BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

51. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEJARAH SMA/MA

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

KELUARNYA NEW ZEALAND SEBAGAI KEANGGOTAAN ANZUS 1985

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan teknik studi literatur untuk pengumpulan data. Sedangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

BAB III METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

SMP Kelas 3 Semester 1 BAB II. Pertemuan ke 2

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berjudul Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis pada Masa Pemerintahan Louis XV

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di bawah pemerintahan dan perlindungan Inggris. Sebagai negara induk dari New Zealand, sudah pasti setiap langkah yang diambil oleh pemerintahan New Zealand haruslah berdasarkan persetujuan dari Inggris. Hal tersebut mulai berubah ketika peperangan sudah menghantui wilayah Eropa dan Asia, yang membuat rasa kekhawatiran dari kedua negara persemakmuran Inggris yaitu New Zealand dan Australia di mana perlindungan dari Inggris dianggap sudah tidak lagi memuaskan (Kroef, 1973: 12). Setelah PD II berakhir New Zealand dihadapkan pada permasalahan menentukan arah politik luar negeri yang berhubungan dengan pertahanan dan keamanan negaranya. Hal tersebut tidak terlepas dari dampak PD II itu sendiri. Melalui PD II menyadarkan bahwa New Zealand tidak selamanya berada di bawah perlindungan Inggris. Di akhir-akhir PD II Inggris tidak mampu memberikan perlindungan terhadap New Zealand dari agresi Jepang ke wilayah Asia Pasifik. Inggris lebih berfokus terhadap perang di wilayah Eropa. Sebaliknya perlindungan dari ancaman tentara Jepang didapatkan dari Amerika Serikat. Perlindungan yang diberikan oleh Amerika Serikat tersebut pada akhirnya memberikan pengaruh kuat terhadap New Zealand maupun Australia untuk menata arah politik luar negerinya setelah PD II. Pengaruh tersebut diungkapkan oleh Siboro (1996: 179); Dalam perang tersebut, secara langsung Australia mengalami bahwa hanya dengan bantuan angkatan laut dan angkatan udara Amerika Serikat, Australia bisa terhindar dari serbuan Jepang. Pengalamannya ini tentu akan mempunyai dampak tersendiri tehadap pandangan (out look) Australia sebagai negara yang berada di Pasifik.

2 Menyadari bahwa letak wilayah negaranya yang jauh dengan Inggris dan ketakutan akan ancaman serangan Jepang yang bisa saja timbul kembali, New Zealand memiliki inisiatif untuk menjalin hubungan kerjasama pertahanan dengan Australia yang sama-sama menjadi negara persemakmuran dari Inggris. Usaha tersebut terealisasikan dengan terbentuknya persetujuan New Zealand-Australia pada tahun 1944. Perjanjian ini adalah akibat dari kekhawatiran yang dirasakan oleh kedua negara tersebut, bahwa negara-negara sekutu yang utama telah mempersiapkan peta dunia baru (membagi-bagi dunia) sesudah PD II selesai tanpa terlebih dahulu merundingkannya dengan negara-negara sahabat mereka yang lain (Kroef, 1973: 13). Keterkaitan New Zealand terhadap Australia pada akhirnya menjadi hubungan yang begitu erat. Di mana Australia melakukan suatu hubungan dengan negara lain maupun usaha-usaha pengiriman bantuan militer, New Zealand pun selalu ikut serta. Mengingat bahwa letak wilayah New Zealand dan Australia saling berdekatan mereka pun menjalin hubungan bertetangga yang baik. Hal ini sesuai dengan politik luar negeri New Zealand dan Australia yang menerapkan kebijakan pertahanan dan keamanan di kawasan yang sama. Selain itu, dalam upaya menjaga keamanan negara dan ancaman penyebaran Komunis maka New Zealand dan Australia pun menerapkan kebijakan pertahanan kedepan (Forward Defence). Pertahanan New Zealand dan Australia harus dibentuk sejauh mungkin dari daratan negara tersebut. Keikutsertaan dan kedekatannya bersama Australia, membawa New Zealand ikut bergabung kedalam beberapa aliansi yang dibentuknya bersama seperti SEATO (Southeast Asia Treaty Organization), ANZUS, Colombo plan dan lain-lain. Di sisi lain dengan keikutsertaanya dalam berbagai aliansi tersebut tidak berarti ada keuntungan atau kerugiannya. Ketertarikan peneliti dalam hal ini terletak dalam pembentukan ANZUS. Ketertarikan peneliti berawal dari tulisan Darmawan (2012, 9) mengenai reaksi Inggris yang tidak setuju dengan adanya pembentukan ANZUS karena dikhawatirkan akan mengganggu hubungannya dengan New Zealand. Hal tersebut memberikan pertanyaan awal kepada peneliti

