BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

ANALISIS PENULISAN RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM NASIONAL PADA PESERTA BPJS NON PBI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. (InfoDatin, 2014). Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015,

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung dengan tujuan agar

Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu mencakup suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Penilaian pasien terhadap mutu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit untuk memberikan informasi, fasilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu contoh sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal bagi masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) bagi pasien (Depkes, 2006). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul merupakan rumah sakit tipe B pendidikan, milik pemerintah daerah Kabupaten Bantul yang didirikan tahun 1953. RSUD Panembahan Senopati Bantul merupakan rumah sakit pusat rujukan bagi puskesmas, puskesmas pembantu dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang berada di wilayah Bantul yang bertujuan menjadi rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kesehatan secara cepat dan tepat sesuai standar pelayanan rumah sakit dengan didukung sumber daya manusia yang profesional. RSUD Panembahan Senopati Bantul mempunyai kapasitas 259 tempat tidur, dengan jumlah tenaga kerja 627 orang dengan rincian tenaga struktural 21 orang, dokter 37 orang, paramedis (bidan dan perawat) 190 orang, tenaga fungsional lain 123 orang, tenaga non kesehatan 58 orang, tenaga kontrak umum 191 orang, tenaga part time (rohaniawan) tujuh orang. Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan meliputi unit pelayanan spesialis obsgyn, penyakit dalam, THT, anak, bedah, radiologi, neurologi, kulit dan kelamin, mata, gigi dan mulut, syaraf, jiwa, laboratorium klinik dan mikrobiologi serta poli umum (RSUD Bantul, 2010). Di Indonesia, pola penyakit yang terjadi di rumah sakit mengalami pergeseran, dimana penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur turun sedang penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular meningkat jumlahnya. Perubahan pola penyakit ini disebabkan adanya peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar sehingga berakibat

peningkatan prevalensi penyakit degeneratif. Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang ada di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Berdasarkan data dari rekam medik, saat ini DM menduduki peringkat ke-3 dari 10 penyakit terbesar di unit rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Sepuluh penyakit terbanyak peserta rawat jalan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sepuluh penyakit terbanyak peserta rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul 01/01/2010-31/12/2010 Jenis Penyakit Jumlah Peserta* Hipertensi 13379 Low Back Pain 10069 Diabetes Melitus 8071 Dyspepsi 5382 Primary Respiratory Tuberculosis 4629 Arthrosis 3657 Post Operasi 3351 Dizziness and Giddiness 2837 Heart Disease 2706 Urinary Tract Infection 2584 Sumber : RSUD Panembahan Senopati Bantul, 2010 *Jumlah tersebut mencakup peserta umum, Askessos, Askeskin, Jamsostek. DM akan menjadi masalah global di masa depan, ini tidak hanya masalah kesehatan, tapi juga sosio ekonomi yang akan membebani penderitanya, keluarga bahkan negara. Di sisi lain penanganan terhadap DM dirasakan masih belum begitu memuaskan. Komplikasi jangka panjang DM dan penurunan kualitas hidup penderitanya belum berhasil dihentikan, kenyataan tersebut memberi isyarat bahwa DM belum sepenuhnya dapat dipahami, sehingga perlu usaha lebih keras dalam mengatasinya (Laakso, 2001). Penyakit DM merupakan penyakit kronis yang jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penderita DM harus benar-benar memperhatikan penanganan penyakit ini sehingga komplikasi dapat dihindari. Untuk mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik. Prevalensi diabetes pada populasi Asia telah meningkat cepat dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun 2007,

