BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. penurunan keuntungan, yang mengakibatkan turunnya tingkat return saham. Grafik LQ45 Periode sampai

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Investasi sendiri secara

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan oleh pemegang saham adalah pendapatan berupa deviden (divident

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat dan kompetitif. Kondisi ini menuntut sebuah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lama dengan dengan harapan mendapat keuntungan dimasa yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan jangka panjang dari sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat dunia usaha menjadi lebih kompetitif. Sehingga dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB 1 PENDAHULAN. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi perusahaan di Indonesia sangat sulit didapatkan, sekalipun perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia investasi bukan lagi merupakan kegiatan baru di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pasar keuangan ( financial market) merupakan. pendek, dapat melakukan pada pasar uang ( money market), karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit, kelapa, pinang, kopi, sagu, kakao diantara produk-produk tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

PENDAHULUAN. kemauan para usahawan untuk memanfaatkan peluang yang ada semaksimal

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal Indonesia. Menurut Sari dan Kaluge (2013) Pasar modal merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa dana yang bersifat abstrak berupa surat-surat berharga dibursa efek.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham di pasar modal (go public). Pasar modal mempertemukan calon

I. PENDAHULUAN. Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, naiknya suku bunga, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang secara sederhana adalah tingkat keuntungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan orang yang membutuhkan modal. Pasar modal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang

I. PENDAHULUAN. 2009). Dengan kata lain perusahaan adalah suatu bentuk badan usaha yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain setiap perusahaan harus mengembangkan usahanya yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui pasar modal. Pasar modal adalah sarana yang. masyarakat dalam hal ini investor untuk mengembangkan perekonomian

Judul : Pengaruh Economic Value Added (EVA), Return On Equity (ROE) dan Dividend Payout Ratio

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bursa Efek Indonesia telah menjadi penting dari berkembangnya

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, DIVIDEND PAYOUT RATIO, EARNING PER SHARE, RETURN ON INVESTMENT DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antarpemilik modal yang disebut pemodal (investor) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya kegiatan bisnis dalam bidang ekonomi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dapat memilih alternatif investasi pada berbagai sekuritas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada zaman yang semakin maju dan berkembang saat ini kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan cenderung meningkat dan semakin bertambah. Salah satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan tambahan modal atau dana adalah dengan menawarkan kepemilikan perusahaan tersebut kepada masyarakat/publik (go public) melalui pasar modal. Pasar modal merupakan tempat yang baik bagi perusahaan untuk mengumpulkan dana dengan cara menawarkan saham perusahaan kepada masyarakat/publik. Di samping itu pasar modal juga merupakan salah satu instrumen atau aktivitas ekonomi yang cukup produktif bagi pemasukan negara dan sangat berperan penting dalam menunjang perekonomian maupun pembangunan bagi negara tersebut. Pasar modal mampu memberikan manfaat dan peran yang cukup besar sebagai sarana maupun fasilitas yang dapat digunakan untuk memobilisasi dana serta mengalokasikan dana tersebut agar lebih optimal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satu cara dalam mengalokasikan dana tersebut yaitu dengan menggalang pengerahan dana yang nantinya dapat disalurkan atau diinvestasikan pada sektor-sektor produktif. Bagi para pemodal (investor) dan masyarakat kehadiran pasar modal merupakan tambahan alternatif pilihan untuk investasi. Dalam menanamkan dananya di pasar modal, investor tidak hanya bertujuan untuk jangka pendek saja tetapi juga bertujuan untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang. 1

