28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Enam kecamatan tersebut diantaranya Tengah, Timur, Barat, Utara, Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). Gambar 13 Peta Administrasi (Sumber: Diolah dari Data Bappeda Kota 2010)
29 Secara administratif, Kota berbatasan langsung dengan Kabupaten. Bata-batas administratif Kota, yaitu: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas Kabupaten 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten. 4.2 Iklim Kota memiliki suhu rata-rata 26 C, dengan suhu tertinggi 34,4 C dan suhu terendah 21,8 C, serta kelembaban udara rata-rata 70%. Curah hujan rata-rata di Kota berkisar antara 3500-4000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar 250 335 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Oktober sekitar 346 mm. Arah angin di Bulan Desember sampai Januari ini dipengaruhi oleh angin muson. Sementara Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi oleh angin Muson Barat dengan arah angin 6% terhadap arah barat. 4.3 Topografi Rata-rata ketinggian Kota minimum berkisar antara 150-200 meter di atas permukaan laut dan ketinggian maksimum 450-500 meter di atas permukaan laut (M dpl), dapat dilihat pada Tabel 4. Kemiringan lahan di Kota berkisar antara 0-15 % dan sebagian kecil daerah di Kota memiliki kemiringan antara 15-30 %, dapat dilihat pada Tabel 5. Kota termasuk wilayah yang memiliki ciri permukaan yang bergelombang. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah lembah, bukit, dan sungai yang membentang luas yang menjadi ciri khas batas wilayah Kota.
30 Tabel 4 Luas Kecamatan di Kota Berdasarkan Ketinggian No Ketinggian (M dpl) Utara Timur Selatan Luas (Ha) Tengah Barat Tanah Sareal Kota 1 0-200 869,18 0 0 0 1.639,80 1.519,13 4028,1 2 201-250 853,68 46 24 317,33 1.318,96 364,84 2924,8 3 251-300 49,14 348 480 491,27 326,24 0 1694,7 4 >300 0 621 2.577 4,40 0,00 0 3202,4 Jumlah 1772 1015 3081 813 3285 1884 11850 Sumber : Kota Dalam Angka 2005 Wilayah Kecamatan Tengah didominasi oleh ketinggian antara 201-250 meter di atas permukaan laut dan 251-300 meter di atas permukaan laut, yaitu luasnya sekitar 317,33 Ha dan 491,27 Ha. Selain dua kategori ketinggian tersebut, Tengah juga terdapat range ketinggian >300 meter di atas permukaan laut, namun luasnya hanya 4,4 Ha saja. Tabel 5 Luas Kecamatan di Kota Berdasarkan Kemiringan No Kemiringan Lereng Utara Timur Selatan Luas (Ha) Tengah Barat Tanah Sareal Kota 1 Datar 137,85 182,3 169,1 125,44 618,40 530,85 1763,9 2 Landai 1.565,65 722,7 1.418,40 560,47 2.502,14 1.321,91 8091,3 3 Agak Curam 0 56 1.053,89 0 0,00 0 1109,9 4 Curam 68 44 350,37 117,54 153,81 31,24 765,0 5 Sangat Curam 0,5 10 89,24 9,55 10,65 0 119,9 Jumlah 1771,5 1015 3081 813 3.285,00 1884 11850,0 Sumber : Data Pokok Pembangunan Kota 2004 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa Kota didominasi oleh kemiringan lahan yang landai (2-15 %) sebesar 8.091,27 Ha, yaitu sekitar 68,28% luas Kota. Sedangkan kemiringan sangat curam yang luasnya paling kecil yaitu 119,94 Ha atau sekitar 1,01% dari luas wilayah Kota. Wilayah Tengah, sebagai lokasi keberadaan Kebun Raya memiliki kemiringan lahan yang beragam, yaitu datar, landai, curam, dan sangat curam. Namun wilayah ini didominasi oleh kemiringan lereng yang landai, yaitu sebesar 560,47 Ha dari luas wilayah Tengah yaitu 813 Ha. Berikut kemiringan lahan di kawasan sekitar Kebun Raya dapat dilihat pada Gambar 14.
