.2.3 Struktur Fisik Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo a) Diksi Diksi yang digunakan dalam puisi Pesan Prajurit diantaranya adalah kalau aku mati nanti, koyak-koyak tubuhku, habis ditusuk musuh, kumpulkan sisaku, tanamkan, tak mengapa, asal di bumi tanah-airku, ku puas sudah, melepas lelah, dalam pangkuan ibu, damai, kembali ke tempat kelahiranku. Dari beberapa diksi yang dikemukakan di atas, dapat dilihat bahwa penyair menggunakan diksi yang padat, jelas dan berlebih-lebihan. b) Imaji Imaji yang terdapat dalam puisi Pesan prajurit adalah imaji perasa. Melalui imaji perasa, penyair membuat pambaca seolah-olah dapat merasakan kematian yang kurang baik yang alami oleh prajurit yaitu tubuhnya telah dikoyak-koyak dan habis ditusuk oleh musuh. Imaji perasa ini dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Kalau aku mati nanti koyak-koyak tubuhku habis ditusuk musuh (TS) c) Kata Konkret Untuk membangkitkan imaji pembaca, maka penyair menggunakan kata yang dikongkretkan. Dengan adanya kata kongkret, pembaca dapat secara jelas membayangkan peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair, Kosasih (2012:103). Untuk mempertegas imaji perasa telah dijelaskan di atas, maka penyair menggunakan kata-kata seperti aku mati, tubuhku, ditusuk.

d) Bahasa figuratif (majas) Majas yang terdapat dalam puisi Pesan Prajurit adalah majas hiperbola dan sinekdoki pars pro toto. Menurut Pradopo (2009:98) Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan suatu hal atau keadaan secara berlebihan. Majas hiperola dapat dilihat dalam kutipan puisi berikut. Kalau aku mati nanti koyak-koyak tubuhku habis ditusuk musuh (TS) Dalam kutipan puisi di atas, dapat dilihat bahwa penyair menggunakan kata yang berlebih-lebihan dalam mengungkapkan kematian prajurit. Selain majas hiperbola, dalam puisi ini juga terdapat majas sinekdoki pars pro toto, yaitu majas yang digunakan untuk menyebut sebagian untuk mewakili keseluruhan, Pradopo (2009:78). Hal ini dapat dilihat dalam kutipan puisi berikut. kumpulkan sisaku tanamkan dalam-dalam di tanah tempat kelahiranku (TS) Pada kutipan puisi di atas, penyair menggunakan kata sisaku yang merupakan penyebutan untuk bagian-bagian tubuhnya yang telah terkoyak-koyak dan habis ditusuk musuh. e) Rima dan Ritma Rima dalam puisi Pesan Prajuit adalah rima campuran yang terdapat pada rima akhir dari puisi ini. Pada bait ke-1 rimanya adalah a-bb, bait ke-2 rimanya a-ba, bait ke-3 rimanya aa, bait ke-4 a-b-aa-b dan bait ke-5 a-b.

Ritma merupakan pengulangan bunyi, kata, frasa dan kalimat. Ritma dalam puisi Pesan Prajurit adalah aku dan ku yang terdapat pada baris ke-1, ke-2 pada bait ke-1, baris ke-2, ke-3 pada bait ke-2, baris ke-1, ke-2 pada bait ke-3, baris ke-2, ke- 3 pada bait ke-4 dan baris ke-1, ke-2 pada bait ke-5. Penggunaan ritma aku dan ku menunjukkan bahwa penyair dalam hal ini Trisno Sumardjo mempertegas kata ganti orang yang merujuk pada diri sang prajurit. Jadi, penyair menggunakan kata aku dan ku untuk menggantikan orang dalam hal ini sang prajurit itu sendiri yang mengalami kematian saat berjuang membela kemerdekaan negaranya. f) Tipografi Puisi Pesan Prajurit merupakan salah satu puisi bebas, maka tipografinya juga bebas, artinya tidak terikat jumlah baris, bait dan persajakannya. Puisi ini terdiri dari 3 baris pada bait ke-1, 3 baris pada bait ke-2, 2 baris pada bait ke-3, 5 baris pada bait ke-4, dan 2 baris pada bait ke-5. Pada puisi Pesan Prajurit juga hanya terdapat huruf kapital pada bait pertama baris pertama (kata pertama), pada bait selanjutnya setiap baris hanya menggunakan huruf kecil pada setiap kata dan kalimatnya. 4.1.3 Perbandingan Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Struktur Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo 4.1.3.1 Perbandingan Struktur Batin Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo

