EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI

dokumen-dokumen yang mirip
Data primer diperoleh dari pengukuran dilapangan yang dilakukan di area. Lokasi yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah daerah lahan

NASKAH SEMINAR EVALUASI NILAI INFILTRASI JENIS PENUTUP LAHAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA INTISARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

PENENTUAN BESARNYA LAJU INFILTRASI AIR OLEH TANAH DENGAN METODE SINGLE RING INFILTROMETER. ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Nilai Infiltrasi Lapangan dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan di Kampus UMY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

I Dewa Gede Jaya Negara*, Anid Supriyadi*, Salehudin*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOS PADA TANAH UNTUK MENGURANGI GENANGAN DI KELURAHAN BULAK, KECAMATAN KENJERAN, KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi,

BAB n TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN APLIKASI SISTEM PERESAPAN BIOPORI TERHADAP ALIRAN DRAINASE UNTUK MENGATASI BANJIR DI KECAMATAN BANDA SAKTI KABUPATEN ACEH UTARA MUAZZI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Umum

Studi Campuran Tanah dan Kompos sebagai Media Resapan pada Daerah Genangan

PANDUAN PRAKTIKUM INFILTRASI. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

STUDI SISTEM DRAINASE RESAPAN UNTUK PENANGGULANGAN BANJIR DI LINGKUNGAN III, PASAR III, PADANG BULAN, MEDAN.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAPASITAS INFILTRASI TANAH TIMBUNAN DENGAN TUTUPAN PAVING BLOK (UJI MODEL LABORATORIUM) <satu spasi> Abd. Rakhim Nanda 1*, Nurnawaty 2** 1,2

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

UJI LABORATORIUM RESAPAN BERPORI SEBAGAI PENANGGULANGAN BANJIR DAERAH GENANGAN KOTA MAKASSAR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

ANALISA PENGOLAHAN AIR HUJAN (AIR TANAH) TERHADAP MUKA AIR TANAH DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERMEABILITAS LAPANGAN (SUMUR UJI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK SIPIL USU

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENERAPAN SUMUR RESAPAN PADA PERENCANAAN DRAINASE WILAYAH DI KECAMATAN TARUTUNG (STUDI KASUS: KAWASAN PERMUKIMAN KELURAHAN HUTATORUAN VII) TUGAS AKHIR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KAPASITAS INFILTRASI SEDIMEN DI KAWASAN RAWAN BENCANA PADA DAS PABELAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KAJIAN KAPASITAS SERAP BIOPORI DENGAN VARIASI KEDALAMAN DAN PERILAKU RESAPANNYA

PENGARUH INFILTRASI DAN PERMEABILITAS TERHADAP SUMUR RESAPAN DI KAWASAN PERUMAHAN (STUDI KASUS: TAMAN SETIA BUDI INDAH II, MEDAN)

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

INFILTRASI PADA HUTAN DI SUB DAS SUMANI BAGIAN HULU KAYU ARO KABUPATEN SOLOK

PEMANFAATAN SUMUR RESAPAN UNTUK MEMINIMALISIR GENANGAN DI SEKITAR JALAN CAK DOKO

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Pembuatan Alat Modifikasi Permeabilitas Lapangan Untuk Aplikasi di

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB III LANDASAN TEORI

JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Asdak (1995), ketika air hujan jatuh ke permukaan tanah ata lapisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA LAJU INFILTRASI SUMUR PERESAPAN DI PEKANBARU MENGGUNAKAN METODE HORTON

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Umum

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB 5 INFILTRASI DAN PERKOLASI

INFILTRASI DI AREAL TERBUKA DAN BERUMPUT MENGGUNAKAN DOUBLE RING INFILTROMETER DI DAERAH PERUMAHAN BUKIT PINANG BAHARI SAMARINDA SEBERANG.