3 mengapa New Zealand bergabung dengan Pakta ANZUS? Apabila dilihat dalam beberapa dekade waktu selama ini, Inggris merupakan pelindung bagi New Zealand. Apa kepentingan New Zealand bergabung dengan Pakta ANZUS tersebut. Sebagai gambaran awal, peneliti menganalisis pengertian ANZUS itu sendiri. Pakta ANZUS merupakan sebuah perjanjian yang menjamin keamanan, perlindungan, pertahanan dari negara-negara Komunis yang penyebarannya semakin meluas. Pakta ini menetapkan, jika salah satu negara peserta ANZUS mendapatkan serangan maka hal tersebut dianggap sebagai hal yang membahayakan semua negara peserta dan hal tersebut membutuhkan tindakantindakan yang sesuai dengan proses konstitusionil dari setiap negara (Kroef, 1973: 16). Pakta ANZUS ini beranggotakan tiga negara yaitu Australia, New Zealand dan Amerika Serikat yang dibentuk pada tahun 1951 di San Fransisco (Vaughn, 2012: 2). Bergabungnya New Zealand di dalam Pakta ANZUS bertolak belakang dengan usahanya untuk bertetangga yang baik dengan kawasan di sekitar wilayahnya. Mengingat setelah PD I berakhir, negara-negara Asia yang telah memperoleh kemerdekaanya mulai diperhatikan oleh New Zealand. Maka Setelah PD II berakhir pun New Zealand mulai berusaha menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara Asia bersama Australia. Salah satu usahanya adalah pembentukan Colombo Plan. Colombo Plan merupakan organisasi yang berfungsi untuk membantu negara-negara yang sedang berkembang di Asia Selatan maupun di Asia Tenggara terutama dalam hal peningkatan ekonomi dan pengembangan teknik (Siboro, 1996: 181). Selain bertolak belakang dengan usahanya untuk bertetangga yang baik, bergabungnya New Zealand dalam ANZUS memberikan gambaran bahwa New Zealand memihak ke dalam salah satu Blok dalam permasalahan Perang Dingin. Dengan memihak dalam salah satu Blok, New Zealand akan rentan berselisih dengan negara-negara Blok Timur dalam artian yang berada dekat dengan New Zealand seperti Republik Rakyat Cina (RRC) dan Uni Soviet di Asia Tenggara.

4 Hal tersebut bertolak belakang dengan keikutsertaaan New Zealand di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagai wahana untuk memajukan perdamaian. Maka alasan New Zealand ikut bergabung ke dalam ANZUS menarik untuk di analisis lebih mendalam. Selain itu, peneliti pun tertarik dengan usaha-usaha yang dilakukan New Zealand dalam ANZUS. Di mana kedudukan New Zealand dalam pakta tersebut tidak bisa dianggap remeh. Hal ini terlihat dari keikutsertaan New Zealand dalam Perang Vietnam dan Perang Korea. New Zealand walaupun negara yang letaknya terpencil tetapi memiliki kontribusi yang cukup besar dalam kancah perpolitikan dunia. Kontribusinya dalam Pakta ANZUS tidaklah berjalan mulus, hal ini terlihat dari keputusan New Zealand untuk keluar dalam pakta tersebut pada tahun. Adanya perbedaan pandangan pada diri anggota-anggota ANZUS khususnya perbedaan pandangan antara New Zealand dengan Amerika Serikat mengenai kebijakkan yang diterapkan oleh pemerintahan New Zealand yang anti nuklir. Kebijakan tersebut menerapkan aturan setiap kapal-kapal yang membawa senjata khususnya nuklir tidak di izinkan masuk ke dalam wilayah New Zealand tanpa seizin dari pemerintahan New Zealand (Suryanti, 2012: 6). Hal tersebut merupakan kebijakan pemerintahan David Lange yang berasal dari Partai Buruh yang sudah berjanji kepada rakyatnya untuk menerapkan zona anti nuklir di kawasan New Zealand. Perbedaan pandangan antara New Zealand dengan Amerika Serikat memberikan pertanyaan kepada Peneliti, mengapa New Zealand tidak mengizinkan kapal perang Amerika Serikat bersandar di New Zealand? Padahal jika dilihat dengan penempatan kapal perang tersebut berguna untuk pertahanan dan keamanan New Zealand itu sendiri sesuai dengan tujuan Pakta ANZUS yang mereka naungi. Ataukah kebijakan tersebut merupakan upaya penempatan janji dari Perdana Menteri David Lange yang terpilih pada tahun 1984?. Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, peneliti tertarik dengan peranan New Zealand dalam Pakta ANZUS di mana posisinya dalam pakta tersebut mengalami pasang surut, yang pada akhirnya membuat New Zealand