a) Tema Tema puisi Pesanku dan puisi Pesan Prajurit memiliki persamaan yaitu memiliki tema perjuangan dan tema harapan, tapi kedua tema ini diungkapkan dengan cara yang berbeda. Persamaan tema pada kedua puisi ini disebabkan karena kedua penyair ini sama-sama ingin menonjolkan apa yang ingin mereka ungkapkan yaitu tentang perjuangan dan harapan, walaupun diungkapkan dengan cara yang berbeda. Kedua penyair ini sama-sama mengharapkan kemerdekaan Negara dengan cara memperjuangkan kemerdekaan tersebut. Perbedaan tema pada kedua puisi ini adalah pada puisi Pesan Prajurit juga terdapat tema keikhlasan. Perbedaan tema ini disebabkan karena Trisno Sumardjo sebagai penulis puisi Pesan Prajurit juga ingin mengungkapkan bahwa selain berharap dan memperjuangkan Kemerdekaan Negara, seorang prajurit harus ikhlas melakukan semua itu demi Negara tercinta dan harus ikhlas jika suatu saat nanti tidak ada yang mengenalnya sebagai seorang pejuang kemerdekaan negara. b) Rasa Rasa pada puisi Pesanku dan Pesan Prajurit memiliki persamaan yaitu memiliki rasa rela berkorban yang ditunjukkan oleh pahlawan atau prajurit. Ia rela mengorbankan jiwa dan raganya demi membela kemerdekaan negara. Pada puisi Pesanku, rasa rela berkorban dalam hal ini mengorbankan jiwa dan raga dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Bila badanku nanti lah mati Terhantar lemah tiada terasa

Suaraku diam, tiada lagi Berjanji dalam perjuangan masa, (AH) Dari kutipan puisi di atas, dapat dilihat bahwa seorang pahlawan rela mengorbankan jiwa dan raganya karena ia telah berjanji untuk berjuang pada masa itu. Sedangkan pada puisi Pesan Prajurit, rasa rela berkorban ditunjukkannya dengan cara ia siap mengorbankan jiwa dan raganya untuk membela kemerdekaan negaranya. Rasa rela berkorban dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Kalau aku mati nanti koyak-koyak tubuhku habis ditusuk musuh kumpulkan sisaku tanamkan dalam-dalam di tanah tempat kelahiranku (TS) Persamaan rasa yaitu rasa rela berkorban yang terdapat pada kedua puisi ini disebabkan karena kedua penyair puisi ini memiliki rasa solidaritas yang sama sebagai warga Negara Indonesia, maka siapa pun termasuk kedua penyair ini harus memiliki rasa rela berkorban untuk kepentingan bersama yakni memperjuangkan kemerdekaan negara. Selain persamaan rasa yang diuraikan di atas, terdapat juga perbedaan rasa dari kedua puisi ini, yakni selain memiliki rasa rela berkorban, puisi Pesan Prajurit juga memiliki rasa bangga dari sang prajurit. Rasa bangga ditunjukkan olehnya karena ia telah berhasil membela kemerdekaan negaranya, walaupun tak ada yang mengenalnya, tapi ia tetap bangga karena telah melakukan hal yang terbaik untuk bumi tanah airnya dan hal itulah yang membuatnya damai kembali ke

