BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Pemahaman Matematis, Metode Pembelajaran Buzz. Group, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Kemampuan Komunikasi Matematis, Pembelajaran Matematika. Realistik, Pembelajaran Ekspositori, dan Sikap.

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan serta mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika, yang meliputi

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

KESESUAIAN BUKU TEKS KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA DENGAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII. Lulu Choirun Nisa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR LAMPIRAN... x. A. Latar Belakang Masalah...

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang tinggi untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembaharuan metode atau cara mengajar. Pembaharuan dalam metode atau cara

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar matematika, maka guru perlu tahu bagaimana sebenarnya jalan atau

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

I. PENDAHULUAN. waktu. Model-model pembelajaran konvensional kini mulai ditinggalkan

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB II KAJIAN TEORI A.

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mengadakan perbaikan ke jenjang yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB II KAJIAN TEORETIS

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB II KAJIAN TEORETIS

SMPIT AT TAQWA Beraqidah, Berakhlaq, Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Metode Pembelajaran Delikan, Kemampuan Komunikasi, Pembelajaran Konvensional, dan Sikap

BAB II KAJIAN TEORITIS. pengetahuan terlebih dahulu. Apabila seorang siswa dapat menjelaskan suatu

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Pembelajaran Biasa, Kemampuan Pemahaman Matematik, dan Sikap 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Penggunaan pembelajaran kooperatif yang berkembang saat ini sangat bervariasi tergantung pada subjek yang dihadapi, salah satu variasi pembelajaran kooperatif yang berkembang yaitu model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Kooperatif Jigsaw merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014, h. 255). Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Menurut Slavin (2014, h. 241) bahwa aktivitas-aktivitas Jigsaw meliputi hal sebagai berikut: Membaca, para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi; Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikan dalam kelompokkelompok ahli; Laporan Tim, para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya; Kuis, para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik; 9

10 Rekognisi Tim, Perhitungan skor kelompok dan menentukkan penghargaan kelompok. Menurut Trianto (2009, h. 73) langkah-langkah pembelajaran Jigsaw : a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang); b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa subbab; c. Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitu pun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati; d. Anggota dari kelompok lain telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelompokkelompok ahli untuk mendiskusikannya; e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya; f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswasiswa dikenai tagihan berupa kuis individu. Setelah kuis selesai maka dilakukan perhitungan skor kemajuan individu dan skor kelompok. Skor individu dalam setiap kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor kelompok terakhir. Slavin, (2014, h. 159) memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok seperti pada Tabel 2.1 berikut :

11 Untuk menentukan tingkat penghargaan pada kelompok, Slavin (2014, h. 160) mengemukakan seperti pada Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Tingkat Penghargaan Kelompok Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan 15 poin TIM BAIK 16 poin TIM SANGAT BAIK 17 poin TIM SUPER Sumber: Slavin (2014, h. 160) Ilustrasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut: A1 B1 C1 D1 A2 B2 C2 D2 A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2 A3 A4 B3 B4 C3 C4 D3 D4 A3 B3 C3 D3 A4 B4 C4 D4 Gambar 2. I lustrasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut Widaningsih (2012, h. 47) Kelebihan dan

12 kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: a. Kelebihan model belajar kooperatif tipe Jigsaw 1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan berlatih komunikasi; 2) Adanya interaksi sosial yang baik dalam kelompok; 3) Membuat siswa lebih aktif dan kreatif; 4) Dengan adanya penghargaan yang diberikan pada kelompok mencapai prestasi yang baik. b. Kelemahan model belajar kooperatif tipe Jigsaw 1) Diperlukan kesadaran siswa untuk memaksimalkan kinerjanya; 2) Memerlukan waktu yang cukup lama dan persiapan yang matang dalam pembuatan bahan ajar; 3) Membutuhkan biaya yangcukup besar. Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dikembangkan didalam pembelajaran matematika, karena dengan melakukan langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam pemahaman matematik untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuannya serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep dalam pembelajaran matematika. 2. Pembelajaran Biasa Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di kelas yang mengacu pada kurikulum 2006 (KTSP). Metode pembelajaran biasa atau disebut juga dengan metode pembelajaran ekspositori, karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat

13 komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar dan pembelajar. Menurut Gintings (2012, h. 43) Dalam metode ceramah guru menyampaikan materi secara oral atau lisan dan siswa atau pembelajar mendengarkan, mencatat, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan di evaluasi. Berdasarkan uraian dia atas pembelajaran biasa, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa. 3. Kemampuan Pemahaman Matematik Pemahaman matematik menurut Sumarmo (2014, h. 441) sebagai terjemahan dari istilah mathematical understanding. Dalam kamus Bahasa Indonesia pemahaman berasal dari kata paham diartikan mengerti benar. Seseorang dikatakan paham terhadap sesuatu jika orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskan hal yang dipahaminya. Purwanto (Aisyah, 2015, h. 29) mengatakan, pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya, dalam hal ini testee tidak hanya hafal dalam secara verbalistis tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Hal tersebut memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diberikan kepada siswa tidak hanya sebagai hapalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.

