BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anisa Lestari, 2013

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menempati tempat yang penting dalam pembangunan bangsa

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL NASYID KAB. BANDUNG 2015 A. KETENTUAN PESERTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 yaitu : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Kabupaten Bandung yang merupakan bagian integral dari sistem

BAB I PENDAHULLUAN A.

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

2014 PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono, (2008

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jantes, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

BAB I PENDAHULUAN. Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan pendidikan yang bermutu bagi warga negaranya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya manusia yang memiliki peran sentral dalam. menentukan output pendidikan. Peran sentral tersebut terkait dengan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dini Syamsiah,2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

2016 PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH D AN IKLIM KERJA TERHAD AP PROD UKTIVITAS SEKOLAH D I SMP KOTA MATARAM NTB

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dengan urgensi

BAB I PENDAHULUAN. baru memusatkan perhatianya kepada investasi sumber daya manusia yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No 32 tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik (Komariah dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

KONSEP DASAR DAPODIK EMPAT BAGIAN PENTING KONSEP DASAR DAPODIK

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Agar proses

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya yang kontinyu kearah pencapaian dan peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman adalah sesuatu yang urgen, karena pendidikan tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mempunyai tugas membentuk manusia-manusia pendidikan menjadi Sumber Daya Manusia masa kini dan masa depan yang memiliki kompetensi yang komprehensif (intelektual, moral, spiritual, dan ketrampilan) agar dapat beradaftif dan kompetitif untuk dapat bertahan hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara saat ini dan masa depan. Hal ini merupakan tantangan bagi seluruh satuan pendidikan formal, maupun non formal untuk melakukan upaya pengelolaan pendidikan secara terencana, tertata, sistematis dan strategis untuk mencapai efektivitas, efisiensi, dan produktivitas pendidikan. Sesuai dengan pendapat Engkoswara (2011: 48), maka pendidikan harus di administrasikan, artinya dikelola sesuai dengan ilmu administrasi. Ilmu administrasi yang dimaksud adalah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya yaitu manusia, kurikulum atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan penciptaan suasana yang baik bagi manusia yang disepakati. Dari uraian ini jelas terlihat bahwa administarsi pendidikan sangat penting dipelajari, dipahami dan diaplikasikan secara benar dan tepat oleh praktisi pendidikan dalam upaya pengelolaan pencapaian satuan pendidikan yang bermutu. Sekolah Dasar sebagai satuan pendidikan formal sangat urgen keberadaannya dikarenakan: Pertama, merupakan periode peralihan dari pendidikan informal (keluarga) ke pendidikan formal yang memiliki karakteristik dan latar belakang aspek kehidupan siswa yang beragam, Kedua merupakan pondasi dasar (basic fundamental) dari semua jenjang persekolahan dan 1

2 pendidikan, dalam artian secara formal, seorang siswa tidak dapat melanjutkan kejenjang pendidikan SLTP dan selanjutnya bila belum mengikuti pendidikan dan lulus dari Sekolah Dasar, ketiga merupakan institusi tingkat dasar yang mempunyai tugas dan fungsi menghasilkan kualitas lulusan yang menguasai kompetensi dasar (intelektual, moral, perilaku, dan ketrampilan) untuk mampu melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya. Sekolah Dasar harus mampu memenuhi tugas dan tuntutan peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan kehidupan pada era globalisasi saat ini, maka seluruh Sekolah Dasar harus selalu berupaya mewujudkan pencapaian keberhasilan sekolah dengan memberdayakan dan memfungsinya potensi seluruh komponen pendidikan beserta sumber daya sekolahnya untuk menjadikan sekolahnya efektif dan bermutu tinggi. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk pencapaian mutu sekolah adalah dengan melakukan upaya peningkatan efektivitas sekolah. Pengelolaan efektivitas sekolah sangat penting dilakukan di organisasi sekolah. Sekolah merupakan organisasi dengan sistem sosial terbuka, maka pengelolaan pendidikan mengharuskan adanya kesesuaian, keserasian, ketepatan, dan keterpaduan dari seluruh komponen sekolah melalui sistem input, proses, dan output. Konsep efektivitas sekolah dapat kita telaah dari pendapat Jaap Scheerens (2003: 8), yaitu predikat untuk sekolah yang telah mencapai tujuannya, dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain yang setara, menurut jumlah siswa yang diterima (student-intake) dengan jalan memanipulasi kondisi-kondisi tertentu yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri atau karena konteks yang melingkupi sekolah tersebut. Efektivitas sekolah merujuk pula pada pemberdayaan semua komponen sekolah (kepala sekolah, guru, staf kependidikan, kurikulum, sarana prasarana, sumber belajar, dll) sebagai organisasi tempat belajar berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam struktur program dengan tujuan agar siswa

