BAB I PENDAHULUAN. dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Apalagi di zaman modern ini ketika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak. Dalam hal ini, guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan penting dalam perkembangan intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia nilai KKM siswa masih dibawah rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan tersebut masing-masing harus dimiliki oleh siswa untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terjalin komunikasi antar manusia. Disamping itu manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. tidak di berikan kesempatan untuk aktif karena proses pembelajaran bersifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Perkembangan tersebut pada satu sisi berdampak positif, tetapi di sisi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Jawa khususnya pada kemampuan berbicara bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

1. PENDAHULUAN. memiliki kemampuan berbahasa secara optimal akan sangat mudah untuk. mengakibatkan tujuan komunikasi tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan terus mengikuti perkembangan teknologi. Peserta didik saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mariah Ulfah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Satu sisi pendidikan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan memecahkan permasalahan yang. mengarah pada peningkatan hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB I PENDAHULUAN. orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1991: 3 dalam Sobariah, 2008: 2). Hal ini bisa disebabkan oleh kekeliruan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2006, hlm Yuwono, Paradigma Baru Pembelajaran keagamaan di Madarasah Ibtidaiyah, Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan primer manusia, sama seperti kebutuhan terhadap sandang, pangan, papan, air dan udara. Manusia sebagai mahluk sosial sangat membutuhkan komunikasi, tidak ada satupun manusia di dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Apalagi di zaman modern ini ketika orang-orang tidak lagi dapat hidup menyendiri. Komunikasi berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya kehidupan ini tanpa komunikasi. Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis merupakan kegiatan dalam komunikasi verbal. Kegiatan berbahasa yang pertama kali dilakukan manusia adalah kegiatan menyimak atau mendengar apa yang dituturkan orang lain melalui sarana lisan. Sebenarnya komunikasi tidak hanya menyangkut penyampai pesan dan medium yang digunakan, tetapi juga pada penerimaan pesan. Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi dan menambah ilmu pengetahuan. Orang bisa mendengarkan radio, menonton televisi, membuka internet dan media lainnya. Dengan sendirinya tidak hanya cukup melihat dan mendengar, melainkan ada kegiatan menyimak di dalamnya. Penonton atau audiens mengerti maksud dan tujuan dari sebuah informasi, bahkan tidak hanya informasi lebih tinggi lagi pada sesuatu hal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan.

2 Sumber pengetahuan manusia dominan diperoleh melalui menyimak, bahkan ada sebuah fakta yang menarik, seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (2008:78) sebagai berikut. Para pakar memperkirakan atau menaksir kira-kira 85% dari sesuatu yang diketahui insan manusia berasal dari menyimak, tetapi yang mereka ingat hanya kira-kira 20% dari yang mereka dengar itu. Dengan demikian, jelaslah betapa besarnya keuntungan yang diperoleh dari keterampilan itu dalam kehidupan manusia. Membaca pernyataan di atas, mungkin banyak orang tidak menyadari akan hal tersebut. Namun, kebanyakan orang dengan membaca dapat menambah ilmu pengetahuan. Mengingat betapa menyimak mengandung manfaat yang besar, maka sejak dini anak harus dibiasakan dengan kegiatan menyimak. Oleh karena, kegiatan menyimak ini sering diabaikan, sehingga banyak anak-anak yang mengalami kesulitan menyimak, apalagi tidak ada sesuatu hal yang menarik atau sesuai dengan keinginannya. Fakta menunjukkan saat peneliti melaksanakan studi pendahuluan di SDN Paseh 2 sebagian besar siswa terlihat jenuh, membuat kegaduhan, sehingga pembelajaran menjadi tidak efektif. Pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di SDN Paseh II, ketika guru menerangkan tentang pelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar, ada 80% siswa tidak dapat menyimak dengan baik, sementara 20% sudah dapat menyimak. Kejadian tersebut mungkin dikarenakan faktor guru dalam menggunakan model mengajar yang seadanya tanpa media atau alat peraga yang menarik perhatian atau merangsang minat anak untuk belajar. Permasalahan tersebut tidak