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

STUDI PENGENDALIAN EROSI LERENG DI WILAYAH BUKIT WONGGE KABUPATEN ENDE

resapan paling kritis dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota Malang. Air hujan yang teresap ke dalam tanah di Kecamatan Klojen hanya sebesar

PENERAPAN SUMUR RESAPAN PADA PERENCANAAN DRAINASE WILAYAH DI KECAMATAN TARUTUNG (STUDI KASUS: KAWASAN PERMUKIMAN KELURAHAN HUTATORUAN VII) ABSTRAK

2. Pengukuran besar ^ayf infiltrasi tanah menggunakan single ring

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

PENGARUH LUBANG RESAPAN BIOPORI TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN Edho Victorianto 1), Siti Qomariyah 2), Sobriyah 3)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

III. METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah jenis tanah

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

I. PENGUKURAN INFILTRASI

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

RANCANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN SEBAGAI SALAH SATU USAHA KONSERVASI AIR TANAH DI PERUMAHAN DAYU BARU KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Penilaian Kemampuan Kawasan Resapan Air

Unjuk Kerja Resapan Air Hujan

Transkripsi:

EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI Siswanto *, Lita Darmayanti *, Polo Tarigan** Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas sumur resapan dalam membantu proses infiltrasi pada kondisi tanah tertentu dengan kondisi permeabilitas yang telah di uji. Laju infiltrasi dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung dilapangan dengan menggunakan alat single ring infiltrometer, dan dilanjutkan dengan pengukuran pada sumur resapan dengan kedalaman 1 m dan 1,5 meter. Penelitian ini berlokasi di samping Gedung Rektorat Universitas Riau Pekanbaru, pada kondisi tanah yang relative tinggi dan muka air tanah yang dalam. dimana kondisi tanah di lokasi tersebut mempunyai koefisien permeabilitas pada kedalaman 1 meter dan 1,5 meter berturut-turut adalah 0,00103388, 0,000388253, yang telah diperoleh dari uji laboratorium menggunakan falling head test. Sedangkan untuk permeabilitas lapangan diperoleh permeabilitas lebih besar, masing-masing untuk kedalaman 1 m dan 1,5 m berturut-turut adalah 0,405129 cm/detik dan 0,405129 cm/detik. Untuk penelitian laju infiltrasi hanya menggunakan alat ukur single ring infiltrometer yang akan disebar di 5 titik dan metode perhitungan yang digunakan adalah metode Horton. Hasil perhitungan laju infiltrasi ini akan dibandingkan dengan besarnya laju infiltrasi yang ada pada sumur resapan dengan kedalaman 1 meter dan 1,5 meter, sehingga bisa diketahui bahwa sumur resapan mampu mempercepat laju infiltrasi atau tidak. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa laju infiltrasi dengan metoda Horton adalah sebesar 0,9 cm/jam. Untuk selanjutnya dilakukan pengukuran laju infiltrasi pada sumur resapan untuk kedalaman 1 meter dan 1,5 meter, dari hasil pengukuran sumur resapan tersebut diperoleh laju infiltrasi yang dihitung dengan metode horton untuk kedalaman 1 meter dan 1, 5 meter masing-masing adalah 10,44 cm/5menit atau 125,28 cm/jam, dan 14,72 cm/5 menit atau 176,64 cm/jam. Dari hasil tersebut bisa dilihat bahwa sumur resapan yang dibuat terbukti efektif mempercepat laju infiltrasi. Kata kunci : Laju infiltrasi, sumur resapan, ring infiltrometer, koefisien permeabilitas, metode Horton. PENDAHULUAN Pengalihan fungsi lahan merupakan salah satu faktor penyebab banjir dan menurunnya permukaan air tanah di kawasan perumahan. Pengalihan lahan hijau seperti hutan menjadi perumahan menyebabkan berkurangnya area terbuka sebagai daerah resapan air, sehingga air yang meresap ke dalam tanah semakin kecil dan memperbesar volume aliran air permukaan. Sumur resapan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan imbuhan air tanah, Selain itu manfaat yang sangat berguna adalah dapat mengurangi banjir akibat limpasan air permukaan khususnya pada saat musim hujan.