lebih dari 110 juta orang Asia menderita diabetes, seiring dengan obesitas yang meningkat tajam dan perubahan gaya hidup (Chan et al., 2009). Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, diperoleh bahwa prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%) (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data PT. Askes (2011), dari sekitar 16 juta peserta Askes terdapat kurang lebih 362.099 penderita DM. Peserta Askes yang menderita penyakit DM paling banyak berusia 40 tahun. DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya. Penyakit ini dibagi dalam 2 golongan yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Sekitar 90% kasus diabetes yang ada di dunia termasuk dalam golongan diabetes tipe 2 (PERKENI, 2006). Penyakit DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat dan ahli gizi saja tapi obat yang digunakan juga harus sesuai dengan standar pengobatan DM. Tersedianya puluhan ribu obat memberikan masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan, terutama menyangkut bagaimana memilih dan menggunakan obat secara benar dan aman. Secara umum masalah obat adalah masih terbatasnya pengetahuaan masyarakat dalam hal obat, ada kecenderungan pengertian masyarakat bahwa obat yang bermutu adalah obat yang mahal dengan kemasan yang mewah. Selain itu masalah belum merata serta terjangkaunya harga obat oleh sebagian besar masyarakat golongan menengah ke bawah, disebabkan karena kemampuan ekonomi yang masih belum memadai serta keterjangkauan pemerataan yang masih terbatas (Depkes, 2000). Upaya untuk memeratakan serta terjangkaunya harga obat oleh sebagian besar masyarakat di rumah sakit, maka pemerintah mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan. Di Indonesia pembiayaan rumah sakit diperoleh dari dua sumber yaitu pemerintah dan masyarakat yang didalamnya sudah termasuk swasta. Salah satu pembiayaan dari masyarakat telah dikembangkan secara gotong

royong melalui prinsip-prinsip asuransi yaitu asuransi kesehatan (Askes). Berdasarkan hasil laporan rekam medik di RSUD Panembahan Senopati Bantul diperoleh jumlah kunjungan peserta Askes khususnya kunjungan rawat jalan terhadap kunjungan umum tiap tahun mengalami kenaikan. Jumlah kunjungan peserta Askes dan umum di unit rawat jalan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan jumlah kunjungan Askes terhadap kunjungan umum Tahun Kunjungan Askes Kunjungan umum % Total kunjungan Sumber : RSUD Panembahan Senopati Bantul, 2010 Dilihat dari total jumlah kunjungan peserta Askes terjadi kenaikan jumlah kunjungan yaitu tahun 2008 sebanyak 41.854 peserta, naik menjadi 64.162 peserta pada tahun 2010. Dalam beberapa dekade terakhir biaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya obat terus meningkat tajam, dan kecenderungan ini tampaknya akan terus berlanjut. Hal ini antara lain disebabkan oleh peningkatan populasi peserta usia lanjut dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat, adanya obat-obat baru yang lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan. Di sisi lain, sumber daya yang dapat digunakan terbatas, sehingga harus dicari cara agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Pelayanan obat bagi PT. Askes berpedoman pada daftar dan plafon harga obat (DPHO) yang merupakan pedoman dalam penyediaan dan pemberian obat bagi peserta Askes. Penerapan DPHO sebagai pedoman dalam penulisan resep obat sering mengalami kendala, baik dari pemberi pelayanan kesehatan (dokter, apotek atau rumah sakit) maupun dari segi peserta. Ada beberapa faktor yang menjadi permasalahan saat ini yaitu obat kosong di apotek, obat yang diresepkan non DPHO (PT. Askes, 2010) 2008 41.854 44.380 31.4 2009 46.680 46.034 38.6 2010 64.162 51.718 48.2 Berdasarkan data PT. Askes (2011) tahun 2009 dan 2010 ada 78 % rumah sakit yang tidak lagi mengenakan iur biaya. Fakta ini cukup menggembirakan karena merupakan bukti bahwa kemitraan Askes dengan rumah sakit dalam

memberikan pelayanan kepada peserta berjalan sangat baik dan ini membuktikan bahwa komitmen rumah sakit untuk memberikan layanan bagi peserta Askes berkembang positif. Iur biaya merupakan hal yang cukup dikeluhkan oleh peserta dari waktu ke waktu. Obat merupakan komponen biaya terbesar dari pelayanan kesehatan di Indonesia. Salah satu masalah terbesar dari penggunaan DPHO adalah dokter, khususnya dokter spesialis di rumah sakit tidak terbiasa untuk menggunakan daftar obat tertentu. Praktek peresepan yang sangat dipengaruhi oleh usaha pemasaran perusahaan farmasi yang sangat gencar menyebabkan dokter lebih cendrung meresepkan obat yang di sukai atau yang kenal. Seringkali pola peresepan tersebut tidak rasional dan atau tidak efisien. Efektifitas dan efisiensi DPHO dalam sistem Askes sangat tergantung dari pola peresepan dokter dan kebijakan dari instalasi farmasi di rumah sakit untuk mengganti obat yang diresepkan dokter dengan obat dalam daftar DPHO. Berdasarkan uraian masalah di atas maka dilakukan penelitian tentang evaluasi penggunaan obat dan biaya pengobatan DM pada peserta Askes di unit rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul. B. Rumusan Masalah Perumusan masalah adalah bahwa perlu diketahui pola penggunaan obat pada peserta Askes dengan DM tipe 2 selain itu juga perlu diketahui konsekuensi biayanya, serta berbagai pertimbangan yang berperan dalam penggunaan obat DM. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat dan biaya pengobatan DM pada peserta Askes di RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pola penggunaan obat DM meliputi rata-rata item obat per lembar resep, persentase peresepan obat dengan nama generik, persentase