3 boleh dibiarkan karena sangat berbahaya terhadap masa belajar anak-anak ke depan, jika hal itu dibiarkan, daya serap ilmu pengetahuan akan sangat terbatas sekali, yang sudah barang tentu mempengaruhi kecerdasan siswa ke depan. Masalah tersebut harus segera dicarikan jalan keluarnya. Penggunaan media dalam pembelajaran akan sangat membantu mengarahkan perhatian siswa. Salah satunya adalah penggunaan media Film, yang jarang dilakukan oleh para guru. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan banyak berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, salah satunya adalah menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan analitis. Model pembelajaran inkuiri salah satunya dapat dijadikan pilihan untuk melatih dan membiasakan siswa berpikir kritis, model pembelajaran ini sangat tepat untuk mempersiapkan siswa untuk mengahadapi tantangan dimasa yang akan datang yang selalu berubah, dan diperlukan kemampuan berpikir tinggi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi. Film animasi sangat disukai oleh anak-anak, karena gerakannya, ceritanya, sampai pada pelakunya. Beberapa film animasi yang ada di televisi disukai anakanak dan begitu ramai dibicarakan. Dengan lancarnya mereka dapat menceritakan isi ceritanya, sampai mereka mengidolakan tokoh ceritanya, bahkan dapat menyebutkan karakter dari setiap tokoh. Dengan demikian, media film memungkinkan dijadikan alternatif media pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan menyimak.

4 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik membuat penelitian tindakan kelas yang berjudul Penggunaan Model Inkuiri dengan Media Film dalam Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerita Rakyat untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Siswa Kelas V SDN Paseh 2 Kabupaten Sumedang Tahun Ajaran 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa identifikasi masalah sebagai berikut. 1. Siswa pada saat ini banyak yang mengalami kesulitan dalam menyimak isi pembelajaran. 2. Konsentrasi siswa cepat terganggu akibat tidak adanya media pembelajaran. 3. Guru dalam menggunakan model pembelajaran monoton, tanpa media/alat peraga. 4. Model yang digunakan tidak variatif, membuat siswa sulit konsentrasi. 5. Media pembelajaran terbatas sekali, sehingga pembelajaran tidak efektif. Setelah menyusun identifikasi masalah, penulis mengharapkan masalah yang ada semakin jelas sehingga langkah-langkah dalam penyelesaiannya lebih terarah dan jelas permasalahan yang harus diselesaikan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

5 1. Bagaimanakah kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Paseh 2 sebelum menggunakan media film dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat? 2. Bagaimanakah langkah-langkah mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat dengan menggunakan media film untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Paseh 2? 3. Bagaimanakah kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Paseh 2 setelah menggunakan media film dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat? Penulis menyusun masalah yang akan diteliti sebagaimana telah diutarakan di atas supaya penelitian yang dilaksanakan lebih jelas dan terarah dalam penyelesaiannya. D. Tujuan Penelitian Tujuan secara umum dari penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan media film untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat di SDN Paseh 2 Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. mendeskripsikan kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Paseh 2 sebelum menggunakan media film dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat;

6 2. mendeskripsikan langkah-langkah mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat dengan menggunakan media film untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Paseh 2; 3. mendeskripsikan kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Paseh 2 setelah menggunakan media film dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang Penggunaan Model Inkuiri dengan Media Film dalam Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerita Rakyat untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Siswa Kelas V SDN Paseh 2 Kabupaten Sumedang Tahun Ajaran 2015/2016. E. Manfaat Penelitian Secara teoretis manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para ilmuan, peneliti dan pendidik tentang Penggunaan Model Inkuiri dengan Media Film dalam Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerita Rakyat untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Siswa Kelas V SDN Paseh 2 Kabupaten Sumedang Tahun Ajaran 2015/2016, sebagai berikut. 1. Manfaat teoretis Secara teoretis manfaat penelitian ini adalah menambah wawasan keilmuan tentang penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan menyimak sehingga meningkat pula hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN Paseh 2 Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang.