Pembuatan sumur resapan di Kota Pekanbaru juga telah dikuatkan oleh PERDA No. 10 TAHUN 2006, dimana setiap bangunan perumahan diwajibkan membuat sumur resapan. Dalam peraturan tersebut, sumur resapan juga sebagai prasyarat untuk penggurusan IMB, tetapi dalam pelaksanaan di lapangan hal itu belum sepenuhnya dilakukan. Permasalahan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau terjadi karena ketidakseimbangan neraca air (Water Balance). Perubahan tata guna lahan menyebabkan berkurangnya luas resapan air sehingga berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah dan mengakibatkan bertambahnya limpasan air permukaan. Berkuragnya resapan yang masuk ke dalam air tanah serta pemakaian air tanah yang seringkali meningkat menyebabkan terjadinya krisis air bersih. LANDASAN TEORI Infiltrasi Infilrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai, atau secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air tanah (Bambang Triatmodjo, 2008). Gerak air di dalam tanah melalui poripori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari daerah basah menuju daerah yang lebih kering. Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah. Gaya tersebut berkurang dengan bertambahnya kelembaban tanah. Selain itu, gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung daripada tanah berbutir kasar seperti pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui permukaan tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh permukaan. Setelah tanah menjadi basah, gerak kapiler berkurang karena berkurangnya gaya kapiler. Hal ini menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Sementara aliran kapiler pada lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh gravitasi berlanjut mengisi poripori tanah, laju infiltrasi berkurang secara berangsur-angsur sampai dicapai kondisi konstan, dimana laju infiltrasi sama dengan laju perkolasi tanah.

Alat Ukur Infiltrasi Beberapa alat maupun perlengkapan yang dapat digunakan untuk mengukur infiltrasi di lapangan diantaranya adalah : 1. Infiltrometer ring tunggal (Single ring infiltrometer) 2. Infiltrometer ring ganda (Double ring infiltrometer) Single ring infiltrometer merupakan silinder baja atau bahan atau bahan lain berdiameter antara 25 30 cm dan panjang alat kurang lebih 50 cm. Alat ini dilengkapi dengan tangki cadangan air. Pada dinding silinder terdapat skala dalam mm. Selain itu masih perlu dilengkapi dengan bantalan kayu dan pukul besi untuk memasukkan silinder kedalam tanah. Pengukuran dengan double ring infiltrometer pada dasarnya sama dengan yang dijelaskan sebelumnya ( single ring infiltrometer ). Perbedaanya adalah pada alat ini terdapat dua silinder, dengan diameter luar kurang lebih sama dengan dua kali diameter silinder sebelah dalam. Dalam pemakaian, silinder dalam dimasukkan terlebih dahulu ke dalam tanah, seperti yang dilakukan pada single ring infiltrometer. Setelah itu baru silinder kedua (silinder luar) dimasukkan secara konsentris ke dalam tanah. Rumus Horton Rumus Horton (Horton, 1940) memberi hasil hitungan laju infiltrasi dalam hubunganya dengan waktu, yaitu : f(t)= fc + (f0 - fc) (1) Dengan, f(t) = Laju infilrasi pada waktu ke t (cm/jam) f0 = Laju infiltrasi awal ( cm/jam ) fc = Laju infiltrasi tetap ( cm/jam ) k =Konstanta yang menunjukan laju pengurangan kapsitas infiltrasi. t = Waktu (jam) Rumus Horton di atas ditransposisikan sebagai berikut : f(t) - fc = (f0 - fc) (2) Kemudian kedua persamaan tersebut di log kan menjadi (Triatmodjo, 2008) : Log ( f(t) - fc ) = log (f0 - fc) kt log e (3) Atau, Log ( f(t) - fc ) - log (f0 - fc) = kt log e (4)

[Log ( f(t) - fc ) - log (f0 - fc )] (5) Atau, Log ( f(t) - fc ) log (f0 - fc ) (6) Persamaan diatas sama dengan persamaan : Y= mx + C (7) Dengan, Y = t M= x = Log ( f(t) - fc) C= log (f0 - fc ) Dengan demikian persamaan ini dapat diwakilkan dalam sebuah garis lurus yang mempunyai nilai m = Bentuk dari garis lurus persamaan tersebut di perlihatkan dalam Gambar. 1 di bawah ini. Time (t) Log (fo fc) Gambar 1. Grafik Hubungan t Terhadap Log (fo fc) Permeabilitas Tanah Permeabilitas tanah merupakan sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan dari cairan yang berupa air mengalir melewati rongga pori yang menyebabkan tanah bersifat permeable. Tanah permeable disebut tanah yang mudah dilalui oleh air, sedangkan tanah impermeable adalah tanah yang sulit dilalui oleh air. Contoh tanah yang permeable adalah tanah pasir dan kerikil, oleh karena itu jenis tanah ini sangat cocok sekali untuk sistem drainase pipa dibawah muka tanah. Contoh tanah impermeable adalah tanah lempung murni.