3 belajar dan mencapai hasil yang telah ditetapkan, yaitu memiliki kompetensi (Komariah dan Triatna, 2008: 35). Dalam konteks sekolah sebagai sistem terbuka, yakni memiliki komponen input, proses, dan output yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait, membutuhkan, mempengaruhi, dan menentukan. Maka pendekatan sistem input, proses, dan output (IPO) ini dapat dijadikan indikator keefektivitasan sekolah, seperti berikut ini. Hoy dan Miskel (2008: 296-297) mengatakan bahwa : Effectiveness indicators can be derived for each phase of the opensystem cycle : inputs (human and financial resources), transformations (internal processes and structures), and outputs (performance outcomes). At one time or another, virtually every input, transformation, or outcome variable has been used as an indicator of organizational effectiveness. Consequently, the social-system model can serve as a theoretical guide to advance our understanding of school effectiveness and to assess the actions necessary to promote school effectiveness. Yang maksudnya adalah indikator efektivitas sekolah dapat digunakan dari fase siklus sistem terbuka yaitu: (1) input (SDM dan keuangan), (2) transformasion (proses internal dan struktur), dan (3) output (hasil kinerja). Sehingga model sistem sosial dapat berfungsi sebagai panduan teoritis tentang efektivitas sekolah dan menilai tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sekolah). Selanjutnya Scheerens (2003: 39) menjelaskan bahwa dari berbagai hasil riset awal para ahli diberbagai negara, diantaranya Purkey dan Smith (1983), Scheerens (1992), Cremers (1994), Levine dan Lezotte (1990), Sammons et al. (1995) mengenai efektivitas sekolah, dinyatakan: ada lima faktor efektivitas Sekolah Dasar yakni: (1) kepemimpinan pendidikan yang kuat, (2) penekanan pada perolehan ketrampilan dasar, (3) lingkungan yang rapi dan aman, (4) harapan pencapaian murid yang tinggi, dan (5) penilaian tentang kemajuan murid. Begitu pula dengan banyaknya hasil penelitian terdahulu dalam konteks di Indonesia tentang efektivitas sekolah, walau dengan lingkup persekolahan bukan Sekolah Dasar dinyatakan bahwa efektivitas sekolah sangat penting untuk selalu