7 a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai konstribusi dalam memberdayaguna siswa dalam bidang bahasa khususnya menyimak melalui penggunaan media film. b. Hasil penelitian dapat dijadikan suatu cara dan strategi dalam proses menyimak melalui film. 2. Manfaat Praktis Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi beberapa pihak, sebagai berikut. a. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi kepala sekolah SDN Paseh II untuk dijadikan pertimbangan kontekstual operasional dalam kegiatan menyimak. b. Hasil penelitian dapat dijadikan media bagi guru SDN Paseh II dalam upaya meningkatkan kemampuan menyimak siswa. c. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan alternatif untuk perbaikan pembelajaran Bahasa Indionesia atau dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lainnya. F. Kerangka Berpikir Penggunaan Model Inkuiri dengan Media Film dalam Pembelajaran Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerita Rakyat diharapkan dapat Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas V SDN Paseh 2 Kabupaten Sumedang

8 Tahun Ajaran 2015/2016, karena proses pembelajaran yang dilaksankan oleh guru di kelas V SDN Paseh 2 masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional yaitu hanya ceramah, tanyajawab, dan mencatat saja. Begitupun dengan media yang digunakan, guru hanya menggunakan papan tulis sebagai media dalam menyampaikan materi di kelas, tidak ada inovasi dan kreasi dari guru untuk menggunakan media yang menarik dalam pembelajaran di kelas. Dengan pembelajaran yang seperti itu, siswa merasa jenuh dan kurang terpacu motivasinya saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa, seorang guru membutuhkan model dan media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas agar siswa tidak merasa jenuh dan lebih termotivasi saat proses pembelajaran di kelas berlangsung. Model pembelajaran yang baik dan media yang menarik dapat membuat kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik dan ideal, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik pula. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan materi, kondisi siswa, kemampuan siswa, dan kondisi kelas tempat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pemilihan model pembelajaran inkuiri dan media film dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat diharapkan dapat membuat siswa menjadi tertarik, lebih termotivasi, dan dapat memahami materi yang diajarkan dengan baik serta siswa dapat terlibat aktif. Peneliti mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian, sebagai berikut:

9 KERANGKA PEMIKIRAN PERMASALAHAN Siswa: Konsentrasi siswa terganggu karena tidak adanya media pembelajaran. Guru: Model dan media yang digunakan tidak variatif, sehingga membuat siswa sulit konsentrasi dan guru masih menggunakan model pembelajaran monoton Proses: Saat proses belajar mengajar dilaksanakan terjadi hal-hal yang tidak diperkirakan dan itu sangatlah dapat memungkinkan mengganggu proses belajar mengajar, seperti pada saat kelas kotor. Model Inkuiri Media Film Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang dimiliki siswa, termasuk pengembangan emosional dan spiritual siswa. Inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan. Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas dan juga proses pendidikan di sekolah. Terjadi peningkatan kemampuan mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalam cerita, setelah siswa memperoleh pembelajaran dengan model inkuiri dengan menggunakan media film. Gambar 1.1

10 Pada kondisi awal guru yang tidak menerapkan model pembelajaran inkuiri tetap lebih banyak menggunakan metode konvensional sehingga aktivitas siswa rendah dan pada hasil belajar pun belum mencapai KKM. Maka dengan dilaksanakan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan media film sebagai penunjang dilaksanakannya pembelajaran yang lebih menarik diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak pelajaran. Namun, jika pada siklus 1 masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM 65% maka akan dilakukan perbaikan pada siklus II dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyimak, serta hasil belajar siswa. G. Asumsi Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian sebagaimana diutarakan di atas, maka diyakini bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk mencari atau memahami informasi. Seperti yang diasumsikan oleh pakar ahli salah satunya ialah: 1. Suryosubroto (1993:193), menyatakan discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. 2. Gulo (Trianto, 2007:137) menyatakan inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk

11 pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan. H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pemikiran dan asumsi sebagaimana telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Jika pembelajaran mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media film maka, kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Paseh 2 akan meningkat. I. Definisi Operasional Untuk mempermudah dan menghindari salah tafsir terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan definisi dalam judul penelitian sebagai berikut. 1. Media film adalah film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan, atau penyuluhan 2. Kemampuan menyimak adalah kemampuan dalam menerima atau menangkap informasi, mengidentifikasi, mereaksi atas makna yang terkandung dengan penuh perhatian kepada sang pembicara. 3. Model inkuiri adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk menemukan dan untuk melatih siswa supaya berpikir kritis dan analitis.

12 Bedasarkan pengertian di atas, arti dari judul skripsi yang berjudul Penggunaan Model Inkuiri dengan Media Film dalam Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerita Rakyat untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Siswa Kelas V SDN Paseh 2 Kabupaten Sumedang Tahun Ajaran 2015/2016 adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan media film dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada kelas V SDN Paseh 2 Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang tahun ajaran 2015/2016.