31 Gambar 14 Kemiringan Lahan di Sekitar Kebun Raya
32 4.4 Geologi Struktur geologi yang ada di Kota adalah aliran andesit seluas 2.719,61 Ha, kipas aluvial seluas 3.249,98 Ha, endapan seluas 1.372,68 Ha, tufa seluas 3.395,17 Ha, dan lanau breksi tufan dan capili seluas 1.112,56 Ha. Gambar 15 Geologi Batuan di Sekitar Kebun Raya
33 Secara umum, Kota ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil pelapukan endapan, yang tentunya baik untuk vegetasi. Wilayah Kebun Raya itu sendiri didominasi oleh batuan gunung api Pangrango, sedangkan wilayah sekitarnya merupakan jenis batuan gunung api Salak dan kipas aluvium (Gambar 15). 4.5 Sistem Sirkulasi dan Transportasi Sistem sirkulasi yang terdapat di Kota berupa Jalan dan rel kereta, dimana sistem transportasi yang digunakan di Kota adalah kendaraan bermotor, kereta api listrik, kendaraan tradisonal (becak dan delman), dan pejalan kaki. Jalan-jalan yang terdapat di Kota berupa jalan tol, jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, jalan lokal primer, jalan lokal,dan trotoar. Pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa jalan utama yang terdapat di Kota mengarah pada Kebun Raya. Jalan-jalan utama yang mengelilingi Kebun Raya, yaitu Jl. Ir. H. Juanda, Jl. Jalak Harupat, Jl. Otto Iskandardinata dan Jl. Pajajaran. Adapula percabangan jalan yang mengarah pada KRB, diantaranya Jl. Kapten Muslihat, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Pajajaran, Jl. Suryakencana, dan Empang. Adapula rel kereta yang menjadi jalur kereta listrik yang berstasiun utama di Stasiun, Jalan Kapten Muslihat. Jalur rel kereta listrik ini terbentang dari Kelurahan Sukaresmi, Tanah Sareal hingga Kel. Rancamaya, Selatan. Jalur kereta ini sudah ada sejak masa pemerintahan Belanda di Kota.
34 Gambar 16 Sistem Transportasi di Sekitar Kebun Raya
35 4.6 Hidrologi Menurut sumbernya, sumber air bagi Kota diperoleh dari sungai, air tanah, dan mata air. Banyak sungai yang mengalir melewati wilayah Kota. Sungai-sungai yang mengaliri wilayah Kota dengan permukaan air yang berada jauh di bawah permukaan daratan, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok. Oleh karena kondisi tersebut, Kota terbilang menjadi relatif aman dari bahaya banjir. Diantara sungai-sungai tersebut, terdapat dua sungai bear yang memiliki tujuh anak sungai, yang keseluruhan anak-anak sungai itu membentuk pola aliran paralel-subparalel sehingga mempercepat waktu mencapai debit puncak (time to peak) pada 2 sungai besar tersebut. Dua sungai besar tersebut yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Kedua sungai ini dimanfaatkan oleh masyarakat yang hidup di dekat sungai dan dimanfaatkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai sumber air baku. Sungai-sungai yang berdekatan dengan Kebun Raya dan menjadi pertimbangan dalam menentukan batas wilayah yang berpotensi menjadi zona penyangga, yaitu Sungai Cisadane, Sungai Cipakancilan, Sungai Cibalok, Sungai Ciliwung, dan Sungai Ciparigi. Sungai-sungai tersebut sebagian besar merupakan elemen yang menjadi bukti sejarah perjalanan perkembangan Kota dari masa ke masa. Sungai Cipakancilan sebagai suatu bagian dari sejarah peradaban Kerajaan Pajajaran, sedangkan Sungai Ciliwung dan Cisadane sebagai batas Kota pada masa penjajahan bangsa Eropa (Gambar 17).
36 Gambar 17 Peta Aliran Sungai di Sekitar Kebun Raya
37 4.7 Sosial-Ekonomi Masyarakat Penduduk yang tinggal di Kota sebagian besar merupakan pendatang dari bebrbagai daerah yang secara turun-temurun tinggal di Kota. Oleh karena itu, penduduk di Kota menjadi masyarakat yang heterogen. Berikut jumlah penduduk Kota di setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah Penduduk Kota No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio 1 Selatan 93.203 87.542 180.745 1,06 2 Timur 47.984 46.588 94.572 1,03 3 Utara 86.915 83.405 170.320 1,04 4 Tengah 52.206 49.997 102.203 1,04 5 Barat 107.072 103.378 210.450 1,04 6 Tanah Sareal 97.268 93.508 190.776 1,04 Kota 484.648 464.418 949.066 1,04 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kota sebanyak 949.066 jiwa. Jumlah penduduk paling banyak berada di Kecamatan Barat, yaitu sebesar 210.450 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Timur, yaitu sebesar 94.572 jiwa. Kepadatan penduduk di sekitar Kebun Raya cukup beragam. Bila melihat Gambar 18, kepadatan penduduk di sekitar Kebun Raya didominasi oleh kepadatan rendah, padat, dan sangat padat. Kepadatan rendah terdapat di Kecamatan Paledang, Pabaton, dan Babakan. Kecamatan Cibogor dan Sempur memiliki Kepadatan penduduk yang padat, sedangkan kepadatan penduduk sangat tinggi terdapat di Kecamatan Kebon Kelapa, Panaragan, Empang, Bondongan, Gudang, Babakan Pasar, dan Tegalega.