(Rp) Salah satu alternatif pendanaan perusahaan dalam pasar modal yaitu melalui emisi saham di bursa efek. Menurut Husnan & Pudjiastuti (2012: 67), tujuan keputusan keuangan bagi perusahaan yang telah terdaftar di pasar modal ialah meningkatkan harga saham (atau meningkatkan nilai perusahaan secara umum). Saham merupakan komoditas atau instrumen keuangan yang paling populer dan sering diperdagangkan dalam pasar modal. Dengan membeli atau berinvestasi saham, investor memperoleh keuntungan berupa dividen maupun capital gain. Namun, investor juga menghadapi risiko berupa penurunan harga saham sehingga harga jual saham menjadi lebih rendah daripada harga beli yang disebut capital loss. Adapun perkembangan harga saham rata-rata per lembar pada bank BUMN yang disajikan dalam grafik di bawah ini: 12000,0 Harga Saham Rata-rata per Lembar 10000,0 8000,0 6000,0 4000,0 2000,0 0,0 9291,7 10377,1 9943,8 8862,5 5887,5 8075,0 7533,3 6783,3 6845,8 6158,3 5189,6 4433,3 3872,9 3818,8 2963,8 1585,0 1480,8 1349,2 1228,3 1114,2 2010 2011 2012 2013 2014 BBNI BBRI BBTN BMRI Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Harga Saham Rata-rata per Lembar pada Bank BUMN Periode 2010-2014 Sumber: Data diolah, 2015 Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat pergerakan atau perkembangan harga rata-rata per lembar saham pada masing-masing bank BUMN yang berbeda 2

satu sama lainnya serta cukup unik dan berfluktuasi. Salah satu diantaranya menunjukkan penurunan harga rata-rata per lembar saham yang cukup signifikan pada tahun 2011. Hal ini terjadi pada BRI, di mana harga rata-rata saham per lembarnya yang cukup tinggi pada tahun 2010 sebesar Rp 9291,7 dan mengalami penurunan yang sangat drastis menjadi Rp 6158,3 pada tahun 2011. Gambaran atau fenomena ini mengindikasikan bahwa rata-rata harga saham BRI tahun 2011 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2010). Artinya, return atau tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan juga menjadi tidak maksimal dan bahkan negatif (capital loss). Investasi selalu mengandung unsur risiko, karena perolehan yang diharapkan baru akan diterima pada masa yang akan datang, risiko itu juga timbul karena return yang diterima mungkin lebih besar atau lebih kecil dari dana yang diinvestasikan. Hal ini memperlihatkan bahwa tujuan para pemodal (investor) menanamkan dananya pada saham atau sekuritas antara lain adalah untuk mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang maksimal pada risiko tertentu atau memperoleh hasil tertentu pada risiko yang minimal. Dengan kata lain para investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Hubungan return dan risiko bersifat positif dan linear (searah), artinya semakin besar return yang diharapkan, maka semakin besar pula risiko yang harus ditanggung (Fahmi & Hadi, 2011: 153). Dengan kata lain investor yang berharap memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, berarti bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Oleh karena itu, tidak relevan mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui investasi pada aset yang menawarkan return paling 3

tinggi, karena harus juga mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung. Sejalan dengan konsep investasi high risk-high return, investor yang menyukai risiko (risk seeker/lover), mereka akan memilih saham-saham yang mempunyai risiko yang tinggi agar di kemudian hari akan mendapatkan return yang tinggi pula. Sebaliknya investor yang tidak atau kurang menyukai risiko (risk averter) lebih merencanakan keuntungan yang normal karena sifatnya yang menjauhi risiko. Pada umumnya para pemodal atau investor maupun calon investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus juga memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Return merupakan imbal hasil dan motivator dalam suatu proses investasi, maka pengukuran return merupakan cara yang sering atau dapat digunakan oleh investor dalam membandingkan dan mempertimbangkan berbagai alternatif investasi. Mengukur return historis memungkinkan investor untuk mengetahui keberhasilan mereka dalam melakukan suatu investasi. Selain itu return historis juga ikut berperan dalam memperkirakan return masa depan yang belum diketahui secara pasti. Dalam menanamkan modal, investor memerlukan suatu petunjuk yang penting untuk menghindari risiko investasi. Selain menaruh perhatian utama terhadap tingkat keuntungan, para pemegang dan calon pemegang saham juga berkepentingan dengan tingkat likuiditas, aktivitas serta leverage sebagai faktor lain dalam penilaian kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap 4