4 diperhatikan dan diupayakan secara efektif untuk pencapaian sekolah efektif dan bermutu, karena banyak faktor yang mempengaruhi dalam meningkatkan efektivitas sekolah tersebut. Hal ini menjadi dasar keinginan penulis untuk melakukan penelitian. Dari fakta lapangan melalui studi observasi awal, penulis melihat gambaran faktual dan data otentik tingkat pengelolaan efektivitas sekolah di wilayah kerja penulis bertugas, yaitu di SDN di wilayah Kecamatan Katapang. Berikut ini hasil yang didapat dari hasil studi observasi tersebut: Tabel 1.1 Laporan Hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional SD/MI Tahun Ajaran 2011-2012 Kabupaten Bandung No Kecamatan Jml peserta B. Ind Mat IPA Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Majalaya Rancaekek Margahayu Nagreg Cikancung Cicalengka Dayeuh kolot Solokan jeruk Ciparay Katapang Cileunyi Baleendah Soreang Bojongsoang Paseh Pamengpeuk Ibun Cimenyan Pasir jambu Ciwidey Cilengkrang Arjasari Kutawaringin Margaasih Banjaran Pacet Rancabali Kertasari 3104 3322 2238 1055 1774 2320 2109 1615 2881 1854 2404 4145 1989 1595 2464 1281 1604 1598 1566 1416 714 1901 1723 1875 2230 1959 1038 1370 7.94 7.93 7.90 7.71 7.86 7.84 7.83 7.73 7.92 7.76 7.71 7.74 7.72 7.62 7.55 7.61 7.37 7.37 7.39 7.24 7.09 7.28 7.30 7.10 7.09 7.20 6.90 6.96 8.21 8.12 8.18 8.20 7.87 7.85 7.86 7.91 7.75 7.77 7.67 7.75 7.79 7.78 7.59 7.54 7.43 7.41 7.40 7.43 7.21 7.16 7.23 7.20 6.81 6.82 6.74 6.63 7.89 7.93 7.89 7.87 8.00 7.89 7.87 7.86 7.68 7.68 7.83 7.69 7.67 7.53 7.56 7.56 7.65 7.41 7.39 7.33 7.61 7.04 6.95 7.05 7.17 6.82 6.76 6.58 24.04 23.98 23.97 23.78 23.73 23.58 23.56 23.50 23.35 23.21 23.21 23.18 23.18 33.93 22.90 22.71 22.45 22.19 22.18 22.00 21.91 21.48 21.48 21.35 21.07 20.84 20.40 20.17

5 29 30 31 Pangalengan Cimaung Cangkuang 2932 1457 1106 6.88 6.85 6.67 6.31 6.07 6.00 6.41 6.32 6.20 19.60 19.24 18.87 Jumlah 60639 231,09 229,69 229,09 701,04 Rata-rata 1956 7,45 7,41 7,39 22,61 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, 2012 Berikut juga data dari UPTD Kecamatan Katapang tentang Sekolah Dasar Negeri di wilayah Kecamatan Katapang, seperti tabel berikut ini. Tabel 1.2 Data Keadaan SDN di Kecamatan Katapang NO Nama SD JMLH JMLH JMLH NILAI KS+GR SSW ROMBEL AKRDTS 1 Arjasari Barat I 13 424 6 B 2 Babakan Sondari I 12 318 12 B 3 Babakan Sondari II 17 531 12 A 4 Ciborerang I 11 316 8 A 5 Ciborerang II 15 344 12 B 6 Cijagra I 13 267 8 B 7 Cijagra II 9 84 6 B 8 Cilampeni I 21 625 17 A 9 Cilampeni II 18 488 12 A 10 Cilampeni III 11 286 6 A 11 Juntigirang I 15 423 10 A 12 Juntigirang II 15 490 16 B 13 Juntigirang III 10 168 6 B 14 Juntigirang IV 8 217 6 B 15 Juntihilir I 13 427 12 A 16 Juntihilir II 10 323 7 B 17 Juntihilir IV 14 520 12 A 18 Katapang 9 214 6 B 19 Kiaraenyeuh 12 287 8 B 20 Muaraciwidey 15 462 15 B 21 Pangauban I 13 513 12 B 22 Pangauban II 16 528 13 B 23 Sekepeuris I 13 403 11 B 24 Sekepeuris II 13 479 12 A 25 Sukamukti I 11 300 7 B

