BAB I PENDAHULUAN. menyangkut ranah afektif (ruhiyah), kognitif ( aqliyah) maupun psikomotorik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, (Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang Press, 1990), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan berencana, diluar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi salah satu cita-cita dari

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisahkan dengan

BAB IV ANALISIS. selama manusia ada, maka selama itu pula persoalan pendidikan ditelaah dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan segala potensi dan bakat yang terpendam dapat ditumbuhkembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

BAB I PENDAHULUAN. Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm Fathul Mu in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan

SATUAN ACARA PENGAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh pihak-pihak yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

IMPLEMENTASI METODE MUWAHHADAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENERJEMAH AL-QUR'AN (Studi Kasus di SMP Al-Hikmah Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari tugas manusia untuk menumbuh dan. khususnya dalam pendidikan Islam. Usaha-usaha tersebut dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang ia miliki, baik secara vertikal (hablumminallah) maupun secara horisontal

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia pertama, sebagaimana al-qur an menyatakan. berkembang sesuai dengan kondisi dan konteks lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya pendidikan di negara itu. Pendidikan dalam pengertiannya yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. beragam mengatur pada standar nasional pendidkan untuk menjamin. prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. Ciputat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia,

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan

MENOROPONG PENDIDIKAN ISLAM (Analisis Hakikat, Tugas, Serta Tujuannya). Bulu STAIN Palopo

BAB I PENDAHULUAN. jalan bagi pertumbuhannya dalam segala aspek spritual, imajinatif (kreativitas),

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang sengaja dilakukan untuk mengaktualisasikan segala potensi yang ada pada diri peserta didik, baik yang menyangkut ranah afektif (ruhiyah), kognitif ( aqliyah) maupun psikomotorik (jasadiyah). Pendidikan juga merupakan proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. 1 Pendidikan dalam Islam memberikan norma obyektif yang bersumber pada Al-Qurān dan Hadis. Al-Qurān sebagai sumber pedoman bagi umat Islam mengandung nilai-nilai yang membudayakan manusia. Begitu pula dengan nilai yang berkaitan dengan pendidikan, hampir dua pertiga ayat-ayat dalam Al Qurān mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia. 2 Salah satu hal yang disebutkan dalam Al Qurān adalah tentang tujuan pendidikan Islam. Tujuan akhir dari pendidikan Islam pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam, sebagaimana disebutkan dalam al-qur'ān surat Al-Anbiyā' [21] ayat 107: و ا و و ا و ر و ر و واا إا ل ا و ر و ةا إ ر و و إ 1 Omar Mohammad At-Toumi As-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h 399. 2 M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 33. 1

2 Ayat tersebut mengandung hakikat tentang misi Islam, yaitu membawa kesejahteraan manusia di dunia maupun di akhirat. Jika ayat tersebut dikaitkan dengan pendidikan, maka dapat dipahami bahwa pendidikan berorientasi untuk melahirkan generasi yang mampu melaksanakan misi rahmatan li al- alamin dan menjadi agen perubahan sosial. Ciri dari pendidikan Islam yaitu perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, maka dengan kata lain, pendidikan Islam itu merupakan upaya sadar dalam rangka pembentukan kepribadian muslim. 3 Di sini dapat dipahami bahwa tugas pendidikan pada umumnya termasuk pendidikan Islam pada khususnya adalah untuk membantu peserta didik agar memiliki sifatsifat kepribadian yang unggul dan kemampuan untuk mewujudkan diri menjadi sosok yang sampai pada puncak piramid manusia. Sosok manusia tersebut unggul dalam kehidupan material, sosial dan unggul pula dalam kehidupan spiritual berdasarkan ajaran agama Islam. Ketiga keunggulan tersebut bersifat saling menunjang, sehingga mampu mewujudkan kehidupan yang selamat, bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat. 4 Dengan demikian, produksi ideal yang seharusnya dicapai oleh lembaga pendidikan adalah manusia-manusia yang mempunyai kesiapan untuk mencapai karakteristik cendekiawan atau intelektual. Realita yang terjadi saat ini, ternyata kejahatan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai, justru banyak dilakukan oleh penjahat kerah putih, yaitu kaum atau golongan yang notabenenya adalah kaum yang seharusnya memberikan teladan kepada masyarakat luas. Tindakan yang merugikan masyarakat luas ini 3 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 28. 4 Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 329.