Menurut Braja M. Das, 1988 koefisien permeabilitas tanah tergantung pada beberapa faktor, yaitu: 1. distribusi ukuran pori-pori tanah, 2. gradasi tanah (distribusi ukuran butir-butir tanah) dan kepadatannya, 3. kekentalan cairan, 4. angka pori, 5. kekasaran permukaan butiran tanah, 6. dan derajat kejenuhan tanah. Harga koefisien permeabilitas untuk tiap-tiap tanah adalah berbeda-beda. Beberapa harga kofisien permeabilitas diberikan dalam tabel berikut. Table 1. Harga harga koefisien permeabilitas pada umumnya. Jenis Tanah Permeabilitas (cm/ detik) Permeabilitas (ft/ menit) Kerikil bersih 1,0 100 2,0 200 Pasir kasar 1,0 0,01 2,0 0,02 Pasir halus 0,01 0,001 0,02 0,002 Lanau 0,001 0,00001 0,002 0,00002 Lempung Kurang dari 0,000001 Kurang dari 0,000002 Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das, 1988 Sumur resapan Sumur resapan (Infiltration well) adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan/aliran permukaan agar dapat meresap ke dalam tanah (Ir. Kusnaedi, 2002). Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis bangunan peresapan yang sering digunakan, yaitu peresapan vertikal (sumur resapan) dan peresapan horizontal (peresapan memanjang). Peresapan vertikal (sumur resapan) adalah bangunan peresapan yang berbentuk sumur. Prinsip tampung airnya adalah vertikal kebawah permukaan tanah dan peresapan airnya kearah vertikal (kebawah seluas penampang sumur) dan horizontal (kesamping). Resapan vertikal (sumur rasapan) efektif di gunakan pada daerah yang muka air tanahnya cukup dalam dan area lahan yang digunakan untuk bangunan peresapan tidak terlalu luas Pada penelitian ini, jenis sumuran yang ditekankan adalah jenis peresapan vertikal (sumur resapan). Dimensi yang akan digunakan telah ditentukan sesuai dengan

ketersediaan bahan yang ada di pasar, yaitu bentuk lingkaran dengan diameter dalam 80 cm. Penempatan sumur resapan harus memperhatikan letak septicktank, sumur air minum, posisi rumah, dan jalan umum. Untuk mempermudahnya, dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2 Jarak Minimum Sumur Resapan dengan bangunan lainnya. No Bangunan objek yang ada Jarak minimal dengan sumur resapan (m) 1 Bangunan / rumah 3,0 2 Batas pemilikan lahan / kapling 1,5 3 Sumur untuk air minum 10,0 4 Septik tank 10,0 5 Aliran air (sungai) 30,0 6 Pipa air minum 3,0 7 Jalan umum 1,5 8 Pohon besar 3,0 Sumber : Dr. Ir. Suripin, 2004. Metodologi Penelitian Data Data primer diperoleh dari pengukuran dilapangan yang dilakukan di area lingkungan kampus Universitas Riau Pekanbaru dan uji laboratorium. Data tersebut antara lain adalah besar penurunan muka air yang diukur menggunakan ring infiltrometer, koefisien permeabilitas, dan besar penurunan muka air yang diukur pada sumur resapan yang berpenampang lingkaran. Sedangkan data sekunder ini diperoleh dari pengambilan data curah hujan kota pekanbaru tahun 2000 s/d tahun 2004 dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hadi Suherly tahun 2006 untuk memperoleh intensitas hujan rancangan. Pengujian Infiltrasi Pengukuran infiltrasi dengan ring infiltrometer ini dilakukan pada lima titik yang berbeda untuk memperoleh hasil yang akurat. Untuk pelaksanaan pengukuran infiltrasi dengan ring infiltrometer dilakukan dengan lankah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan lahan yang akan dijadikan tempat penelitian, 2. Mempersiapkan alat-alat pada lokasi pengukuran, 3. Menekan ring infiltrometer kedalam tanah sedalam 47 cm,