tempat kelahirannya, walaupun dengan kondisi yang sudah tidak bernyawa. Rasa bangga dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. tentu tak kau kenal aku tak tahu tempat asalku tapi tak mengapa asal di bumi tanah-airku ku puas sudah melepas lelah dalam pangkuan ibu dan aku damai kembali ke tempat kelahiranku (TS) Perbedaan rasa pada kedua puisi ini disebabkan karena Trisno Sumardjo juga ingin menggungkapkan rasa bangga yang harus dimiliki oleh setiap warga Indonesia yang telah berhasil memperjuangkan kemerdekaan, bangga karena telah melakukan yang terbaik untuk Negara Indonesia. c) Nada dan Suasana Nada dan suasana yang terdapat dalam puisi Pesanku dan Pesan Prajurit memiliki persaman yakni kedua puisi ini memiliki nada mengajak, namun tercipta suasana yang berbeda. Nada mengajak pada puisi Pesanku, tercipta suasana kesiapan, sedangkan nada mengajak pada puisi Pesan Prajurit, tercipta suasana berani. Persamaan nada pada kedua puisi ini disebabkan karena kedua penyair sama-sama ingin mengajak semua warga Indonesia untuk mau membela Negara Indonesia, memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Negara Indonesia.

Perbedaan Suasana yang tercipta dari kedua puisi ini disebabkan perbedaan periode saat kedua puisi ini ditulis. Puisi Pesanku ditulis pada Periode Pujangga Baru (1920-1942), pada saat itu di Negara Indonesia mulai terjadi perang untuk merebut kekuasaan Negara Indonesia. Maka melalui puisi ini, penyair ingin menyampaikan bahwa warga Negara Indonesia harus siap untuk membela dan mempertahankan Kekuasaan Negara Indonesia. Sedangkan puisi Pesan Prajurit ditulis pada Periode Angkatan 45 (1942-1955), pada saat itu di Negara Indonesia sudah terjadi perang, penjajah menjajah Negara Indonesia dan merebut kekuasaan Negara Indonesia. Maka melalui puisi ini, penyair ingin mengungkapkan bahwa warga Negara Indonesia harus berani merebut kembali kekuasaan dan Kemerdekaan Negara Indonesia, dan akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkan kemerdekaan Negara Indonesia oleh Presiden dan Wakil Presiden Negara Indonesia. d) Amanat Amanat yang terdapat dalam puisi Pesanku dan Pesan Prajurit memiliki persamaan yakni diharapkan agar pembaca lebih menghargai para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan negara. Persamaan amanat pada kedua puisi ini disebabkan karena kedua penyair sama-sama berharap agar pembaca dan warga Negara Indonesia lebih menghargai jasa para pahlawan, walaupun tidak mengenal para pahlwan yang telah meninggal, tapi untuk mengenang jasa dan pengorbanan mereka, maka diharapkan agar kita tetap menjaga dan mempertahankan Kemerdekaan Negara Indonesia. Perbedaannya, ada amanat

yang lain yang terdapat dalam kedua puisi ini. Amanat lain yang terdapat dalam puisi Pesanku sebagai berikut. (a) Perlakukanlah jasad pahlawan dengan cara yang baik-baik, sebab tanpa perjuangannya, negara ini tidak akan terbebas dari penjajahan. (b) Sebagai warga negara yang baik, kita harus rela berkorban demi kemerdekaan negara kita serta menjaga kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan jiwa dan raga oleh para pahlawan terdahulu. (c) Kita harus bersikap sebagai pahlawan sejati seperti yang dilakukan oleh pahlawan terdahulu yang dengan tulus dan ikhlas berjuang demi negara, tanpa mengharapkan apa-apa. Amanat lain yang terdapat dalam puisi Pesan Prajurit sebagai berikut. a) sesuatu yang kita lakukan untuk kepentingan bersama, merupakan hal yang sangat berarti untuk orang lain, maka lakukanlah itu dengan tulus dan ikhlas, tanpa mengharapkan pamrih, seperti yang dilakukan oleh seorang prajurit dalam puisi Pesan Prajurit. b) Kita harus mengetahui riwayat hidup para pahlawan untuk mengetahui bagaimana pengorbanan para pahlawan dan menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan negara.