14 Menurut Walle (Fera, 2015, h. 17) Pemahaman dapat didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide dengan ide yang telah ada. Setiap siswa memiliki kemampuan pemahaman yang berbeda tergantung pada ide yang dimiliki dan perbuatan hubungan antara ide yang ada dengan ide baru. Sedangkan menurut Bloom (Suherman, 2003, h. 29) mengklasifikasi pemahaman pada jenjang kognitif urutan kedua setelah pengetahuan, jenjang kognitif tahap pemahaman ini mencakup hal hal berikut: a. Pemahaman konsep b. Pemahaman prinsip, aturan, dan generalisasi c. Pemahaman terhadap struktur matematika d. Kemampuan untuk membuat transformasi e. Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah sosial atau data matematika. Pemahaman akan sebuah konsep ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari memiliki peranan yang sangat penting. Siswa akan berkembang ke jenjang kognitif yang lebih tinggi, jika ia memiliki pemahaman yang baik. Jika pemahaman konsep dikuasai dengan baik maka siswa akan mampu menghubungkan atau mengaitkan sebuah konsep yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, konsep tersebut dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan dari mulai yang sederhana hingga ke permasalahan yang lebih kompleks.

15 Bloom (Ruseffendi, 2006, h. 21) mengemukakan tiga macam pemahaman yaitu: a. Pengubahan (translation) adalah mampu mengubah soal kata-kata ke dalam simbol dan sebaliknya. b. Pemberi arti (interpretation) adalah mampu mengartikan suatu kesamaan. c. Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation) adalah mampu memperkirakan suatu kecenderungan dari diagram. Sementara itu, Skemp (Fera, 2015, h. 19) membedakan pemahaman ke dalam tiga macam, yaitu: a. Pemahaman Instrumental adalah kemampuan seseorang menggunakan prosedur matematis untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa mengetahui mengapa prosedur itu digunakan. b. Pemahaman Relasional adalah kemampuan seseorang menggunakan prosedur matematis dengan penuh kesadaran bagaimana dan mengapa prosedur itu digunakan. c. Pemahaman Logis adalah kemampuan berkaitan erat dengan meyakinkan diri sendiri dan meyakinkan orang lain. Sumarmo, (2014, h. 442) mengemukakan Secara umum indikator pemahaman matematika meliputi : mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan idea matematika. Adapun indikator yang digunakan adalah indikator pemahaman menurut Kilpattick dan Findel (Fera, 2015, h. 19) mengemukakkan bahwa indikator pemahaman antara lain:

16 4. Sikap Siswa 1. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari. 2. Kemampuan menerapkan konsep dalam pemecahan masalah. 3. Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. 4. Kemampuan memberikan contoh dan counter example dari konsep yang telah dipelajari. 5. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk repretasi matematika 6. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika) 7. Kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. Faktor lain yang mempengaruhi belajar siswa adalah sikap. (Angriani, 2012, h. 26) menyatakan sikap merupakan suatu yang dipelajari, dan menentukan bagaimanna individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu kehidupan. Selain itu sikap merupakan pandangan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan yang objek tadi. Selanjutnya, Krek, Crutcfield dan Ballachey (Angriani, 2012, h. 27) menyatakan ada beberapa hal mengenai sikap, yaitu: 1. Sikap sesorang siswa dibentuk oleh informasi yang diperoleh atau hadapi. 2. Ketertarikan seseorang pada kelompoknya banyak menentukan posisis sikapnya. 3. Perubahan sikap terjadi melalui penyajian informasi tambahan,perubahan ketertarikan kelompok,pengetahuan dan prosedur perubahan kepribadian. 4. Arah dan tingkat perubahan sikap disebabkan oleh informasi tambahan meruapakan fungsi dari faktor-faktor lingkungan,sumber,media,bentuk da nisi informasi.