distribusi income pada masa-masa yang akan datang (Syamsuddin, 2013:38). Hal ini perlu menghubungkan informasi, baik data akuntansi tradisional (yang disajikan dalam bentuk neraca dan laporan laba-rugi) maupun data modifikasi lainnya dengan harga saham. Investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Informasi yang sahih tentang kinerja keuangan perusahaan, manajemen perusahaan, kondisi ekonomi makro, dan informasi relevan lainnya yang diperlukan untuk menilai saham secara akurat. Oleh karena itu investasi yang dilakukan oleh para investor saham (common stock) diasumsikan selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional, sehingga berbagai macam jenis informasi yang akurat sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan investasi. Secara garis besar informasi yang diperlukan terdiri dari informasi yang bersifat fundamental dan informasi yang bersifat teknikal. Analisis terhadap harga saham atau sekuritas dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan fundamental dan pendekatan teknikal (Sudiyatno & Suharmanto, 2011). Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan memperkirakan nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. Informasi fundamental ini merupakan informasi kinerja dan kondisi internal perusahaan yang umumnya ditunjukkan dengan pertumbuhan penjualan, margin laba, tingkat pengembalian investasi, ekuitas, dan sebagainya. Menurut Suhartono dan Qudsi dalam Hermuningsih (2012: 194), analisis fundamental merupakan usaha untuk memperkirakan kesehatan dan prospek, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk bertumbuh dan 5

menghasilkan laba di masa depan. Pada analisis fundamental terdapat beberapa rasio keuangan yang dapat mencerminkan kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan. Rasio-rasio tersebut biasanya digunakan untuk mengukur serta menjelaskan kekuatan dan kelemahan kondisi keuangan perusahaan serta dapat digunakan untuk memprediksi return saham di pasar modal juga. Untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi atau modal, terdapat beberapa alat ukur mulai dari ROI, ROE, EPS, dan lain-lain (Rudianto, 2013: 216). Semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari rasio-rasionya, maka semakin tinggi return saham perusahaan tersebut. Oleh karena itu investor juga berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya. Rasio keuangan (financial ratios) yang lazim disajikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) statistics meliputi, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio pasar dengan periode laporan intern (triwulan) dan laporan tahunan. Rasio keuangan dapat memberikan informasi yang sangat berharga mengenai kesehatan perusahaan, kondisi keuangan dan profitabilitasnya. Secara keseluruhan, aspekaspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan menjadi aspek leverage (solvabilitas), likuiditas, profitabilitas atau efisiensi, nilai pasar (Husnan & Pudjiastuti, 2012:72). Pada umumnya investor (pemodal) tertarik dengan kondisi keuangan perusahaan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan tersebut dalam membayar dividen dan menghindari kebangkrutan (Dhira dkk., 2009). Dengan asumsi investor mendasarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan rasional, maka aspek fundamental semestinya menjadi dasar penilaian (basic valuation) yang utama bagi seorang fundamentalis, argumentasi dasarnya adalah bahwa nilai saham yang 6

mewakili nilai perusahaan tidak hanya nilai intrinsik sesaat saja, tetapi yang lebih penting adalah harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan (wealth) di kemudian hari. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengamati bagaimana hasil suatu investasi yang berwujud return saham perusahaan (capital gain) dapat dijelaskan dari adanya pengaruh faktor-faktor atau variabel fundamental emiten dan pengaruh makro ekonomi suatu negara. Sejumlah penelitian memperlihatkan hasil yang menarik, karena menunjukkan hasil yang beragam dan berbeda-beda, sehingga menghasilkan kesenjangan dalam penelitian (research gap). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, faktor atau variabel fundamental yang sering digunakan untuk memprediksi return saham diantaranya seperti rasio profitabilitas, rasio leverage (solvabilitas) dan rasio nilai pasar (market value ratio). Adapun rasio profitabilitas yang biasanya digunakan untuk memprediksi return saham adalah Return On Equity (ROE). Rasio nilai pasar yang sering dikaitkan dengan return saham adalah Price to Earning Ratio (PER). Sedangkan rasio leverage yang sering dikaitkan dengan return saham adalah Debt to Equity Ratio (DER). Pada penelitian yang dilakukan oleh Beny dan Mendari (2011) memperlihatkan hasil bahwa Return On Equity (ROE) secara signifikan berpengaruh terhadap return saham. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian lainnya yang menyatakan bahwa ROE terbukti tidak berpengaruh terhadap return saham (Susilowati & Turyanto, 2011). Begitu juga pada penelitian Arista dan Astohar (2012) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham tetapi tidak terbukti 7