6 26 Sukamukti II 12 328 11 B 27 Sukanagara I 12 370 11 B 28 Sukanagara II 9 279 8 B 29 Wates I 11 312 11 B 30 Wates II 10 287 8 B Jumlah 381 11.013 301 Rata-rata 13 367 10 Sumber : UPTD TK/SD Kecamatan Katapang, 2012 Dari tabel 1.1 dan 1.2, teridentifikasi bahwa pengelolaan efektivitas sekolah dan pengembangan untuk menjadi sekolah efektif, secara keseluruhan menunjukan belum optimal, karena menurut Hoy et al. (2008: 296-301) indikator output keberhasilan sekolah, diantaranya adalah prestasi siswa/sekolah, tingkat kelulusan, dan kepuasan kerja. Di SDN wilayah Kecamatan Katapang tingkat kelulusan secara kualitas (nilai rata-rata UN masih dalam posisi ke-10 dari 31 Kecamatan se-kabupaten Bandung) dan kuantitas (jumlah kelulusan 1854 siswa masih dibawah rata-rata kelulusan siswa se- Kabupaten Bandung yang berjumlah 1956, dan jumlah SDN yang terakreditasi A baru berjumlah 9 SDN (30%), 21 SDN masih bernilai B (70%). Terdapat juga beberapa indikasi yang terlihat ketika observasi awal melalui studi dokumentasi dan wawancara dengan kepala sekolah serta pengawas didapat informasi bahwa masih terdapat beberapa kondisi yang berhubungan dengan pengelolaan efektivitas sekolah di SDN Kecamatan Katapang seperti berikut : masih ada sekolah yang merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah belum jelas dan terfokus pada peningkatan kegiatan pembelajaran. masih ada kepala sekolah yang belum optimal menjalankan peran kepemimpinan yang memfokuskan program instruksional sekolah secara inovatif, masih secara tradisional. masih belum intensifnya kegiatan pembinaan dan pengembangan profesional guru yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas baik di tingkat sekolah, gugus, kecamatan maupun tingkat kabupaten.

7 masih terlihat nuansa di beberapa sekolah yang lingkungan sekolahnya belum kondusif (aman, nyaman, dan harmonis) untuk mendukung proses belajar mengajar. Dari beberapa indikasi tersebut, penulis menduga hal ini disebabkan dari beberapa faktor yang belum diterapkan secara optimal, diantaranya faktor peran kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah. Kedua faktor ini yang diduga karena ada asumsi bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penggerak organisasi sekolah (kemudi sekolah) dan faktor penentu dari efektif tidaknya suatu sekolah, hal ini diperkuat oleh beberapa pendapat dari pakar. Hampir semua pakar sekolah efektif mengekplisitkan kepemimpinan sebagai ciri penting sekolah efektif berdasar hasil riset, diantaranya: (1) Edmonds (Sagala, 2010: 90) memberi gambaran bahwa: faktor kepala sekolah memberi kontribusi yang signifikan terhadap apakah sekolah itu efektif atau tidak, dan (2) Razik dan Swanson (Sutisno, 2013: 24), mengatakan bahwa : kepemimpinan merupakan hal yang pokok untuk mengembangkan dan mengefektifkan sekolah. Sebagai pemimpin di sekolah kepala sekolah adalah seorang yang menentukan pusat dan irama suatu sekolah. Kepala sekolah juga merupakan suatu kekuatan yang efektif di dalam pengelolaan sekolah, berperan dan bertanggung jawab dalam menghadapi perubahan. Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap efektivitas sekolah selain kepemimpinan kepala sekolah adalah iklim sekolah yang kondusif. Iklim sekolah menurut Hoy dan Miskel (2008: 189) adalah School climate is a broad term that refer to teacher s perception of the general work environment of school. Begitu pula pendapat Razik & Swanson (Suharsaputra, 2010: 79) yaitu Climate is viewed as both a medium and an outcome of interaction. Hal ini berarti bahwa iklim sekolah merupakan persepsi para guru terhadap lingkungan kerjanya secara umum yang dipersepsi bersama dan berinteraksi serta mempengaruhi sikap dan perilaku kerja semua anggota organisasi. Iklim yang sehat dan kondusif diharapkan dapat menunjang kegiatan proses pendidikan di sekolah.