4.1.3.2 Perbandingan Struktur Fisik Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan a) Diksi Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo Pada puisi Pesanku dan Pesan Prajurit terdapat persamaan penggunaan kata Mati. Pada kedua puisi ini sama-sama menggunakan kata Mati (terdapat pada baris ke-1, bait ke-1) yang bermakna berpisahnya jiwa dan raga seseorang. Tapi yang menjadi perbedaannya adalah cara seseorang tersebut mengalami mati. Pada puisi Pesanku dituliskan bagaimana seseorang mati dengan cara yang baikbaik, hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi Pesanku yang terdapat pada bait pertama berikut. Bila badanku nanti mati Terhantar lemah tiada terasa Suaraku diam, tiada lagi Berjanji dalam perjuangan masa (AH) Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa seseorang yang dalam hal ini pahlawan pembela negara, mengalami kematian dengan cara yang baik. Kematiannya diketahui dari badannya yang lemah dan tak berdaya, dan ia sudah tak bersuara lagi. Penyair ia melukiskan kematian seorang pahlawan ini dengan menggunakan diksi yang indah. Walaupun mati adalah hal mungkin menakutkan bagi sebagian orang, tapi dengan gaya bahasanya yang indah ia menuliskan bagaimana peristiwa mati yang nanti akan dialami oleh seorang pahlawan menjadi sesuatu hal yang tidak menakutkan. Selain itu, penyair juga melukiskan keindahan

tempat penguburan sang pahlawan yaitu di tepi lautan biru yang permai, hal ini seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya. Pada puisi Pesan Prajurit dituliskan bagaimana seseorang dalam hal ini pahlawan yang mengalami mati di medan perang dengan cara yang kurang baik, hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Kalau aku mati nanti koyak-koyak tubuhku habis ditusuk musuh kumpulkan sisaku tanamkan dalam-dalam di tanah tempat kelahiranku (TS) Dari kutipan puisi di atas, dapat dilihat bahwa seorang pahlawan mengalami kematian dengan cara yang kurang baik, yaitu tubuhnya terkoyak-koyak, habis di tusuk oleh musuh. Ia juga menyebut jasadnya dengan kata sisaku, agar ditanamkan dalam-dalam di tanah tempat kelahirannya. Pada puisi ini juga dituliskan bahwa sang prajurit adalah pahlawan yang tak dikenal dalam perang melawan musuh. Tapi hal itu tak mengapa baginya. Asalkan ia telah menjalankan kewajibannya membela negara tercinta, hanya satu hal yang ia harapkan yang membuat ia damai yaitu jasadnya dikuburkan di tanah kelahirannya. Persamaan penggunaan kata Mati pada kedua puisi ini berhubungan juga dengan penggunaan tema yang sama yakni tema perjuangan. Saat berjuang demi meraih kemerdekaan, apapun bisa terjadi kepada para prajurit atau pahlawan, salah satunya adalah mengalami kematian. Penggunaan kata Mati yang sama pada

kedua puisi ini karena kedua penyair sama-sama menggungkapkan bahwa hal yang akan dialami oleh para prajurit pejuang kemerdekaan adalah mengalami kematian. Tapi kematian yang dialami oleh prajurit diungkapkan dengan cara yang berbeda pada masing-masing puisi ini, hal ini seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Selain persamaan, terdapat juga Perbedaan penggunaan diksi yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. b) Imaji Pada puisi Pesanku dan Pesan Prajurit terdapat persamaan imaji, yakni kedua puisi ini menggunakan imaji perasa. Pada puisi Pesanku, dengan adanya imaji perasa penyair membuat pembaca seolah-olah dapat merasakan kematian seorang pahlawan dalam peperangan. Selain itu, pembaca juga seolah-olah merasakan suasana tempat peristirahatan terakhir pahlawan, yaitu di tepi lautan yang permai, tenang dan damai. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan puisi yang digarisbawahi berikut. Bila badanku nanti lah mati Terhantar lemah tiada terasa Suaraku diam, tiada lagi Berjanji dalam perjuangan masa, Kuburkan daku, kawan-kawanku Di tepi lautan biru permai Jiwaku selalu cintaku lagu Lautan abadi rinduku pantai. (AH) Pada puisi Pesan Prajurit, dengan menggunakan imaji perasa penyair membuat pambaca seolah-olah dapat merasakan kematian yang kurang baik yang