17 Siswa yang bersikap positif akan berusaha menyelesaikan masalah atau soal-soal matematika yang ada secara maksimal walaupun soal-soal tersebut tergolong sangat sulit dan siswa yang bersikap positif terhadap pembelajaran matematika akan berusaha menerapkan pengetahuannya dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari atau dapat berpikir kreatif dalam menghadapi segala hal. Berkaitan dengan hal tersebut, Ruseffendi (2006, h. 234) mendefinisikan sikap positif seorang siswa adalah dapat mengikuti pelajaran dengan bersungguh-sungguh,dapat menyelesaikan tugas yang diberisikan dengan baik,tuntas dan tepat waktu, berpartisipasi aktif dalam diskusi dan dapat merespon dengan baik tantangan yang diberikan. Jadi walaupun sikap didefinisikan oleh banyak perbedaan, namun ada kesamaan maksud dari pengertian di atas yaitu bahwa sikap sesorang terhadap suatu hal mewakili sikap seseorang tersebut. Dengan kreativitas dan sikap siswa aktif dalam belajar, akan meningkatkan keberhasilan prestasi belajar matematika. Dalam penelitian ini sikap merupakan sikap siswa terhadap pembelajaran yang diberikan yaitu pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Jigsaw. B. Kaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Kemampuan Pemahaman Matematik, dan Materi Segi Empat Bahan ajar adalah seperangkat materi atau substansi pembelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.

18 Bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan kebutuhan siswa dan karakteristik siswa sesuai kurikulum. Peran seorang guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya. Bahan ajar yang digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Pembelajaran berlangsung secara berkelompok dengan mengikuti langkahlangkah pada model pembelajaran Jigsaw setiap langkahnya guru membimbing siswa. Perluasan SK dan KD yang telah ditetapkan merupakan penjabaran materi. Berikut adalah SK yang telah ditetapkan oleh Permendiknas nomor 22 tahun 2006 untuk SMP Kelas VII: a. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. b. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. c. Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah. d. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. e. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya. f. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya. KD pada materi Segiempat yang telah ditetapkan oleh Permendiknas nomor 22 tahun 2006 untuk SMP Kelas VII: 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.

19 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang. 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 6.4 Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu. Peneliti menggunakan KD Nomor 6.2 dan 6.3 sebagai bahan pembelajaran. Pada KD 6.2 materi segiempat dihubungkan dengan indikator kemampuan pemahaman matematik yaitu mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan,dan kecukupan unsur yang diperlukan. Sedangkan pada KD 6.3 materi segiempat dikaitkan dengan indikator kemampuan pemahaman matematik yaitu merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal dan menggunakan matematika secara bermakna. Peneliti menggunakan strategi pembelajaran Jigsaw yaitu model pembelajaran yang bermakna dan menitik beratkan pada kelompok ahli sebagai sarana untuk memberikan permasalahan, permasalahan itu berbentuk materi. Adapun media bahan ajar menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Pembelajaran berlangsung secara berkelompok dengan mengikuti langkahlangkah pada model pembelajaran Jigsaw. Model pembelajaran Jigsaw merupakan alternatif yang digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematik. Hal ini selaras

20 dengan model pembelajaran Jigsaw yang dalam pembelajaran menggunaan materi, penelitian ini peneliti mengambil konsep materi segiempat. Konsep segiempat merupakan salah satu konsep dalam mata pelajaran matematika yang disajikan di SMP/MTs. Konsep segiempat dapat ditemukan dalam bendabenda di kehidupan sehari-hari. Pokok bahasan segiempat adalah salah satu pokok bahasan matematika yang dibahas pada kelas VII semester genap. Yang tersaji dalam beberapa kompentensi dasar dan beberapa subpokok bahasan. Sistem evaluasi pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes. Tes ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan pemahaman matematik siswa. Instrumen berupa tes uraian yaitu pretest dan posttes. Selain itu juga menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) untuk mengukur kemampuan pemahaman matematik siswa terhadap materi segi empat. C. Kerangka Pemikiran, Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Pemikiran Pada penelitian ini dilakukan tes sebanyak 2 kali, yaitu pretest dan postest. Sebelum penelitian ini dimulai, peneliti memberikan pretest (tes awal) kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian peneliti memberikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw kepada kelas eksperimen dan pembelajaran model biasa kepada kelas kontrol. Setelah diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw kepada kelas eksperimen, siswa diberikan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kemudian diberikan

21 postest (tes akhir) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kerangka pemikiran ini dituangkan dalam bentuk bagan yang terdapat pada Gambar 2.2 Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 2. Asumsi Asumsi merupakan titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima peneliti. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi kemampuan pemahaman matematik siswa SMP b. Pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman matematik siswa SMP

22 3. Hipotesis a. Kemampuan pemahaman matematik siswa SMP yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa. b. Siswa SMP bersikap positif terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.