BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I PENDAHULUAN. umum tanpa menyertakan orang-orang yang menjadi sasaran usaha-usaha organisasi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

BAB V PENUTUP Kesimpulan

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN ANGKATAN PERANG. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 3. (3/1948) Peraturan tentang susunan Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

BAB V PENUTUP. Undang Undang Nomor 7 tahun 1946 tentang peraturan tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERHENTIAN MILITER SUKARELA DARI DINAS TENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GAJI ANGGOTA ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1977 tanggal 29 Maret 1977

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

KEPPRES 127/1999, PEMBETUKAN KOMISI PEMERIKSA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMERIKSA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA

(1) PENCERMATAN DAN PERNYATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL TNI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH POLISI NEGARA(SPN) PADANG BESI

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Reorganisasi dan Rasionalisasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) 1948-1950: Dari Pembentukan Komisi Reorganisasi (KRAL) hingga Terbentuknya Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: Kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi angkatan bersenjata dan seluruh aparat negara yang dikeluarkan oleh Hatta pada tahun 1948 pada dasarnya adalah untuk mengefisiensikan jumlah tentara yang ada di Indonesia. Kebijakan ini mulai resmi diberlakukan setelah Soekarno mengeluarkan Penetapan Presiden No. 1 tanggal 2 Januari 1948. Dalam lingkungan TNI-AL, implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan membentuk suatu organisasi yang bernama Komisi Reorganisasi ALRI (KRAL) serta mengangkat Kolonel R. Soebijakto sebagai ketuanya. Kehadiran KRAL ini mempunyai beberapa pengaruh penting dalam perkembangan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) atau yang sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL). Salah satu pengaruh terbesar dari keberadaan KRAL ini adalah berkurangnya konflik internal. Dalam sejarah perkembangan ALRI, konflik ini memang tidak bisa

123 dipisahkan. Konflik ini terjadi antara Marine Keamanan Rakyat (MKR) dengan ALRI. Dampak dari konflik tersebut adalah muncul dualisme komando dalam tubuh ALRI. Langkah awal untuk memecahkan konflik ini adalah melalui Keputusan Presiden No. 97A-47 tanggal 28 Juli, atas usul Dewan Angkatan Laut telah dibentuk Pucuk Pimpinan ALRI (PP ALRI). Pada kenyataannya, kondisi yang kacau ini belum mampu terselesaikan, hingga dibentuknya KRAL. Salah satu kebijakan yang dilakukan ketika terjadi Reorganisasi dan Rasionalisasi ALRI ini adalah menghidupkan kembali unsur infanteri ALRI, yang bernama KKO-AL. Pada tanggal 9 Oktober 1948 Menteri Pertahanan dengan surat keputusan No. A 565/1948 menetapkan adanya Korps Komando di dalam lingkungan ALRI. Dengan kehadiran Corps Mariniers yang berganti nama menjadi Korps Komando ini diharapkan agar kondisi militer Indonesia semakin kuat, khususnya melihat kondisi Indonesia yang pada saat itu sedang mengalami Agresi Militer oleh Belanda. Untuk meningkatkan profesionalismenya, pada tahun 1950 Selection Board mengadakan seleksi calon personil KKO-AL. Penambahan wawasan dalam bidang kemiliteran dilakukan dengan mengadakan kursus tambahan bagi semua perwira, bintara dan tamtama yang akan dilakukan di dalam maupun luar negeri. Pusat Pendidikan KKO-AL juga didirikan pada masa itu. Reorganisasi dan Rasionalisasi dalam Angkatan Laut ini hanya berhasil dilaksanakan di Jawa saja, hal ini dikarenakan beberapa hambatan yang ada. Hambatan tersebut, antara lain:

124 1. Terjadinya pemberontakan-pemberontakan dalam negeri yang melibatkan beberapa personil TNI-AL Peristiwa yang melibatkan beberapa personil ALRI adalah Peristiwa Madiun 1948. Keterlibatan beberapa mantan personilnya yang merasa kecewa terhadap hasil keputusan dari Komisi Reorganisasi memang dinilai sebagai penghambat terjadinya proses RERA TNI-AL. 2. Agresi Militer Belanda II Agresi Militer Belanda II menyebabkan konsentrasi ALRI dalam melaksanakan RERA terpecah. Akibat dari Agresi Belanda ini Markas Besar ALRI yang semula berkedudukan di Yogyakarta terpaksa dipindahkan ke Aceh. Ternyata diadakannya Reorganisasi dan Rasionalisi TNI-AL berdampak terhadap dinamika politik nasional. Dampak yang ditimbulkan dari RERA TNI- AL ini adalah meletusnya Peristiwa Madiun 1948. Peristiwa ini berawal dari kekecewaan beberapa pihak akibat kebijakan yang dikeluarkan oleh KRAL. Beberapa pihak ALRI yang terlibat adalah Atmadji, Katamhadi, Ahmad Jadao serta anggota Front Demokrasi Rakyat (FDR). Berkat kerja sama komponen ALRI dengan beberapa pihak Angkatan Darat, pemberontakan ini dapat diredam. Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, sebenarnya ada satu benang merah yang tidak bisa dipisahkan dari keempat kesimpulan tersebut. Hal yang dimaksudkan adalah bahwa inti dari dikeluarkannya kebijakan RERA ini adalah untuk membuat militer Indonesia menjadi lebih kuat dan profesional. Kehadiran sosok tentara seperti itulah yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia untuk menjaga