8 Berbicara iklim sekolah, maka terkait erat dengan peran kepala sekolah sebagai kepemimpinan instruksional (memfokuskan pada program belajar dan pembelajaran serta penciptaan lingkungan akademis yang kondusif) sehingga menimbulkan perasaan tenang, nyaman, dan pembangkit motivasi bagi seluruh warga sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara produktif yang akan berkontribusi positif dalam upaya efektivitas sekolah. Iklim sekolah yang baik dapat ditumbuh kembangkan melalui gaya kepemimpinan kepala sekolah, serta kerjasama aktif dengan para guru, staf kependidikan, komite sekolah, dan orang tua siswa. Maka perwujudan iklim yang kondusif dan peran kepemimpinan instruksional kepala sekolah merupakan elemen penting dari komponen efektivitas sekolah atau keefektifan sekolah. Dari telaah data empiris dikomparasikan dengan teori efektivitas sekolah dan berbagai hasil riset para ahli, penulis melihat adanya kesenjangan antara yang seharusnya terujud dengan kondisi yang terlihat saat ini. Sehingga bila hal ini dibiarkan saja tanpa dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan pengelolaan efektivitas sekolah akan berdampak tidak maksimal dalam pencapaian tujuan sekolah-sekolah tersebut, dan pada akhirnya akan berdampak pada pencapaian mutu pendidikan sesuai harapan dan tuntutan masyarakat saat ini dan beradaftif serta kompetitif untuk masa depan akan jauh dari harapan masyarakat dan negara. Karena hal inilah, maka penulis berkeinginan melakukan pengamatan dan penelitian lebih efektif terhadap sudah sejauhmana tingkat pencapaian pengelolaan efektivitas sekolah di SDN Kecamatan Katapang, seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas sekolah, serta adanya alasan bahwa dari banyaknya penelitian tentang institusi Sekolah Dasar, belum banyak yang meneliti tentang efektivitas sekolah, lebih banyak baru terfokus pada efektivitas pembelajaran kelas saja, yang berhubungan dengan strategi belajar mengajar, metode pengajaran, dan media pembelajaran. Dari dasar tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul sebagai berikut Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Efektivitas Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang.

9 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, inti kajian ini adalah efektivitas sekolah. Banyak hal yang mempengaruhi efektivitas sekolah, berdasarkan pendapat banyak ahli dari hasil penelitian empirisnya, antara lain Edmons (1979), Orstein & Livine (1989), Purkey & Smith (1983), Davis & Thomas (1989), Taylor (1990), Mortimore (1991), N. Hatton (1992), Scheerens & Bosker (1997), serta Joyce, et al (1999), yang antara lain adalah tujuan, visi, dan orientasi, harapan yang tinggi, kepemimpinan pendidikan (salah satunya instruksional), manajemen sekolah, konsensus, kohesi antar staf, kegiatan akademik, lingkungan sekolah, iklim sekolah, ekspektasi guru dan siswa, pemantauan kemajuan siswa, potensi evaluatif, kemitraan, hubungan orangtua dan masyarakat, prestasi atau keberhasilan siswa dan sekolah. Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas sekolah digambarkan pada gambar berikut ini: Tujuan yang jelas Prestasi siswa / sekolah Kemitraan Ekspektasi guru dan siswa Komitmen SDM Pengajaran terstruktur Kepemimpinan instruksional EFEKTIVITAS SEKOLAH Harapan tinggi Manajemen sekolah kegiatan akademik Iklim Sekolah Kualitas kurikulum Pemantauan prestasi Kohesi Pengembangan staf Penguatan yang positif Potensi evaluatif Konsesus Gambar 1.1 Faktor yang Ikut Mempengaruhi Efektivitas Sekolah