dialami oleh prajurit yaitu tubuhnya telah dikoyak-koyak dan habis ditusuk oleh musuh. Imaji perasa ini dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Kalau aku mati nanti koyak-koyak tubuhku habis ditusuk musuh (TS) Persamaan penggunaan imaji pada kedua puisi ini yaitu imaji perasa disebabkan karena kedua penyair ingin agar pembaca seolah-olah dapat merasakan hal-hal yang terjadi pada para prajurit saat membela kemerdekaan yaitu mengalami kematian dan merasakan suasana tempat peristirahatan yang terakhir prajurit yang diungkapkan dengan cara yang berbeda pada masing-masing puisi ini. Hal ini dimaksudkan agar pembaca lebih menghargai jasa para pahlawan yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya demi memperjuangkan kemerdekaan negara. Selain terdapat persamaan imaji yakni kedua puisi ini menggunakan imaji perasa, terdapat pula perbedaan penggunaan imaji, yakni pada puisi Pesanku juga terdapat imaji pendengaran dan imaji penglihatan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi yang digarisbawahi berikut. Di tempat sepi, di mana hanya Dapat didengar suara lautan Dan atmosfer membuat jiwa Hiba memandang gambar kenangan, (TS) Dari kutipan puisi di atas, kalimat dapat didengar suara lautan merupakan imaji pendengaran, dimana pembaca solah-olah dapat mendengar suara lautan. Sedangkan kalimat dan atmosfer membuat jiwa hiba memandang gambar kenangan merupakan imaji perasa dan imaji penglihatan, dimana pembaca seolah-olah dapat

merasakan atmosfer yang membuat jiwa hiba memandang gambar kenangan. Kata memandang merupakan imaji penglihatan. Perbedaan penggunaan imaji pada kedua puisi ini yaitu selain memiliki imaji perasa, puisi Pesanku juga terdapat imaji pendengaran dan imaji penglihatan sedangkan pada puisi Pesan Prajurit hanya terdapat imaji perasa. Hal ini disebabkan karena Asmara Hadi sebagai penulis puisi Pesanku ingin memperjelas imaji yang digunakan, agar pembaca dapat merasakan, mendengar dan melihat hal-hal yang diungkapkan dalam puisinya. c) Kata Konkret Pada puisi Pesanku, untuk mempertegas imaji perasa yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pengimajian itu dikonkretkan dengan kata badanku, mati, kuburkan, lautan dan pantai. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan puisi berikut. Bila badanku nanti lah mati... Kuburkan daku, kawan-kawanku Di tepi lautan biru permai Jiwaku selalu cintaku lagu Lautan abadi rinduku pantai (AS) Pada puisi Pesan Prajurit Untuk mempertegas imaji perasa telah dijelaskan sebelumnya, maka penyair menggunakan kata-kata seperti aku mati, tubuhku, ditusuk. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Kalau aku mati nanti koyak-koyak tubuhku habis ditusuk musuh (TS)

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat persamaan penggunaan kata konkret untuk mempertegas imaji perasa, yakni kedua puisi ini menggunakan kata ku dan mati. Kata ku merujuk pada diri sang pahlawan atau prajurit, sedangkan kata mati berarti berpisahnya jiwa dan raga. Jadi, kata ku dan mati berarti berpisahnya jiwa dan raga dari sang pahlawan karena mengalami kematian pada saat berjuang membela kemerdekaan negaranya. Persamaan penggunaan kata konkret pada kedua ini disebabkan karena penyair ingin mempertegas imaji perasa seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan menggunakan kata konkret ku dan mati, penyair dapat mempertegas sosok seseorang yang mengalami kematian yaitu seorang pahlawan atau prajurit. Perbedaan kata konkret pada puisi Pesanku dan Pesan Prajurit adalah pada puisi Pesanku terdapat kata konkret untuk mempertegas imaji pendengaran, yakni penyair menggunakan kata didengar dan untuk mempertegas imaji penglihatan, maka penyair menggunakan kata memandang. Sedangkan pada puisi Pesan Prajurit hanya terdapat kata konkret untuk mempertegas imaji perasa. d) Bahasa Figuratif (majas) Puisi Pesanku dan Pesan Prajurit tidak memiliki persamaan majas. Karena pada puisi Pesanku, penyair menggunakan majas simbolik dan majas simile. Sedangkan pada puisi Pesan Prajurit, penyair menggunakan majas hiperbola dan majas sinekdoki pars pro toto.