125 kedaulatan negaranya. Ketika negara sudah memiliki tentara yang kuat dan profesional, kehadiran tentara bayaran akan sangat tidak diperlukan. Terlebih jika kita melihat pendapat Machiavelli yang menyebutkan dampak suatu negara apabila menggunakan tentara bayaran. Penulis menyadari bahwa masih terdapat beberapa hal dari penelitian tentang RERA TNI-AL ini yang perlu diteliti lebih lanjut, antara lain mengenai keterlibatan Atmadji dalam peristiwa Madiun 1948. Penjelasan mengenai permasalahan tersebut dalam skripsi ini memang kurang dibahas secara rinci, hal tersebut dikarenakan kurangnya sumber atau data yang membahas mengenai tentang keterlibatan Atmadji dalam peristiwa Madiun 1948 berhubungan dengan dampak RERA terhadap dinamika politik nasional. Selain itu, pada penelitian skripsi ini tidak terlalu fokus membahas tentang keterlibatan Atmadji dalam peristiwa Madiun 1948. Menurut penulis, hal tersebut akan sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian tentang RERA TNI-AL. Hal ini juga sesuai dengan sifat keilmuan yang terus berkembang. Untuk itu, pada masa yang akan datang penulis mengharapkan perlu adanya pengembangan penelitian tentang RERA TNI-AL, khususnya yang membahas tentang keterlibatan Atmadji dalam peristiwa Madiun 1948 sebagai dampak dari adanya RERA TNI-AL. 5.2. Saran Salah satu kegunaan sejarah adalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif menurut Notosusanto (Supardan, 2008: 309) adalah sejarah membawa dan

126 mengajarkan kebijaksanaan atau kearifan-kearifan. Beberapa peristiwa yang terjadi selama proses Reorganisasi dan Rasionalisasi TNI-AL 1948-1950 sebenarnya dapat memberikan kepada kita suatu pelajaran penting. Pelajaran yang dapat kita ambil adalah bahwa kita harus menyikapi segala macam perubahan kebijakan dengan arif dan profesional, bukan malah menyikapi segala perubahan kebijakan dengan memunculkan konflik dikemudian hari. Apa yang dilakukan Atmadji dan kawan-kawan telah memberikan pelajaran nyata kepada kita bahwa ketika suatu kebijakan ditanggapi dengan negatif (yang berdampak kepada konflik), maka kerugian yang akan diperoleh. Kontribusi positif yang diberikan Atmadji selama memimpin MKR, hilang ketika beliau memilih untuk meninggalkan kesatuan yang telah membesarkan namanya (Tentara Laut). Seandainya Atmadji mampu menanggapi kebijakan yang dikeluarkan oleh KRAL dengan bijak dan profesional, maka bukan tidak mungkin beliau menjadi orang yang akan selalu dikenang jasa dan baktinya dalam sejarah kemiliteran di Indonesia. Pelajaran selanjutnya yang diperoleh dari RERA ini adalah tentang bagaimana cara membentuk tentara yang kuat dan profesional. Terdapat beberapa hal penting yang harus diprioritaskan untuk membentuk tentara menjadi kuat dan profesional, yakni: 1. Menjaga solidaritas dikalangan tentara Solidaritas dikalangan tentara memang perlu diperhatikan agar tidak terjadi konflik di dalam intern kesatuan tentara tersebut. Dengan

127 munculnya konflik internal, akan menyebabkan solidaritas antar tentara terpecah. 2. Membuat suatu kurikulum pendidikan tentara yang profesional Kurikulum pendidikan tentara memang penting, dari sinilah tentara akan mendapatkan pengetahuan mengenai persenjataan, wawasan kemiliteran dan pendidikan profesional dalam hal ketentaraan.