4. Kemudian air dituangkan sampai silinder penuh dan tunggu sampai air tersebut seluruhnya terinfiltrasi. 5. Air dituangkan kembali ke dalam silinder sampai penuh, 6. Setelah air penuh, stopwatch dijalankan dan penurunan yang terjadi diukur dan dicatat pada tabel yang telah disiapkan, 7. Air dituangkan kembali secepatnya ke dalam silinder sampai penuh, kemudian selama 5 menit kemudian diukur dan dicatat kembali pada tabel pencatatan, 8. Hal pada poin 7 tersebut dilakukan terus menerus, sampai laju penurunan muka air konstan atau penurunan muka air ke n sama dengan laju penurunan muka air ke n+1 dengan waktu pengamatan yang sama yaitu 5 menit. Dalam hal ini berarti laju infiltrasi sudah tetap/konstan. Pengujian Sumur Resapan Untuk pelaksanaan pengukuran infiltrasi pada sumur resapan dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Membersihkan lahan yang akan dibuat sumur resapan. 3. Tanah digali untuk pembuatan sumur resapan dengan bentuk lingkaran dengan diameter 1m dan kedalaman 1m. 4. Selanjutnya cincin sumur beton dimasukan ke dalam lobang yang telah digali. 5. Pada dinding sumur diletakkan mistar ukur untuk mengukur penurunan air dalam sumur. 6. Air dituangkan ke dalam sumur hingga penuh, setelah air penuh. stopwatch dihidupkan, kemudian dilakukan pencatatan penurunan air yang terjadi pada tabel pencatatan. 7. Air dituangkan kembali secepatnya ke dalam sumur sampai penuh, kemudian penurunan muka air diukur dan dicatat kembali pada tabel pencatatan. 8. Hal pada poin 7 tersebut dilakukan terus menerus sampai laju penurunan muka air konstan atau penurunan muka air sebelumnya sama dengan laju penurunan muka air berikutnya dengan waktu pengamatan yang sama. Bila penurunanya sama, berarti laju infiltrasi sudah tetap/konstan.

Hasil Dan Pembahasan Hasil Pengujian Single Ring Infiltrometer Hasil perhitungan laju infiltrasi menggunakan metode Horton pada single ring infiltrometer pada 5 titik yang berbeda ditunjukkan pada tabel 3. Tabel 3.Hasil akhir perhitungan laju infiltrasi menggunakan single ring infiltrometer No Lokasi Laju Infiltrasi (cm/jam) Waktu (jam) Titik 1 1,8 2 Titik 2 1,5 2,5 Titik 3 1,2 0,75 Titik 4 1,2 1,717 Titik 5 0,9 1,367 Setelah melihat hasil perhitungan diatas maka diambil nilai laju infiltrasi yang paling kecil, karena pertimbangan untuk memperoleh posisi aman dalam perencanaan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa laju infiltrasi sebelum adanya sumur resapan adalah sebesar 0,9 cm/jam dengan waktu 1,367 jam. Seperti yang terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Laju infiltrasi terhadap waktu Hasil Pengujian Permeabilitas dengan falling head test (Pengujian Laboratorium) Untuk mengetahui permeabilitas tanah pada lokasi dengan kedalaman 1 m dan 1,5 m sesuai dengan kedalaman sumur resapan maka dilakukan pengujian permebilitas di laboratorium dengan Falling Head Test, hasil pengujian diperoleh pada kedalaman 1 m koefisien permeabilitas = 0,00103 cm/dt dan pada kedalaman 1,5 m koefisien permeabilitas = 0,00039 cm/dt.

Perhitungan laju infiltrasi pada sumur resapan kedalaman 1 meter Pengukuran laju infiltrasi berdasarkan data-data pengukuran lapangan untuk sumur resapan dengan kedalaman 1 meter selama 5 kali pengukuran. Laju infiltrasi diambil rata-rata untuk per lima menitan, yang kemudian akan menghasilkan grafik laju infiltrasi terhadap waktu. Pengukuran sumur resapan pada kedalaman 1 meter menunjukkan bahwa laju infiltrasi mulai konstan pada waktu setelah 1,283 jam atau pada waktu 77 menit dengan laju infiltrasi 10,44 cm/5 menit. Sedangkan untuk analisis hasil pengukuran sumur resapan pada kedalaman 1,5 meter menunjukkan hasil laju infiltrasi pada waktu 1,283 atau 77 menit adalah sebesar 14,72 cm/5 menit. Grafik laju infiltrasi untuk sumur kedalaman 1 m Grafik laju infiltrasi pada sumur resapan kedalaman 1,5 m Gambar 3. Grafik hubungan laju infiltrasii terhadap waktu pada sumur kedalaman 1 m dan 1,5 m Hasil Permeabilitas Lapangan Berikut ini merupakan hasil perhitungan permeabilitas lapangan untuk kedalaman 1 meter dan 1,5 meter sebanyak 5 kali pengukuran pada sumur resapan. Ditunjukkan pada tabel 4. Tabel 4. Hasil permeabilitas lapangan pada sumur resapan kedalaman 1 m dan 1,5 m Pengukuran Koefisien permeabilitas (k) (cm/detik) Kedlmn 1 m Koefisien permeabilitas(k) (cm/detik), Kedlmn 1,5m Pengukuran hari ke 1 0,438356 0,415677 Pengukuran hari ke 2 0,42928 0,402987 Pengukuran hari ke 3 0,471231 0,451515 Pengukuran hari ke 4 0,37833 0,495757 Pengukuran hari ke 5 0,30845 0,503206 Rata-rata 0,405129 0,453828