3 merupakan kejahatan yang dilakukan oleh golongan yang terpelajar, terdidik, para pengusaha, para pejabat dalam menjalankan peran dan fungsinya. Bahkan kejahatan kerah putih ini lebih berbahaya daripada yang dilakukan oleh kaum kerah biru, yang merupakan golongan yang menempati strata rendah, kaum kurang terdididik, kurang terpelajar. 5 Hal ini menunjukkan salah satu kegagalan pendidikan dalam menghasilkan produksi dan hasil yang berkualitas. Bertolak dari realita tersebut, maka pendidikan secara umum dan khususnya pendidikan Islam seharusnya mampu menghasilkan produksi dan yang mampu mengemban misi rahmatan li al- alamin. Karakteristik cendekiawan muslim yang dianggap kompeten membangun masyarakat yang berperadaban tersebut dalam Al Qur'ān disebut sebagai ulul albab. Kata yang paling tepat untuk dirujuk dalam konteks makna dan tugas cendekiwan muslim dewasa ini adalah ulul albab, sebab dalam kata ulul albab itulah kombinasi antara ulamā` dan pemikir itu terlihat dengan jelas. Kata ulul albab merupakan sebuah konsep yang penting dalam al- Qurān berkaitan dengan hakikat sosial keberagamaan Islam. 6 Kata ini disebutkan dalam teks al-qur an sebanyak 16 kali di beberapa tempat dan topik yang berbeda, yaitu: a) QS. Al-Baqarah [179-197-269] b) QS. Ali Imran [7-190], c) QS. Al-Maidah [100], 5 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 409-411. 6 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-qur'ān: Tafsīr Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 550.

4 d) QS. Yusuf [111], e) QS. Ar-Ra d [19], f) QS. Ibrahim: [52], g) QS. Shad [43], h) QS. Az-Zumar [9-18-21], i) QS. Al-Mu min [54], j) QS.Al-Thalaq[10]. 7 Namun yang penulis teliti hanya 5 yaitu: a) Q.S. Ali imran [190] b) Q.S. Az-zumar [18] c) Q.S. Ar-Ra d [19] d) Q.S. Al-Baqarah [197 e) Q.S. At-Thalaq [10] Ulul albab inilah yang nantinya menjadi sebuah produksi sekaligus hasil pendidikan, mengingat kegagalan-kegagalan pendidikan yang telah disebutkan di atas. Ulul albab dipahami sebagai seorang muslim yang beriman, memiliki wawasan keilmuan, mengamalkan ilmunya dan memperjuangkan gagasangagasannya sampai terwujud suatu tata sosial yang diridhai Allāh Swt. 8 Batasan ini nampak terlalu ideal, tetapi karakteristiik ulul albab yang diharapkan menjadi produksi dan hasil ideal pendidikan memang demikianlah seharusnya. Wawasan keilmuan yang dimaksud sudah tentu yang Islami dan yang 7 Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-mu'jam al-mufahras li Alfadz al-qur'an al-karim (Beirut: Dar Al-Fikr, 1981), hal. 644. 8 Muslih Usa, (ed), Pendidikan Islam di Indonesia: antara Cita dan Fakta (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), hal 111.

5 harus dicari secara berkesinambungan sambil diamalkan dan diperjuangkan, sehingga secara keseluruhan memiliki kesadaran sami na wa ata nā kepada Allāh Swt. dalam proses tugas kecendekiawanannya. Jadi, target ideal yang harus dicapai oleh lembaga pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang mempunyai kesiapan untuk mencapai karakteristik ulul albab seperti yang dimaksud. produksi dan hasil pendidikan seperti inilah yang merupakan arah yang harus dituju agar kelak mampu mewujudkan peradaban Islam alternatif. 9 Apabila dicermati, gambaran produksi dan hasil pendidikan yang ditawarkan oleh Al Qurān, yang diharapkan mampu memunculkan peradaban Islām alternatif tersebut, selaras dengan apa yang telah dicanangkan oleh UNESCO tentang empat pilar pendidikan yaitu learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk mengerjakan), learning to be (belajar untuk menjadi) dan learning to live together (belajar untuk bisa hidup bersama dalam masyarakat). Menurut UNESCO, keluaran dari proses pendidikan merupakan pribadi utuh dengan keunggulan secara berimbang dalam aspek spiritual, sosial, intelektual, emosional dan fisikal. Di samping itu, juga pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan hidup secara seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, antara kehidupan pribadi dengan kehidupan bersama (sosial). 10 Akan tetapi, realitanya jika ditelusuri secara teliti, kiprah ulul albab ideal cendekiawan tersebut baru terwujud dalam jumlah yang sangat kecil sehingga tidak sebanding dengan jumlah umat dan lembaga pendidikan Islam yang ada. 9 Ibid, hlm. 112. 10 Abdul Madjid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 1-2.