pada penelitian Farkhan dan Ika (2012) yang menyatakan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Selanjutnya hasil penelitian Farkhan dan Ika (2012) yang menunjukkan variabel Price to Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sementara tidak terbukti pada penelitian Carlo (2014) yang menyatakan bahwa variabel PER tidak berpengaruh terhadap return saham di BEI. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan kebenarannya secara empiris. Tujuan keputusan keuangan bagi perusahaan yang telah terdaftar di pasar modal adalah meningkatkan harga saham (atau meningkatkan nilai perusahaan secara umum) (Husnan & Pudjiastuti, 2012: 67). Penggunaan analisis rasio yang merupakan alat pengukur akuntansi konvensional memiliki sebuah kelemahan utama, yaitu tidak memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai perusahaan atau tidak. Hal ini perlu menghubungkan informasi, baik data akuntansi tradisional (yang disajikan dalam bentuk neraca dan laporan laba-rugi) maupun data modifikasi lainnya dengan harga saham. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Joel M. Stern dan G. Bennett Stewart III dari Stern Stewart & Co. di Amerika Serikat memperkenalkan alat pengukuran baru yang disebut Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Economic Value Added (EVA) atau nilai tambah ekonomis adalah suatu kerangka yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan dan pencapaiannya pada investor, dan investor dapat menggunakan EVA untuk mengidentifikasi perusahaan mana yang mempunyai prospek kinerja lebih baik di 8

masa mendatang (Rudianto, 2013: 223). Ukuran kinerja perusahaan yang benarbenar menyatukan kepentingan manajer dengan kepentingan pemegang saham, dan menyebabkan manajer berpikir serta bertindak seperti pemilik atau pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian serta meminimalkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. Hal ini memberikan bukti kuat bahwa EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham di mana EVA digunakan sebagai ukuran operasi dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor. Selain itu EVA juga merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan operasi sehari-hari (Rudianto, 2013:224). Penggunaan metode EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada usaha penciptaan nilai perusahaan. Nilai diartikan sebagai nilai daya guna maupun benefit yang dinikmati oleh stakeholder (karyawan, investor, pemilik, pelanggan). EVA secara sederhana sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba. Jadi, secara eksplisit EVA digunakan untuk memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dan mengakui bahwa risiko yang dihadapi pemilik ekuitas lebih tinggi, sehingga besarnya tingkat biaya modal atas ekuitas lebih tinggi dari tingkat biaya modal atas hutang. Selain itu karena memperhitungkan seluruh biaya modal, metode ini membuat praktik rekayasa keuangan dengan tujuan memperbaiki kinerja perusahaan sulit untuk dilakukan. 9