38 Gambar 18 Kepadatan Penduduk di Sekitar Kebun Raya
39 Masyarakat Kota berbeda dengan masyarakat di Jakarta, karena kekerabatannya masih tinggi walaupun masyarakatnya berasal dari berbagai suku bangsa dan golongan etnis yang berbeda (heterogen). Karakteristik masyarakat Kota yang berbudaya luhur, berkehidupan agamais, kritis, inovatif, tanggap, spontanitas, dan konstruktif merupakan potensi yang dapat dikembangkan ke arah yang menunjang pembaharuan dan pembangunan. Semangat kebersamaan masyarakatnya semakin kuat, hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya paguyuban-paguyuban yang saling membangun komunikasi dan bersinergi secara intensif baik sesama paguyuban maupun pemerintah (Bappeda, 2004). Keberagaman etnis tersebut sudah ada sejak masa kependudukan bangsa kolonial di Buitenzorg. Pada masa itu setiap etnis dikotak-kotakan oleh peraturan pemerintah Belanda di masing-masing daerah, seperti daerah pecinan, daerah kauman, daerah bangsa Eropa, dan daerah bangsa pribumi. Kondisinya saat ini telah berubah, sudah tidak terdapat lagi pengkotak-kotakan berdasarkan etnis, namun kawasan-kawasan khas tersebut tetap masih ada hingga sekarang oleh keturunan-keturunannya. Penduduk dengan berbagai macam etnis ini sudah saling membaur satu sama lain, baik itu keturunan Cina, Arab, maupun warga pribumi dari suku-suku lain di Indonesia. Tabel 7 Pendapatan Daerah Regional Bruto Kota (Harga Konstan) No Sektor Tahun 2008 2007 2006 Rupiah Rupiah Rupiah % % (Juta) (Juta) (Juta) 1 Pertanian 13.122 0,309 12.717 0,317 11.724 0,310 2 Pertambangan 121 0,003 118 0,003 116 0,003 3 Industri Pengelolaan 1.197.768 28,164 1.126.542 28,073 1.059.337 28,007 4 Listrik dan Air Bersih 136.830 3,217 128.091 3,192 119.970 3,172 5 Bangunan 299.804 7,050 288.024 7,178 276.737 7,316 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.267.518 29,804 1.205.230 30,034 1.140.876 30,163 7 Angkutan/Komunikasi 422.723 9,940 394.451 9,830 368.420 9,740 8 Bank/Keu/Perum 602.518 14,167 560.780 13,975 522.980 13,827 9 Jasa 312.419 7,346 296.908 7,399 282.230 7,462 Total 4.252.823 100 4.012.861 100 3.782.390 100 Laju Pertumbuhan 6 6 6 Sumber: Kota Dalam Angka 2009, BPS Kota %
40 Pertumbuhan ekonomi di Kota meningkat setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 mengenai Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kota. Pendapatan Kota banyak diperoleh dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini dikarenakan banyak terdapat sektor-sektor tersebut sebagai penunjang wisata di Kota. Kota dikenal sebagai salah satu tempat tujuan wisata dari berbagai daerah-daerah di sekitar Kota. Dari Tabel 7 juga dapat dilihat bahwa sektor pertambangan merupakan sektor terendah yang memberikan kontribusi pendapatan bagi Kota dari tahun 2006 hingga 2008. Rata-rata disetiap sektor terdapat peningkatan jumlah pendapatan disetiap tahunnya (2006-2008). Namun apabila dilihat dari segi presentasinya, sektor pertanian dan jasa merupakan sektor yang mengalami penurunan di setiap tahunnya.