e) Rima dan Ritma Menurut susunannya rima pada puisi Pesanku adalah rima bersilang dengan rumus/susunan ab-ab, cd-cd yang terdapat pada akhir kalimat (rima akhir). Sedangkan pada puisi Pesan Prajurit terdapat rima campuran, yaitu rima yang berbeda pada setiap baitnya. Persamaan puisi Pesanku dan Pesan Prajurit adalah memiliki rima bersilang walaupun pada puisi Pesan Prajurit, rima bersilang hanya terdapat pada bait ke-5 (a-b). Ritma pada puisi Pesanku dan Pesan Prajurit memiliki persamaan yaitu menggunakan ritma ku. Ritma ini digunakan untuk mempertegas kata ganti orang dalam hal ini merujuk pada diri sang pahlawan atau prajurit. f) Tipografi Puisi Pesanku dan Pesan Prajurit memiliki tipografi yang berbeda. Puisi Pesanku memiliki tipografi yang tersusun rapi (teratur) yaitu empat seuntai (setiap bait terdiri dari empat baris). Selain itu, puisi ini juga memiliki pengunaan huruf kapital yang teratur pada setiap kata pertama di setiap baris dan baitnya. Pada puisi Pesan Prajurit memiliki tipografi yang bebas artinya tidak terikat jumlah baris, bait dan persajakannya. Puisi ini terdiri dari 3 baris pada bait ke-1, 3 baris pada bait ke-2, 2 baris pada bait ke-3, 5 baris pada bait ke-4, dan 2 baris pada bait ke-5. Pada puisi Pesan Prajurit juga hanya terdapat huruf kapital pada bait pertama baris pertama (kata pertama), pada bait selanjutnya setiap baris hanya menggunakan huruf kecil pada setiap kata dan kalimatnya.

Perbedaan tipografi pada kedua puisi ini disebabkan oleh pengaruh dari karakteristik periode pada saat puisi itu diciptakan. Puisi Pesanku dipengaruhi oleh karakteristik Periode Pujangga Baru, karena puisi ini ditulis oleh Asmara Hadi pada Periode Pujangga Baru. Sedangkan puisi Pesan Prajurit dipengaruhi oleh karakteristik Periode Angkatan 45, karena puisi ini ditulis oleh Trisno Sumardjo pada Periode Angkatan 45. 4.2 Pembahasan Puisi Pesanku karya Asmara Hadi menceritakan tentang pesan seorang pahlawan yang kepada kawan-kawan seperjuangannya yang berisi tentang jika ia gugur dalam perjuangannya, ia ingin jasadnya dikuburkan di tepi lautan biru permai, disana jiwanya, cintanya,dan rindunya menjadi satu dengan lautan dan pantai. Ia ingin istrahat dengan tenang, di tempat sepi, di mana hanya dapat di dengar oleh suara lautan dan atmosfir yang membuat jiwanya hiba memandang gambar kenangan. Ia ingin dikubur disana karena lautan merupakan simbol jiwanya. Ia bagaikan anak sentosa yang tidur di pangkuan bunda Indonesia Berdasarkan uraian isi puisi Pesanku karya Asmara Hadi di atas, semua unsur dalam puisi ini saling berhubungan membentuk satu keutuhan. Seperti hubungan antara tema yaitu perjuangan dan harapan seorang pahlawan dan isi puisi ini yaitu tentang pesan seorang pahlawan yang mengatakan bahwa jika ia gugur dalam perang, ia ingin dikuburkan di tepi lautan biru yang permai. Selain itu, terlihat pula hubungan antara tema, isi, dengan penggunaan diksi yang indah pada

puisi ini, yaitu penyair mengungkapkan kematian serta keindahan tempat penguburan sang pahlawan, walaupun ia dikuburkan di tempat yang sunyi dan hanya ditemani lautan ia tetap bahagia. Semua itu diungkapkan dengan diksi yang indah dan dikonkretkan oleh diksi yang dapat membangkitkan imaji perasa, pendengaran dan penglihatan bagi pembaca. Penyair juga tidak berlebih-lebihan dalam menciptakan puisinya dengan hanya menggunakan majas simbolik dan simile, semua kepaduan unsur dalam puisi ini dilengkapi dengan penggunaan tipografi yang tersusun rapi yakni empat seuntai. Melalui puisinya, Asmara Hadi mengajak kepada pembaca untuk memperlakukan jasad para pahlawan dengan cara yang baik-baik, karena tanpa perjuangan mereka, negara kita tidak akan terbebas dari penjajahan. Selain itu, Asmara Hadi mengungkapkan bahwa seorang pahlawan tidak perlu takut mati dalam membela kemerdekaan negara, karena kematian bukanlah suatu hal yang menakutkan karena tidak akan terasa saat kedatangannya. Jadi, Asmara Hadi mengajak pembaca untuk memperlakukan jasad para pahlawan dengan cara yang baik, serta mengajak pembaca agar dapat bersikap seperti pahlawan, yang mau berjuang demi negaranya, baik berjuang dalam merebut kemerdekaan maupun berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih oleh para pahlawan terdahulu. Selain itu, Asmara Hadi juga mengajak pembaca untuk lebih menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk membela kemerdekaan negara.