Pembahasan Perbandingan Nilai Laju Infiltrasi Sebelum dan Sesudah Adanya Sumur Resapan Setelah dilihat pada hasil perhitungan slaju infiltrasi pada single ring infiltrometer dan sumur resapan, ternyata laju infiltrasi meningkat tajam setelah adanya sumur resapan. Dengan bantuan sumur resapan kedalaman 1m laju infiltrasi meningkat dari 0,9 cm/jam menjadi 10,44 cm/5 menit atau 125,28 cm/jam, berarti jika dengan luasan yang sama maka sumur resapan sebanding dengan 138 kali laju infiltrasi pada single ring infiltrometer. Begitu halnya dengan bantuan sumur resapan 1,5 m, maka laju infiltrasi meningkat labih besar yaitu dar 0,9 cm/jam menjadi 14,72 cm/5 menit atau 176,64 cm/jam setara dengan 196 kali laju infiltrasi single ring infiltrometer, hal ini menunjukkan bahwa ternyata sumur resapan yang dibuat ternyata efektif mempercepat laju infiltrasi. Perbandingan Permeabilitas Dengan Uji Laboratorium dan Lapanagan Disamping pengukuran laju infiltrasi, peneliti juga mengukur nilai koefisien permeabilitas baik di laboratorium maupun permeabilitas lapangan. Setelah dilakukan perhitungan pada sub bab sebelumnya maka telah diperoleh nilai permeabilitas di laboratorium dan permeabilitas lapangan, baik untuk dasar sumur resapan kedalaman 1 m dan 1,5 m. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 8.berikut: Tabel 7. Perbandingan Permeabilitas Uji Laboratorium dan Permeabilitas Lapangan Kedalaman Permeabilitas uji laboratorium Permeabilitas lapangan 1 m 0,00103388 cm/detik 0,405129 cm/detik 1,5 m 0,000388253 cm/detik 0,453828 cm/detik Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa permeabilitas lapangan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan hasil uji laboratorium. Untuk kedalaman 1m permeabilitas lapangan setara 391 kali hasil uji laboratorium, dan untuk kedalaman 1168 kali hasil uji laboratorium. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran diameter yang lebih besar sehingga volume air yang masuk juga lebih besar, maka tekanan air yang besar akan mempercepat proses penurunan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2002. Cegah banjir dengan sumur resapan. Available at: <URL: http://tumoutou.net/ dan Sunjoto, Dr. Ir. Dip.HE. Sistem Drainasi Air Hujan Yang Berwawasan Lingkungan Majalah Kontruksi No. 122, Juni 1988. [accessed 18 february 2009]. 2. Braja M Das. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 3. Bambang Triatmodjo. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset. 4. C.D. Soemarto. 1999. Hidrologi Tenik edisi ke - 2. Jakarta: Erlangga. 5. Hadi Suherly. 2006. Pemilihan Metode Intensitas Hujan Yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru. Skripsi Jurusan Teknik Sipil. Pekanbaru: Universitas Riau. 6. Kusnaedi. 2002. Sumur Resapan Untuk Pemukiman Perkotaan Dan Pedesaan. Jakarta: Penebar Swadaya. 7. Mohammad Rusli. 2008. Desain Sumur Resapan Dengan Konsep Zero Runn Off Dikawasan Jaten Sleman Yogyakarta. Skripsi Jurusan Teknik Sipil. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. 9. Sri Harto. 1993. Analisis hidrologi Jakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada. 10. Sunjoto. 1989. Pengembangan Sistem Drainase Di Indonesia. Yogyakarta. 11. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: ANDI. 12. Tim Mekanika Tanah. 2008. Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah. Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil Universitas Riau.