6 Biasanya cendekiawan muslim yang sedikit ini memiliki keprihatinan yang mendalam mengenai keadaan umat yang semakin tidak menentu ini. Pernyataan terakhir merupakan pembeda utama eksistensi cendekiawan muslim dengan cendekiawan di luar mereka, yang cenderung meninggalkan umat karena menjadi penganut paham politik tertentu, berakrab-akrab dengan budaya barat sampai lebur identitas kemuslimannya. 11 Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa ulul albab merupakan sebuah produks/hasil ideal yang harus dicapai dalam pendidikan Islām. Kenyataannya, kian hari umat Islām semakin tertinggal jauh dari tuntutan zaman. Dengan kata lain, pendidikan belum berhasil menciptakan generasi yang berkualitas dalam bidangnya dengan karakteristik ulul albab, ulama` dan pemikir, karena kurang adanya kejelasan orientasi/ tujuan pendidikan. Selain itu, keluaran pendidikan dipahami hanya sebagai produksi, tidak sampai menyentuh wilayah hasil pendidikan. Padahal, tantangan pendidikan Islām di era modern ini sangatlah berat. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, apakah konsep ulul albab yang menjadi tawaran konseptual pendidikan perlu mendapatkan penafsiran yang lebih luas dan lebih jelas dalam dunia pendidikan. Kemudian, apakah ke depan pendidikan mampu mencetak produksi dan hasil tersebut; maka dari itu, perangkat seperti apa sajakah yang diperlukan untuk melahirkan generasi yang mampu melakukan transformasi sosial dan menciptakan civil society serta melaksanakan 11 Muslih Usa, (ed), Pendidikan Islam..., hlm. 112.

7 tugas-tugas kekhalifahan yang lain dalam rangka melaksanakan misi rahmatan li al- alamin. Untuk menjawab berbagai persoalan pendidikan di atas, maka penelitian tentang konsep ulul albab dalam Al Qurān dan implikasi terhadap pendidikan Islam ini, memfokuskan pembahasan pada pengkajian secara tematik (maudu i) terhadap teks-teks Al Qurān yang mengandung kata ulul albāb Langkah selanjutnya, dilakukan analisa untuk melihat bagaimana implikasi konsep tersebut terhadap pendidikan Islam saat ini, pembahasan akan dibingkai dalam kerangka pendidikan. Sehingga diharapkan dari penelitian ini, akan ditemukan adanya desain format pendidikan Qur'ani yang mampu menghasilkan produksi dan hasil pendidikan yang unggul dan berkualitas. Perlu dipahami, bahwa konsep adalah rancangan yang telah ada dalam pikiran; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. 12 Konsep yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah konsep ulul albab yang digali dari paradigma al-qur'ān dan dari konsep tersebut akan didesain format sebuah pendidikan Islam berorientasi ulul albab. B. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahan pemahaman dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan definisi operasional sebagai berikut: 2002), hlm. 456. 12 W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

8 1. Konsep Ulul Albab Seorang yang mempunyai otak yang berlapis-lapis dan sekaligus, memiliki perasaan yang peka terhadap sekitarnya. Kata cendekiawan adalah padanan katanya, yaitu sekelompok orang yang memiliki misi dan komitmen terhadap perubahan sosial dan mempunyai keberanian moral untuk membela dan mempertahankan kebenaran dan keadilan. Jadi Ulul albab yang penulis maksud adalah orang yang memiliki akal yang murni atau pemikir yang memiliki ketajaman berpikir, sehingga dapat menuangkan pemikirannya ke dalam dunia pendidikan dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. 2. Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran Islam. Itulah yang disebut dengan pendidikan Islam, atau pendidikan yang islami. 13 Jadi pendidikan islam yang penulis maksud adalah yang mencakup aspek yang ada di dalam pendidikan formal dan sesuai dengan ajaran agama islam. C. Rumusan Masalah Berpijak pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang akan dibahas. Adapun rumusan masalah tersebut adalah: 13 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 7-35.

9 1. Bagaimana konsep ulul albab dalam Al Qurān? 2. Bagaimana implikasi konsep ulul albab terhadap pendidikan Islam? D. Tujuan Penelitian Setelah memperhatikan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui konsep ulul albab dalam Al Qurān. 2. Mengidentifikasi implikasi konsep ulul albab terhadap pendidikan Islam. E. Signifikansi Penelitian. Selanjutnya, hasil dari studi ini diharapkan sekurang-kurangnya mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Dari aspek keilmuan, untuk memperluas dan memperdalam serta mengembangkan wawasan khazanah keilmuan dalam bidang tafsīr tarbawy, lebih spesifik memberikan kontribusi penjelasan tentang konsep ulul albab; memberikan desain pendidikan Islām berorientasi ulul albab; sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut. 2. Dari aspek terapan, dapat digunakan sebagai sumbangan bahan pertimbangan bagi pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan lembaga pendidikan Islam pada khususnya. F. Kajian Pustaka Pembahasan tentang ulul albab dipandang sangat perlu dan relevan untuk mempersiapkan generasi berkualitas dan menghasilkan produksi pendidikan yang mampu melakukan sebuah transformasi sosial. Tetapi cukup disayangkan, penelitian ilmiah tentang masalah ini belum banyak dilakukan. Beberapa kajian