peresepan obat sesuai dengan DPHO, persentase peresepan obat sesuai dengan DOEN, persentase peresepan sesuai dengan SPM. b. Untuk mengetahui besarnya biaya obat DM yang dikeluarkan PT. Askes dan peserta. c. Untuk mengetahui pertimbangan yang berperan dalam penggunaan dan biaya tersebut. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi analisis pengobatan dan biaya obat sehingga mutu pelayanan dan pembiayaan terhadap penderita khususnya peserta Askes akan lebih meningkat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi PT. Askes sebagai penyelenggara program jaminan kesehatan pelayanan, agar mengetahui biaya obat yang dibutuhkan peserta Askes sehingga penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan ditempuh atau program kerja selanjutnya. b. Bagi rumah sakit, agar manajemen rumah sakit dapat lebih meningkatkan efisiensi penggunaan dan biaya obat DM bagi peserta Askes serta agar dalam sistem peresepan obat, dokter dapat menggunakan obat-obat yang ada dalam DPHO sesuai tahunnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang evaluasi penggunaan obat dan biaya pengobatan DM tipe 2 pada peserta Askes di unit rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu yang hampir sama antara lain: 1. Simamora (2002) penelitian tentang diskusi kelompok kecil untuk menurunkan biaya obat bagi peserta wajib PT. Askes di Palembang. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu melihat pola penggunaan obat dan pengaruh pada biaya berdasarkan indikator peresepan. Perbedaannya

adalah metode yang digunakan pada penelitian ini berupa rancangan preeksperimental variabel bebas (independent variabel) yaitu diskusi kelompok kecil dan instrumen penelitian menggunakan uji-t dan chi-square. 2. Endang (2004) penelitian tentang monitoring dan evaluasi untuk mempertahankan kepatuhan peresepan dokter pada formularium yang telah direvisi di RSUD kota Yogyakarta. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu melihat kepatuhan peresepan dokter berdasarkan indikator peresepan, sampelnya resep dan dokter. Perbedaannya adalah metode yang digunakan pada penelitian ini berupa rancangan quasi-eksperimental dan instrumen penelitian menggunakan uji paired t-test. 3. Melkias (2006) penelitian tentang evaluasi pelaksanaan perjanjian antara PT. Askes (PERSERO) cabang utama yogyakarta dan RSD Panembahan Senopati Bantul dalam pemberian pelayanan kesehatan keluarga miskin. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah lokasi penelitian di RSD Panembahan Senopati Bantul. Perbedaan penelitian ini yaitu menggunakan rancangan cross sectional, variabel bebas (independent variabel) adalah pelaksanaan perjanjian kerjasama. 4. Penelitian ini (2011) untuk mengetahui pola penggunaan dan biaya pengobatan DM tipe 2 pada peserta Askes di unit rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul, menggunakan jenis penelitian observasional dengan rancangan case study bersifat deskriptif analitik, dengan variabel bebas (independent variabel) yaitu adalah rata-rata item obat per lembar resep, persentase peresepan obat dengan nama generik, persentase peresepan obat sesuai dengan DPHO, persentase peresepan obat sesuai dengan DOEN, persentase peresepan sesuai dengan SPM, rata-rata biaya per resep. Sedangkan variabel terikat (dependent variabel) yaitu pola penggunaan obat dan biaya pengobatan peserta Askes..