10 Sumber : Diambil dari berbagai sumber dan Hasil Penelitian (Edmons (1979), Orstein & Livine (1989), Purkey & Smith (1983), Davis & Thomas (1989), Taylor (1990), Mortimore (1991), N. Hatton 1992), Scheerens & Bosker (1997), serta Joyce, et al (1999) Menelaah dari latar belakang dan identifikasi masalah, secara operasional, permasalahan ini hanya dibatasi kepada faktor kepemimpinan instruksional kepala sekolah yaitu peran kepemimpinan kepala sekolah yang memfokuskan pada program kegiatan belajar dan pembelajaran dan pengembangannya baik kurikulum, staf pendidik dan kependidikan serta penciptaan lingkungan akademis (sebagai variabel independen ke-1), serta iklim sekolah yaitu persepsi dan perasaan warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa) terhadap kualitas lingkungan sekolah tempat mereka berinteraksi dalam melakukan kinerja mereka (sebagai variabel independen ke-2). Pemilihan kedua variabel ini dengan beberapa alasan: Pertama; faktor kepemimpinan selalu menjadi faktor dari setiap hasil riset banyak ahli. Kedua; kepemimpinan kepala sekolah merupakan motor penggerak kegiatan sekolah dan penentu keberhasilan sekolah mencapai tujuan yang diharapkan. Ketiga; dengan kepemimpinan instruksional yang diterapkan oleh kepala sekolah maka tujuan serta program yang dikembangkan sekolah terfokus pada pengelolaan kegiatan belajar dan mengajar yang merupakan fungsi pokok sekolah sebagai tempat belajar yang paling baik dan penciptaan lingkungan akademis, keempat; adalah proses kegiatan belajar dan mengajar akan berjalan lancar jika berada dalam lingkungan atau iklim sekolah yang kondusif, yang meliputi persepsi dan hubungan interaksi antara kepala sekolah dan guru, guru dengan sesama kolega, dan kepala sekolah beserta guru dengan siswa dan orangtua terjalin serasi, selaras, dan saling mendukung, dan kelima; kedua faktor ini yang terindikasi terlihat mempengaruhi pengelolaan efektivitas sekolah di SDN Kecamatan Katapang. Maka didapat rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah dalam upaya efektivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang. Rumusan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

11 1. Bagaimana gambaran kepemimpinan instruksional Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang? 2. Bagaimana gambaran iklim sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang? 3. Bagaimana gambaran efektivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang? 4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional Kepala Sekolah terhadap efektivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang? 5. Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang? 6. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional Kepala Sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap efektivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui gambaran kepemimpinan instruksional Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang. 2. Mengetahui gambaran iklim sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang. 3. Mengetahui gambaran efektivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang. 4. Menganalisis besaran pengaruh kepemimpinan instruksional Kepala Sekolah terhadap efektivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang. 5. Menganalisis besaran pengaruh iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang.

12 6. Menganalisis besaran pengaruh kepemimpinan instruksional Kepala Sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap efektivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Katapang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik bagi pihak peneliti maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan, secara teoritis maupun praktis 1. Manfaat secara teoritis a. Memperkaya kajian praktik bidang efektivitas sekolah, dalam data empiris yang berbeda bagi kepentingan akademik dalam bidang ilmu administrasi pendidikan b. Dapat memperkaya pola dan strategi peningkatan efektivitas sekolah di tingkat satuan pendidikan khususnya Sekolah Dasar. 2. Manfaat secara praktis a. Bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan, dan kemampuan menganalisis kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah serta efektivitas sekolah b. Sebagai bahan masukan informasi bagi para stakeholder pendidikan khususnya di lembaga institusional (sekolah) di Kecamatan Katapang dalam melakukan keefektivitasan sekolah menuju pencapaian sekolah efektif. E. Struktur Organisasi Tesis Penulisan tesis ini terdiri atas lima Bab. Bab Satu tentang pendahuluan, yang didalamnya berisi uraian latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis. Bab Dua tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Isi dari bab ini adalah konsep-konsep/teori-teori/model-model bidang utama dan turunannya yang dikaji, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan

13 bidang yang diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian. Bab Tiga tentang metedologi penelitian, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang mencakup komponen-komponen lokasi dan subyek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi dari pemilihan lokasi serta penggunaan sampel, desain dan metode penelitian, drefinisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, prose pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. Bab Empat tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menhasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi pembahasan atau analisis temuan. Bab Lima tentang simpulan dan saran, berisi tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, serta saran atau rekomendasi yang dapat ditunjukkan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian, dan kepada peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian dalam kajian yang sama.