10 yang telah terdahulu, dirasakan peneliti masih kurang begitu mendalam, apalagi tidak sampai menyentuh pada implikasi kependidikan. Setelah mengadakan penelitian kepustakaan, menurut pengamatan dan penelusuran terhadap karya ilmiah berupa skripsi di perpustakaan IAIN Antasari, judul Konsep Ulul Albab dalam Al-Qur'ān dan Implikasi terhadap Pendidikan Islam belum ada. Meskipun demikian, penulis menemukan beberapa tulisan yang telah membahas tentang ulul albab ataupun tentang intelektual muslim dalam Al Qurān. Berpijak dari uraian di atas, maka penelitian ini lebih memfokuskan pembahasan pada implikasi konsep ulul albab terhadap pendidikan Islam dengan sebelumnya mengkaji konsep ulul albab dalam al-qur'ān. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian dan pengkajian terdahulu (prior research on topic) tentang konsep ulul albab ini. Maka dari itu, diharapkan makna konsep yang ditemukan lebih utuh dan luas. Pertama, dalam menganalisa data hasil penelitian, digunakanlah pola berpikir sintetik-analitik yaitu pengkajian secara tematik (maudu i) terhadap teks-teks Al Qurān yang mengandung kata ulul albab. Kedua, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi maudu i (tematik), dan critical pedagogis, sehingga pembahasannya sampai menyentuh pada wilayah implikasi kependidikan. Kedua hal inilah yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Asumsi yang dibangun, dengan adanya kedua perbedaan ini, akan sangat memperjelas hasil penelitian ini dan membedakan dengan hasil penelitian terdahulu.

11 G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan interdisipliner. Dengan asumsi, bahwa ilmu tidak boleh terpisah dari obyek yang hendak diamatinya. Ilmu harus timbul sebagai solusi akan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Ilmu tidak boleh menciptakan permasalahan. Ilmu harus dapat menjawab pertanyaan dan permasalahan secara konsisten. 14 Pendekatan ini digunakan untuk mencari dan mengetahui serta mereformulasi konsep ulul albab dalam al-qur an. 2. Data dan sumber data Adapun yang akan menjadi objek penelitian ini adalah: 1) Q.S. Ali imran [190] 2) Q.S. Az-zumar [18] 3) Q.S. Ar-Ra d [19] 4) Q.S. Al-Baqarah [197 5) Q.S. At-Thalaq [10] 3. Teknik pengumpulan data Dalam pengumpulan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini, penulis menggunakan penelitian Library research (studi perpustakaan) dengan menitik beratkan pada: 14 Hokky Situngkir, Menyambut Fajar Menyingsing Teori Sosial Berbasis Kompleksitas, www.bandungfe.net dalam www.google.com., 2005

12 a) Sumber pimer Sumber ini merupakan referensi-referensi yang berkaitan langsung dengan data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu segala referensi yang secara langsung membahas tentang ayat-ayat yang mengandung kata ulul albab. Sumber primer dalam hal ini meliputi Al-Mu'jam Al Mufahras Li Alfadz Al-Qur'an Al-Karim karya Muhammad Fu'ad Abdul Bāqi, Tafsir Al-Qurthubi karya Imam Al- Qurthubi, Tafsir Ath-Thabari karya Abu Ja far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir al-qur'an Al-Azim karya Ibnu Kasir, Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab. b) Sumber sekunder Sumber sekunder merupakan referensi-referensi yang secara tidak langsung berkaitan dengan tema penelitian, yaitu ulū al-albāb tetapi referensi tersebut, dinilai mendukung dan memperkuat data dalam penelitian. Sumber sekunder di sini meliputi berbagai referensi selain yang disebutkan dalam sumber primer. Dalam hal ini, referensi tersebut, mempunyai relevansi dengan tema ulū al-albāb dan implikasi terhadap pendidikan. H. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan bagi penulis dalam menguraikan pokok-pokok persoalan dalam skripsi, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian dan signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

13 Bab II Dalam bab ini berisikan uraian mengenai pengertian konsep ulul albab, ayat-ayat ulul albab, kriteria ulul albab, pengertian pendidikan islam, tujuan pendidikan islam, sumber pendidikan islam, dasar pendidikan islam, prinsip pendidikan islam dan faktor pendidikan islam. Bab III Berisikan tentang ayat-ayat ulul albab dalam al-qur an. Bab IV Analisis implikasi ulul albab terhadap pendidikan islam. Bab V adalah penutup, dalam penutup ini berisikan tentang simpulansimpulan dan saran-saran.