Dengan mengetahui EVA yang merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang berfokus pada nilai perusahaan, dapat membantu manajemen untuk mengetahui berapa biaya modal sebenarnya dan tingkat pengembalian bersih dari modal atas bisnisnya. Hal ini sesungguhnya dapat menjadi perhatian investor, bisa diperlihatkan secara jelas berapa jumlah modal sebenarnya yang diinvestasikan ke dalam bisnis. Selain itu metode ini juga cukup membantu perkembangan disiplin ilmu keuangan, mendorong kinerja manajer sehingga berlaku seperti pemilik dan yang paling penting mendorong peningkatan laba bagi pemegang saham. Dari beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa EVA tidak memiliki kandungan informasi relatif yang lebih baik atau tinggi dibandingkan dengan RI dan OI terhadap tingkat imbal hasil saham (stocks return). Salah satu hasil penelitian Beny dan Mendari (2011) menyatakan bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Namun, hasil penelitian Himawan dan Sukardi (2009) menunjukkan hasil yang berbeda, dengan menggunakan variabel bebas EVA, MVA, dan OI pada industri sektor mining di BEI memperlihatkan bahwa EVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham dan dapat digunakan secara mandiri tanpa membutuhkan data pembanding seperti standar industri atau data dari perusahaan lain. Sejumlah penelitian telah banyak dilakukan untuk mengamati faktor-faktor yang berpengaruh terhadap return saham. Berbagai sektor telah dipilih untuk dijadikan objek/subjek penelitian, tetapi menganalisis perbedaan pengaruh faktor atau variabel fundamental dan EVA terhadap return saham dengan objek perusahaan BUMN sektor perbankan masih sedikit dilakukan. Perusahaan BUMN merupakan lembaga yang sangat berperan penting dalam membangun 10

perekonomian negara diantaranya menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga mengurangi jumlah pengangguran, memberikan sumbangan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi secara nasional, dan lainnya. Adapun fungsinya sebagai penyedia layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, alat pemerintah sebagai penata kebijakan perekonomian. Selain itu sektor perbankan juga sangat berperan dalam penghimpunan dana, menyalurkan serta pelayanan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan untuk menunjang pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dengan demikian saham sektor perbankan BUMN akan cukup mendukung sebagai objek atau subjek penelitian serta berguna bagi perkembangan dan kemajuan pasar modal di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mengambil judul Analisis Pengaruh Variabel Fundamental dan Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan BUMN Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dari latar belakang yang telah diuraikan di atas masih ada kesenjangan antara teori dan kenyataan serta banyaknya keragaman dan perbedaan hasil penelitian (research gap) dari beberapa penelitian terdahulu atas variabel-variabel yang mempengaruhi return saham, maka batasan atau rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: 11

1. Bagaimana kondisi dan perkembangan variabel fundamental yang diukur dengan Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Earning Ratio (PER) pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 2. Bagaimana kondisi dan perkembangan Economic Value Added (EVA) pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 3. Bagaimana kondisi dan perkembangan return saham pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 4. Apakah variabel fundamental (ROE, DER, PER) dan EVA memiliki pengaruh secara parsial terhadap return saham pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 5. Apakah variabel fundamental (ROE, DER, PER) dan EVA memiliki pengaruh secara simultan terhadap return saham pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang akan diolah untuk dianalisis lebih lanjut mengenai pengaruh variabel fundamental (ROE, DER, PER) dan Economic Value Added (EVA) terhadap return saham pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menemukan bukti empiris mengenai: 12

1. Kondisi dan perkembangan variabel fundamental yang diukur dengan Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Earning Ratio (PER) pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2. Kondisi dan perkembangan Economic Value Added (EVA) pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 3. Kondisi dan perkembangan return saham pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 4. Pengaruh variabel fundamental (ROE, DER, PER) dan EVA secara parsial terhadap return saham pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 5. Pengaruh variabel fundamental (ROE, DER, PER) dan EVA secara simultan terhadap return saham pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 1.4. Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat atau kegunaan, baik yang bersifat teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Bagi pengembangan ilmu manajemen, memberikan referensi tentang keterkaitan serta pengaruh antara variabel fundamental dan EVA terhadap return saham. 13

2. Bagi institusi/civitas akademika, dapat menambah informasi, sumbangan pemikiran dan kajian pustaka atau referensi dalam penelitian mengenai pengaruh variabel fundamental dan EVA terhadap return saham. 3. Bagi perusahaan, khususnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, memberikan informasi tentang analisis variabel fundamental dan EVA sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan cepat terkait dengan return saham perusahaan. 4. Bagi investor, memberikan informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi return saham sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pojok bursa, dimana penelitian ini dilakukan pada perusahaan BUMN sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Waktu penelitian atau pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih 4 bulan, terhitung dari bulan Februari 2015 s.d. Juni 2015 dan mengambil periode data selama kurun waktu 5 tahun (2010 2014). 14