5 mengambil keputusan untuk keluar dari pakta tersebut. Untuk pengambilan periode waktu yang membatasi dari tahun 1951 adalah pada tahun 1951 merupakan langkah awal pembentukan Pakta ANZUS itu sendiri. Di mana New Zealand dan Australia sebagai negara persemakmuran Inggris sudah tidak bergantung lagi pada induknya yaitu Inggris dan mulai ditinggalkan secara perlahan. Sedangkan periode tahun merupakan akhir kerjasama yang dilakukan oleh New Zealand dalam Pakta ANZUS di mana dalam perkembangan pakta tersebut terjadi adanya perbedaan pandangan antar anggotanya terlebih antara New Zealand dengan Amerika Serikat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian penulis. Adapun rumusan masalah yang akan menjadi fokus utama penulisan adalah: Bagaimana Peran New Zealand Dalam Pakta ANZUS Tahun 1951-. Untuk lebih mempermudah dan mengarahkan dalam pembahasan, maka rumusan masalah di atas harus dibatasi dengan batasan-batasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah tersebut dituangkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang bergabungnya New Zealand dalam Pakta ANZUS? 2. Bagaimana keterlibatan New Zealand dalam kegiatan Pakta ANZUS? 3. Bagaimana dampak bergabungnya New Zealand dalam Pakta ANZUS terhadap perkembangan Pakta ANZUS itu sendiri? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan New Zealand dalam Pakta ANZUS tahun 1951-. Selain itu penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis latar belakang bergabungnya New Zealand dalam Pakta ANZUS.

6 2. Mendeskripsikan keterlibatan New Zealand dalam kegiatan Pakta ANZUS. 3. Mendeskripsikan dampak bergabungnya New Zealand dalam Pakta ANZUS terhadap Pakta ANZUS itu sendiri. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini secara umum diharapkan memberikan gambaran dari tujuan, Bagaimana Peran New Zealand Dalam Pakta ANZUS Tahun 1951-. Adapun secara khusus penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak di antaranya: 1. Bagi peneliti, tulisan ini diharapkan menjadi salah satu bentuk pengalaman baik bagi peneliti dalam menempuh gelar sarjana S1. Selain itu, peneliti pun berharap dengan adanya tulisan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan, pemikiran dan perbandingan dalam penelitian sejarah lainnya yang berkaitan dengan kajian tentang sejarah New Zealand dalam Pakta ANZUS. 2. Bagi Departemen Pendidikan Sejarah, tulisan ini diharapkan mampu untuk memperkaya penelitian sejarah yang berkaitan dengan sejarah New Zealand. 3. Bagi para mahasiswa, tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber tambahan dalam memperluas wawasan mengenai sejarah New Zealand. 4. Sebagai tambahan materi pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII program IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Penelitian ini dapat menunjang pembahasan tentang materi perkembangan sejarah dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutakhir yang terdapat dalam Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu perkembangan sejarah dunia dan posisi Indonesia di tengah perubahan politik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin. Dikarenakan materi ini kelas XII kurikulum yang dikembangkannya masih KTSP belum berlaku Kurikulum 2013. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi

7 Hasil yang diperoleh melalui telaah pustaka dikumpulkan kemudian disusun kedalam sebuah sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I, Pendahuluan. Bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang di dalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting untuk dikaji, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. Bab II, Kajian Pustaka dan Landasan Teoretis. Bab ini berisi tentang berbagai landasan teoritis dan informasi sejarah bersumber pada literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji yaitu mengenai Peran New Zealand Dalam Pakta ANZUS Tahun 1951-. Bab III, Metodologi Penelitian. Dalam bab ini diuraikan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mencari sumber-sumber dan cara pengolahan sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji. Bab IV, Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS Tahun 1951-, merupakan pembahasan dari penelitian yang dilakukan dan menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah dan pembatasan masalah. Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana latar belakang bergabungnya New Zealand dalam Pakta ANZUS, bentuk keterlibatan New Zealand dalam kegiatan Pakta ANZUS dan dampak bergabungnya New Zealand dalam Pakta ANZUS terhadap perkembangan Pakta ANZUS. Bab V, Simpulan dan Saran. Pada bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan deskripsi dan beberapa saran yang bermanfaat bagi beberap pihak yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan masalah yang dibahas.

8 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Menurut Ismaun (2005: 34) langkah-langkah dalam melakukan penelitian sejarah adalah sebagai berikut: a. Heuristik Heuristik adalah pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan setelah eksplorasi literatur. Heuristik dalam bahasa Jerman disebut dengan Quellenkunde yaitu pengetahuan tentang sumber-sumber sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung memberi pengetahuan mengenai peristiwaperistiwa yang pernah terjadi dalam masyarakat manusia pada masa lampau (Ismaun, 2005: 41). Sumber sejarah terbagi menjadi dua yaitu sumber tertulis dan sumber tidak tertulis. Sumber tertulis misalnya seperti sumber dokumenter, sumber korporal (berwujud benda) sedangkan sumber tidak tertulis misalnya sumber lisan. b. Kritik Kritik adalah suatu proses untuk menilai sumber-sumber sejarah. Kritik dalam hal ini terbagi menjadi dua macam yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal atau kritik luar yaitu menilai otentisitas sumber sejarah. Dalam kritik ekstern dipersoalkan bahan dan bentuk sumber, umur dan asal dokumen, kapan dibuatnya, oleh siapa dibuatnya, dari instansi mana, atas nama siapa dan apakah sumber itu asli atau salinan dan masih utuh atau sudah berubah. Sedangkan kritik internal adalah kritik dalam untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatnya,

9 tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan dengan kesaksian-kesaksian yang ada pada sumber lain agar mendapatkan sumber yang dapat dipercaya. c. Interpretasi Setelah melakukan heuristik dan kritik (baik kritik eksternal maupun kritik internal) tahap selanjutnya adalah interpretasi. Interpretasi merupakan kegiatan menuliskan sumber-sumber yang sudah diperoleh dan berusaha membayangkan bagaimana gambaran pada masa lampau. d. Historiografi Historiografi merupakan menyusun fakta-fakta sejarah yang kemudian menyimpulkan dan merumuskan dari data yang di dapat dari penelitian terhadap evidensi-evidensi di dalam sumber sejarah. Historiografi adalah proses penyusunan dari hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. DAFTAR PUSTAKA Daftar Buku: Kroef, J.M.V.D. (1973). Masalah Politik Dan Keamanan Australia. Jakarta: Yayasan Paritrana. (12) Siboro, J. (1996). Sejarah Australia. Bandung: Tarsito. (179) Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. (14) Daftar Internet: Darmawan, W. (2012). Aliansi Australia dalam ANZUS Treaty (1951). [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend._sejarah/19710101199 9031-WAWAN_DARMAWAN/ANZUS.pdf. [15 Juli 2014]. (9) Vaughn, B. (2012). Australia: Background and U.S. Relations. [Online]. Tersedia: http://fas.org/sgp/crs/row/rl33010.pdf. [15 Juli 2014]. (2)

10 Jurnal: Suryanti, M.S.D. (2012). Keluarnya New Zealand Sebagai Keanggotaan ANZUS dalam Jurnal Hubungan Internasional Universitas Udayana. [Online]. Vol 1 (1), hlm 1-14 Tersedia: http://ojs.unud.ac.id/index.php/hi/article/view/7859/5932. [15 Juli 2014]. (6)