Puisi Pesan Prajurit karya Trisno Sumardjo menceritakan tentang pesan seorang pahlawan yang mengatakan jika ia mati nanti, dan tubuhnya habis di tusuk musuh, ia ingin jasadnya ditanamkan di tanah kelahirannya. Tak ada seorang pun yang mengenalnya, ia adalah pahlawan yang tak dikenal, tapi hal itu tak mengapa baginya, yang penting ia sudah puas berjuang di bumi tanah air, dan hal yang bisa membuatnya damai adalah kembali ke tanah kelahirannya. Puisi Pesan Prajurit karya Trisno Sumardjo mempunyai tema perjuangan, harapan dan keikhlasan. Semua unsur yang ada dalam puisi ini saling berhubungan untuk membentuk satu keutuhan. Seperti hubungan antara tema pada puisi ini yaitu tentang perjuangan, harapan dan keikhlasan dengan isi dari puisi yaitu menceritakan tentang betapa gigihnya seorang prajurit dalam membela negara yang tercinta ini walau ia harus mengorbankan jiwa dan raganya, walaupun ia mengalami kematian dengan cara yang kurang baik. Ia tidak mengharapkan apa-apa dari pengorbanannya. Ia hanya berharap jasadnya yang disebut dengan kata sisaku dikuburkan di tanah kelahirannya. Ia ikhlas jika tidak ada yang mengenalnya sebagai pahlawan. Betapa mulianya hati seseorang jika ia memiliki hati seperti hati seorang prajurit dalam puisi ini, yang melakukan sesuatu untuk kepentingan bersama tanpa mengharapkan imbalan apa-apa hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT. Melalui puisinya, Trisno Sumardjo mengungkapkan bahwa jika seorang pahlawan berani membela kemerdekaan negaranya, maka ia harus siap dengan kondisi kematian yang sangat mengerikan. Jadi, Trisno Sumardjo mengajak

pembaca untuk siap mengorbankan apapun yang dimilikinya termasuk jiwa dan raga untuk kemerdekaan negara, pembaca juga harus siap dengan kondisi terburuk yang akan dialami saat perang dalam membela kemerdekaan. Di sisi lain, Trisno Sumardjo memberi contoh melalui puisinya bahwa masih banyak pahlawan di sekitar kita yang melakukan sesuatu dengan ikhlas tanpa mengharapkan apa-apa, dan kita tidak mengetahui keberadaan mereka. Maka setelah membaca puisinya, Trisno Sumardjo berharap bahwa kita sebagai pembaca bisa mengetahui para pahlawan tanpa tanda jasa yang ada di sekitar kita atau yang berada di dalam kehidupan kita. Persamaan puisi Pesanku dan puisi Pesan Prajurit adalah sama-sama menceritakan tentang seorang pahlawan atau prajurit yang berhati mulia yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi membela negara ini dan ia tidak mengharapkan apa-apa dari pengorbanannya. Ia rela melakukan hal tersebut, karena itu merupakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Ia hanya menginginkan negaranya merdeka dan bebas dari penjajahan. Perbedaan antara puisi Pesanku dan puisi Pesan Prajurit adalah dari cara penceritaannya. Mulai dari cara kematian pahlawan serta suasana tempat penguburan pahlawan atau prajurit. Selain itu, kedua puisi ini memiliki persamaan maupun perbedaan dari struktur puisi seperti yang diuraikan pada pembahasan sebelumnya.